134 yang diperoleh dari proses pembelajaran juga lebih tinggi kelas eksperimen dari
pada kelas kontrol. Sesuai dengan pendapat Slameto 2010: 57 bahwa bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar. Sudjana dan Rivai 2013: 2-3 menjelaskan bahwa media dapat
mempertinggi proses belajar siswa, sehingga pada akhirnya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Oleh karena itu semakin menarik media yang
digunakan, maka hasil belajar yang diperoleh juga semakin tinggi. Selain itu, Levie dan Levie 1975 dalam Arsyad 2013: 12 mengemukakan bahwa stimulus
visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan-hubungkan fakta
dan konsep. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan media pop-up sebagai salah satu media yang berbasis media visual sangat sesuai
untuk diterapkan pada materi seni rupa murni, karena materi ini menuntut siswa untuk mengingat, mengenali karya-karya bangsa Indonesia, serta mampu
menghubungkan antara materi yang diperoleh dengan kebudayaan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan teori-teori yang ada, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan media buku pop-up berbeda dengan siswa yang belajar menggunakan media buku teks pelajaran.
4.4.3 Keefektifan Media Pembelajaran Buku Pop-up terhadap Minat Belajar
Siswa.
Hasil perhitungan data minat belajar siswa kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran menggunakan buku pop-up memperoleh persentase
135 sebesar 88,69 dan 83,42 untuk kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran
menggunakan buku teks pelajaran. Pada kelas eksperimen, indikator dengan persentase tertinggi terdapat pada indikator ketiga yaitu responsif sebesar
94,03. Tingginya indikator responsif dikarenakan siswa belajar menggunakan media pembelajaran terbaru, yang belum pernah ditemui pada pembelajaran
sebelumnya, sehingga tingkat respon siswa terhadap pembelajaran ini tinggi. Seperti yang dikatakan hamalik 1986 dalam Kustandi dan Sutjipto 2013:19
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis bagi siswa.
Pada kelas kontrol, persentase tertinggi juga pada indikator responsif, yaitu sebesar 90. Di kelas ini media yang digunakan adalah buku teks pelajaran,
sehingga persentase yang diperoleh lebih tinggi kelas eksperimen. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Bluemel dan taylor 2010: 2 bahwa terkadang guru akan
kesulitan dalam membangkitkan semangat belajar siswa, apabila media yang digunakan hanyalah materi yang dicetak saja, oleh karena itu guru perlu
menggunakan pop-up untuk meningkatkan minat siswa, serta merangsang ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran
buku pop-up dapat memusatkan perhatian siswa untuk menuju pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang sedang dipelajari.
Melalui media buku pop-up siswa mengamati bentuk-bentuk benda tiga dimensi yang disajikan dalam buku. Kemudian siswa akan mendiskusikan apa
136 yang telah diamati dengan anggota kelompok masing-masing. Kelebihan dari
media buku pop-up ini siswa akan berinteraksi secara langsung dan dekat dengan media pembelajaran, sehingga perhatian siswa akan lebih terfokus pada apa yang
sedang siswa perhatikan. Proses pembelajaran dengan buku pop-up, potensi siswa akan
dikembangkan menjadi manusia yang utuh, diperkuat lagi dengan materi yang diberikan, berupa karya seni, maka secara langsung siswa telah diajari bagaimana
menghargai suatu karya, bersosialisasi dengan teman, saling berbagi dan melakukan kerja sama, selain itu, siswa juga mulai belajar untuk menyampaikan
pendapat. Indikator terendah dari kelas kontrol, terdapat pada indikator sembilan yaitu
kerja keras, dengan persentase sebesar 74,17. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan sangat berpangaruh terhadap minat belajar siswa. Sesuai dengan
pendapat harlock 1989 dalam Mikarsa dkk. 2010: 3.7-8 bahwa minat dapat sebagai pendorong, ini berarti siswa yang memiliki minat akan lebih berusaha
untuk melakukan suatu kegiatan dengan lebih baik dari pada anak yang tidak memiliki minat terhadap kegiatan atau objek tersebut. Oleh karena itu, apabila
media yang digunakan dalam pembelajaran kurang menarik bagi siswa, maka proses dan hasil belajar yang diperoleh juga masih belum mencapai harapan.
Setelah dilakukan analisa, kemudian hasil persentase minat belajar siswa dibandingkan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa di
kelas eksperimen lebih tinggi dari minat siswa di kelas kontrol, bahkan setelah dibandingkan dengan sembilan indikator yang dijadikan pedoman dalam membuat
137 item pernyataan, persentase minat belajar siswa kelas eksperimen tetap lebih
tinggi. Uno dan Mohamad 2013: 151 menyatakan bahwa pembelajaran yang dapat mengoptimalkan proses belajar adalah pembelajaran yang kreatif, efektif
dan menarik, sehingga meningkatkan minat belajar siswa. Kesimpulannya, penerapan media pembelajaran buku pop-up menjadikan proses belajar siswa
menjadi lebih efektif dari pada buku teks pelajaran. Fakta ini dilihat dari hasil perhitungan angket siswa yang menunjukkan minat siswa kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada kelas kontrol.
4.4.4 Keefektifan Media Pembelajaran Buku Pop-up Terhadap Hasil Belajar