Keterampilan Petugas Fakor Pemungkin Enabling Factors

2.8.2. Akses ke Produsen

Akses ke produsen terkait dengan akses geografis dan juga akses sosial. Akses geografis yakni jarak dan waktu ke lokasi layanan. Dalam hal ini, akses geografis yakni jarak dan waktu ke produsen tahu. Sedangkan akses sosial mengandung 2 pengertian yaitu yang bisa diterima dan bisa dijangkau. Akses yang mudah diterima lebih mengarah pada faktor psikologis, sosial budaya, sedangkan yang lebih mudah dijangkau lebih kearah finansial dan ekonomi Nurwening, 2012.

2.8.3. Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama atau yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum Suprajitno, 2004. Dalam hal ini keluarga sangat berfungsi karena dapat memberikan dukungan. Adapun dukungan keluarga dapat berupa dukungan emosional yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan berbahagia. Dalam hal ini yakni dukungan keluarga yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif untuk jujur dalam mencari nafkah seperti menjual tahu yang tidak berformalin Suprajitno, 2004.

2.8.4. Pengawasan Petugas Kesehatan

Sebagaimana diketahui bahwa faktor penguat merupakan faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Maka dalam hal ini, terjadinya perilaku menjual tahu berformalin dapat dipengaruhi oleh ada tidaknya pengawasan dari petugas kesehatan terkait peredaran makanan berformalin dipasaran. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di kabupaten Tangerang oleh Hartati 2007, menyatakan bahwa peran dinas kesehatan sangat penting khususnya dalam pengawasan dan pengendalian penggunaan bahan B3 salah satunya formalin. Formalin dapat menjadi masalah jika disalahgunakan menjadi bahan pengawet makanan sebab dapat berbahaya bagi kesehatan. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa secara umum sumber daya pengawasan dan pengendalian penggunaan formalin masih terbatas sehingga berimplikasi pada pelaksanakan wasdal pengawasan dan pengendalian yang tidak optimal Hartati, 2007. Pengawasan dan pengendalian oleh petugas kesehatan terkait penggunaan formalin pada makanan merupakan faktor yang penting karena kebutuhan makanan yang meningkat diikuti dengan kebutuhan teknologi pengawetan makanan yang efisien dan meningkat pula. Tanpa adanya pengawasan oleh petugas kesehatan, industri dan pengolah makanan cenderung menggunakan bahan pengawet yang berbahaya seperti