Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

28 Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi pada siswa setelah belajar, perubahan ini mencakup aspek kognitif atau pengetahuan tentang suatu konsep, aspek afektif atau perubahan pada sikap siswa, dan aspek psikomotorik atau perubahan yang berkaitan dengan pengolahan fisik. Oleh karena itu sebagai seorang guru yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pembelajaran haruslah mampu menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. selanjutnya, hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk mengukur seberapa efektifnya pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2.1.7 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Salah satu kriteria guru profesional adalah guru yang dapat mengenal dan memahami karakteristik siswanya, karena dengan memahaminya guru dapat memberikan pembelajaran yang tepat. Suatu pembelajaran dapat dikatakan tepat apabila sesuai dengan tingkat pemahaman siswa dalam berfikir. Piaget t.t dalam Rifa’i dan Anni 2012: 32-5 mengklasifikasikan perkembangan kognitif pada manusia menjadi 4 tahapan, yaitu: 1 Tahap sensorimotorik 0-2 tahun Pada tahap ini bayi menyusun pemahamannya dengan menggunakan pengalaman indera mereka seperti mata, telinga, dan gerakan motorik. 2 Tahap praoperasional 2-7 tahun Pada tahap ini anak secara mental sudah mampu mempresentasikan suatu objek dan penggunaan bahasa mulai berkembang. 29 3 Tahap Operasional Kongkrit 7-11 tahun Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit dan kemampuan menggolongkan sudah mulai berkembang, namun belum bisa menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak. 4 Tahap Operasional Formal 7-15 tahun Pada tahap ini anak sudah mampu berfikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran ini tampak jelas dalam pemecahan masalah verbal. Berdasarkan klasifikasi perkembangan kognitif menurut Piaget dapat disimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkret, dikarenakan rentang usia anak sekolah dasar di Indonesia sekitar 6-12 tahun. Oleh karena itu, karakteristik siswa sekolah dasar masih pada tahap berfikir kongkret dan belum bisa memahami konsep baru dalam bentuk abstrak. Tirtarahardja dan La Sulo 1994 dalam Siswoyo dkk. 2008: 88 juga menjelaskan karakteristik siswa yang perlu dipahami guru, yaitu: 1 Individu memiliki potensi fisik dan psikhis yang khas, hal ini menjadikan siswa memiliki pribadi yang unik dan berbeda dengan siswa yang lain, sehingga setiap siswa memiliki perbedaan potensi yang ingin dikembangkan. 2 Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam diri siswa dari waktu ke waktu. 3 Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi. Maksudnya adalah walaupun setiap individu terlahir dengan 30 berbagai potensi, namun tetap membutuhkan bimbingan untuk menjadi individu yang dewasa. 4 Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam diri siswa terdapat keinginan untuk bebas dan memerdekakan diri. Mengacu pada karakteristik siswa tingkat sekolah dasar menurut Piaget dan Tirtarahardja dapat disimpulkan bahwa setiap siswa merupakan pribadi yang unik atau khas yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta membutuhkan bimbingan dari masyarakat atau lingkungan sekitar untuk menjadi individu dewasa. Lebih lanjut Suharjo 2006: 38 menjelaskan bahwa keunikan siswa dan kemajuan pendidikan dipengaruhi oleh latar belakang pribadi, sosial dan budaya. Adanya keunikan pada diri siswa mengharuskan guru untuk memperlakukan siswa sebagai individu yang unik, dan adanya perbedaan tahap perkembangan siswa menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Siswa sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasional kongkret mengharuskan guru untuk menyajikan materi dengan cara yang kongret pula, sehingga akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Pembelajaran ini bisa dilakukan dengan menggunakan media buku pop-up, karena didalamnya tidak hanya berisi simbol tulisan tetapi juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang disajikan dalam bentuk tiga dimensi. 31

2.1.8 Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan di SD

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA MATERI MISI KEBUDAYAAN INTERNASIONAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WANGON BANYUMAS

1 16 218

Keefektifan Model Numbered Heads Together dalam Pembelajaran Materi Pantun terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Candinegara Kabupaten Banyumas

0 7 231

Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping Materi MengapresiasiKarya Seni Rupa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Ranjingan Banyumas

3 80 261

PENERAPAN MODEL GALLERY WALK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KARYA SENI RUPA MURNI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 PETANJUNGAN KABUPATEN PEMALANG

3 20 234

Pengembangan media pembelajaran konvensional Pop up Book materi pokok daur hidup untuk siswa kelas IV SD Negeri Kalasan 1

3 17 187

KEEFEKTIFAN PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN IPA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI GOLO YOGYAKARTA.

0 0 224

MODEL POP-UP SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SENI RUPA TERAPAN PADA SISWA KELAS 4 SEKOLAH DASAR.

2 18 89

KEEFEKTIFAN MODEL COOPERATIVE SCRIPTTERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI SENI RUPA MURNI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEPANDEAN 03 KECAMATAN DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL -

0 3 77

KEEFEKTIFAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 BOJONG KABUPATEN PURBALINGGA

0 1 70

KEEFEKTIFAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SENI RUPA MATERI RELIEF SISWA KELAS IV SD GUGUS PIERRETENDEAN KENDAL

0 0 62