124
4.4.1 Perbedaan Penerapan Media Pembelajaran Buku Pop-up dan Media
Buku Teks Pelajaran terhadap Minat Belajar Siswa
Data hasil minat belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan perbedaan. Perbedaan data minat belajar ini menunjukkan adanya
perbedaan minat belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media buku pop-up dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan
media buku teks pelajaran. Media buku pop-up merupakan media pembelajaran yang berbentuk buku,
namun disajikan dalam bentuk yang kreatif dan inovatif. Secara harfiah Ives 2009: 9 menjelaskan bahwa pop-up merupakan buku dan kartu ucapan yang
semuanya ditambah dengan dimensi baru dan ketika halamannya dibuka, maka akan terlihat sesuatu yang muncul. Pop-up sebagai bagian dari media
pembelajaran yang berbasis media visual, memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berinteraksi secara langsung dengan media tersebut, sehingga
perhatian siswa dapat terfokuskan pada materi yang sedang dipelajari. Dijelaskan oleh Levie dan Lentz 1982 dalam Kustandi dan Sutjipto 2013:19-20 bahwa
media visual dapat menarik perhatian siswa untuk berkonsentrasi terhadap isi pelajaran, menggugah emosi siswa setelah melihat gambar atau lambang,
memperlancar siswa dalam mengingat dan memahami materi pelajaran serta dapat mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima pelajaran. Oleh
karena itu, penggunaan media buku pop-up pada proses pembelajaran, dapat membantu guru dalam meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar,
serta mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran. Sesuai dengan
125 pendapat briggs 1970 dalam Sadiman dkk. 2012: 6 bahwa penggunaan media
dalam proses pembelajaran dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Keunikan media buku pop-up merupakan salah satu keistimewaan media pembelajaran yang tidak dimiliki oleh media lain, bahkan sasaran penggunaan
buku pop-up tidak terbatas pada usia anak-anak saja, melainkan juga dapat digunakan oleh semua orang dari berbagai usia. Seperti yang diungkapkan oleh
Ruiz Jr, et al. 2014 bahwa pop-up adalah buku tiga dimensi yang dapat menarik dan memikat semua orang dari segala usia. Bentuk tiga dimensi ini, akan
memberikan kesan yang mendalam bagi siswa, karena pada umumnya buku yang digunakan oleh guru dan siswa berupa teks pelajaran, atau buku yang berisikan
materi dengan penyajian buku seperti biasa, bahkan terkadang hanya berisi tulisan-tulisan saja. Padahal penggunaan gambar atau warna yang menarik dapat
meningkatkan ketertarikan siswa terhadap buku yang ada, ditambah lagi dengan penggunaan ilustrasi tiga dimensi, menambah media pembelajaran lebih realistik.
Menurut Bluemel dan Taylor 2012: 4 buku pop-up memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah, 1 mengembangkan rasa cinta membaca, 2
membantu siswa untuk memahami situasi kehidupan nyata dengan simbol-simbol atau gambar yang mudah dipahami, 3 mengembangkan siswa agar berfikir kritis
dan, 4 membantu siswa yang memiliki ketidak mampuan bahasa melalui representasi visual. Berbagai manfaat dari buku pop-up ini dapat mendorong
siswa untuk meningkatkan minat belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan apa diharapkan.
126 Sudaryono, dkk 2013: 90 mengklasifikasikan minat belajar menjadi
empat dimensi, yaitu: 1 kesukaan, 2 ketertarikan, 3 perhatian, dan keterlibatan. Keempat dimensi ini kemudian dijabarkan menjadi sembilan
indikator, di antaranya: 1 gairah, 2 inisiatif 3 responsif, 4 kesegeraan, 5 konsentrasi, 6 ketelitian, 7 kemauan, 8 keuletan, dan 9 kerja keras.
Kesembilan indikator minat belajar merupakan pedoman dalam membuat pernyataan-pernyataan pada instrumen.
Berdasarkan data hasil penghitungan indeks minat belajar dapat diketahui b
ahwa pada indikator “gairah” yang terdiri dari 3 item pernyataan diperoleh nilai indeks sebesar 86,10 dari kelas eksperimen dan 81,67 dari kelas kontrol.
Gairah siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari perasaan senang siswa saat mempelajari hal-hal baru tentang materi, serta perasaan senang saat
mengerjakan soal yang diberikan. I ndikator “inisiatif“ yang terdiri dari tiga item
pernyataan diperoleh nilai indeks sebesar 83,33 dari kelas eksperimen dan 76,25 dari kelas kontrol. Inisiatif dapat dilihat dari keinginan siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami, kemampuan siswa menggunakan kesempatan untuk berpendapat serta inisiatif untuk mempelajari materi diluar jam
sekolah. Indikator responsif terdiri dari dua item pernyataan yang diperoleh nilai
indeks sebesar 94,03 dari kelas eksperimen dan 90 dari kelas kontrol. Responsif siswa dapat dilihat dari interaksi siswa dengan guru, seperti respon
siswa saat ditanya guru, atau saat guru memberikan perintah. Indikator kesegaraan terdiri dari dua item pernyataan, yang diperoleh nilai indeks sebesar 89,28 untuk
127 kelas eksperimen dan 85,62 untuk kelas kontrol. Pada indikator ini dapat dilihat
dari kesigapan siswa dalam menyelesaikan tugas dari guru, seperti kesigapan untuk mengerjakan tugas kelompok dan individu sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Indikator konsentrasi terdiri dari tiga item pernyataan, dengan dua pernyataan negatif dan satu pernyataan positif. Berdasarkan data perhitungan
diperoleh nilai indeks sebesar 88,89 untuk kelas eksperimen dan 85 untuk kelas kontrol. Tingkat konsentrasi siswa dapat diukur melalui keseriusan siswa
dalam mengikuti pembelajaran, seperti sikap tidak menggangu teman saat pelajaran berlangsung, tidak berbicara dengan teman saat pelajaran dan fokus
pada saat mendengarkan penjelasan dari guru. Indikator ketelitian terdiri dari satu item pernyataan, yang kemudian diperoleh nilai indeks sebesar 90,47 untuk
kelas eksperimen dan 88,75 dari kelas kontrol. Ketelitian siswa dapat dilihat pada saat siswa mengerjakan soal. Indikator kemauan siswa terdiri dari empat
item pernyataan, yang diperoleh nilai indeks sebesar 89,88 untuk kelas eksperimen dan 88,75 untuk kelas kontrol. Kemauan siswa dapat dilihat dari
keinginan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan tertib dan tenang. Indikator keuletan terdiri dari dua item pernyataan, yang diperoleh nilai indeks
sebesar 88,09 untuk kelas eksperimen dan 85,62 kelas kontrol. Keuletan siswa dapat dilihat dari kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Sedangkan untuk indikator kerja keras terdiri dari tiga item pernyataan, yang diperoleh nilai indeks sebesar 88,09 untuk kelas eksperimen dan 74,17 dari
kelas kontrol. Keuletan siswa dapat dilihat dari keinginan siswa untuk memahami materi.
128 Nilai indeks pada setiap indikator merupakan rata-rata dari nilai indeks
pada setiap item pernyataan. Pada pernyataan “saya senang mengerjakan soal”, kelas eksperimen mendapat nilai indeks sebesar 78,56 sedangkan untuk kelas
kontro diperoleh nilai indeks sebes ar 78,75. Pernyataan “saya merasa pelajaran
SBK bermanfaat” mendapatkan nilai indeks sebesar89,29 dari kelas eksperimen dan 85 dari kelas kontrol. Pernyataan “saya suka belajar hal-hal baru tentang
SBK”, diperoleh nilai indeks sebesar 90,46 dari kelas eksperimen dan 81,25 dari kelas kontrol.
Pada indikator inisiatif de ngan pernyataan “saya diam saja ketika ada materi
yang tidak jelas” diperoleh nilai indeks sebesar 78,57 dari kelas eksperimen dan 78,75 dari kelas kontrol. Pernyataan “saya tunjuk jari ketika diberi kesempatan
untuk berpendapat”, diperoleh nilai indeks sebesar 85,71 dari kelas eksperimen dan 71,25 dari kelas kontrol. Pernyataan “saya mempelajari kembali materi
yang telah diajarkan di sekolah”, diperoleh nilai indeks sebesar 85,71 untuk kelas eksperimen dan 78,75 untuk kelas kontrol.
Pada indikator responsif dengan pernyataan “saya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru” diperoleh nilai indeks sebesar 91,66 untuk kelas
eksperimen dan 87,5 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya mengamati gambar yang ditunjuk oleh guru” mendapatkan nilai indeks sebesar 96,42 untuk kelas
eksperimen dan 92,5 untuk kelas kontrol. Pada indikator kesegeraan, pernyataan “saya berusaha menyelesaikan
tugas tepat waktu” diperoleh nilai indeks sebesar 86,89 untuk kelas eksperimen dan 86,25 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya memanfaatkan waktu dengan
129 baik untuk mengerjakan soal” diperoleh nilai indeks sebesar 91,66 untuk kelas
eksperimen dan 85 untuk kelas kontrol. Pada indikator konsentrasi, pernyat
aan “saya mengganggu teman saat pelajaran berlangsung” diperoleh nilai indeks sebesar 90,47 untuk kelas
eksperimen dan 83,75 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya berbicara dengan teman saat guru menjelaskan pelajaran” diperoleh nilai indeks sebesar 82,13
untuk kelas eksperimen dan 83,75 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya memperhatikan penjelasan guru dengan baik”, diperoleh nilai indeks sebesar
94,04 untuk kelas eksperimen dan 87,5 untuk kelas kontrol. Pada indikator ketelitian, pernyataan “saya membaca soal dengan teliti”,
diperoleh nilai indeks sebesar 90,47 untuk kelas eksperimen dan 88,75 untuk kelas kontrol. Pada indikator kemauan, pernyataan “saya malu ketika disuruh
maju ke depan oleh guru” diperoleh nilai indeks sebesar 83,33 untuk kelas eksperimen dan 81,25 untuk kelas kontrol. Pernyataan “ saya menghargai teman
yang sedang berpendapat”, diperoleh nilai indeks sebesar 97,62 untuk kelas eksperimen dan 80 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya tidur di kelas saat
pelajaran berlangsung”, diperoleh nilai indeks sebesar 96,42 untuk kelas eksperimen dan 96,25 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya bertanya kepada
guru bila ada yang tidak jelas”, diperoleh nilai indeks sebesar 85,71 untuk kelas eksperimen dan 77,5 untuk kelas kotrol.
Pad a indikator keuletan, pernyataan “saya semangat ketika diberi tugas
SBK” diperoleh nilai indeks sebesar 90,47 untuk kelas eksperimen dan 83,75 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya menyerah jika disuruh mengerjakan soal
130 yang sulit”, diperoleh nilai indeks sebesar 85,71 untuk kelas eksperimen dan
87,5 untuk kelas kontrol. Pada indikator kerja keras, pernyataan “saya berusaha memahami
pelajaran SBK”, diperoleh nilai indeks sebesar 90,47 untuk kelas eksperimen dan 85 untuk kelas kontrol. Pernyataan “saya mendiskusikan pelajaran SBK
dengan teman satu kelompok”, diperoleh nilai indeks sebesar 89,28 untuk kelas eksperimen dan 75 untuk kelas kontrol. Pernyataan “ saya mencatat pelajaran
SBK” diperoleh nilai indeks sebesar 84,52 untuk kelas eksperimen dan 62,5 untuk kelas kontrol.
Berdasarkan uraian nilai indeks setiap item pernyataan diperoleh rata-rata nilai indeks dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut penyajian rata-rata
nilai indeks siswa.
Gambar 4.3. Histogram nilai rata-rata indeks minat belajar siswa Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai indeks minat
belajar siswa sebesar 88,69 untuk kelas eksperimen dan 83,42 untuk kelas kontrol. Oleh karena itu, secara tidak langsung data tersebut telah menunjukkan
adanya perbedaan minat atau ketertarikan siswa dalam belajar, antara siswa yang
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10,00-40,00 41,01-70,00
70,01-100,00 kelas eksperimen
kelas kontrol
131 mendapatkan pembelajaran menggunakan buku pop-up dan siswa yang
mendapatkan pembelajaran menggunakan buku teks pelajaran. Perbedaan ini diperkuat oleh pendapat Mikarsa 2007: 3.5 bahwa minat merupakan dorongan
dari diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang
menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam diri siswa. Pendapat ini menunjukkan bahwa penerapan media
pembelajaran buku pop-up menjadikan siswa lebih senang untuk belajar. Selain perbedaan media pembelajaran, penulis telah berupaya untuk
menyamakan semua faktor yang ada, termasuk dalam memberikan stimulus ataupun reward. Penyamaan ini bertujuan agar hasil penelitian yang didapat
benar-benar karena pengaruh dari penerapan media pembelajaran buku pop-up.
4.4.2 Perbedaan Penerapan Media Pembelajaran Buku Pop-up dan Media