175 Umum JG dan signifikan pada taraf nyata
α 10 persen dan α 15 persen yang ditunjukkan oleh nilai Prob F sebesar 0.0001.
Tabel 28. Jumlah Giro Masyarakat di Bank Umum JG No Variabel Parameter
Dugaan Prob
│t│ Elastisitas
1. Jumlah Giro Masyarakat di Bank Umum JG 1
Intersep -47 550 000 0.0032
2 PDRB
Industri Pengolahan PDRB2
0.0388 0.0037 0.3743
3 PDRB Perdagangan
PDRB3 0.0492 0.1421 0.3699
4 PDRB Jasa PDRB4
0.2333 0.0001 0.8536
R
2
= 0.5342 F Hitung = 64.98 Prob F = 0.0001 Keterangan: = Parameter dugaan berbeda nyata pada taraf nyata
α 0.10 = Parameter dugaan berbeda nyata pada taraf nyata
α 0.20 Hasil pendugaan parameter secara parsial menunjukkan bahwa Jumlah
Giro Masyarakat di Bank Umum JG, dipengaruhi secara nyata oleh Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Pengolahan PDRB2, Produk Domestik
Regional Bruto Sektor Perdagangan PDRB3, dan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Jasa-jasa PDRB4, hubungan ini ditunjukkan masing-masing
dengan koefisien elastisitas sebesar 0.3743, 0.3699 dan 0.8536. Hal ini menunjukkan bahwa apabila PDRB2, PDRB3, dan PDRB4 bertambah sebesar 10
persen, maka JG akan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3.743 persen, 3.699 persen, dan 8.536 persen.
6.2.2. Blok Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Hasil pendugaan parameter persamaan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian PDRB1, Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri
Pengolahan PDRB2, Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan PDRB3, dan Produk Domestik Regional Bruto Sektor Jasa-jasa PDRB4,
menunjukkan nilai koefisien determinasi R
2
masing-masing 0.4352, 0.0970, 0.0816 dan 0.2965. Ini menunjukkan masing-masing 43.52 persen variasi dari
176 variabel endogen PDRB1 dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel-variabel
Kredit dari BPR KBPR, Kredit dari KSP KKSP, Jumlah Penduuk JP, dan Jumlah Angkatan Kerja JAK. Kemudian 9.70 persen variasi dari variabel
endogen PDRB2 dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel-variabel Kredit dari KSP KKSP, Jumlah Penduduk JP, dan Jumlah Angkatan Kerja JAK.
Serta 8.16 persen variasi dari variabel endogen PDRB3 dijelaskan secara bersama- sama oleh variabel-variabel Kredit KUK dari Bank Umum KUK, Jumlah
Penduduk JP, dan Jumlah Angkatan Kerja JAK. Sedangkan 29.65 persen variasi dari variabel endogen PDRB4 dijelaskan secara bersama-sama oleh
variabel-variabel Kredit dari BPR KBPR, Kredit KUK dari Bank Umum KUK, Jumlah Penduduk JP. Masing-masing signifikan dengan nilai Prob F sebesar
0.0001, 0.0006, 0.0020, dan 0.0001. Rendahnya nilai R
2
pada persamaan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Sektor Pertanian PDRB1, Industri Pengolahan PDRB2, Perdagangan
PDRB3, dan Jasa PDRB4, ini diduga disebabkan keterbatasan variabel penjelas yang ada, karena ketidaktersediaan data di tingkat kabupaten seperti: data
jumlah unit usaha mikro dan kecil dan data konsumsi dan investasi di tingkat kabupaten, serta data yang diperoleh dari data cross-section dan time series ini
mempunyai keragaman yang relatif kecil. Nilai R
2
yang kecil akan dapat ditingkatkan dengan menambah variabel penjelas pada suatu model persamaan
Gujarati, 1997. Hasil pendugaan parameter secara parsial menunjukkan bahwa Produk
Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian PDRB1, secara signifikan hanya dipengaruhi oleh Jumlah Angkatan Kerja JAK, dengan koefisien elastisitas
177 1.076. Hal ini menunjukkan apabila JAK bertambah 10 persen, maka produk
PDRB1 akan mengalami kenaikan 10.76 persen. Sedangkan Kredit dari BPR KBPR, Kredit dari Koperasi Simpan Pinjam KKSP, dan Jumlah Penduduk
JP, tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian PDRB1.
Hasil pendugaan parameter secara parsial juga menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Pengolahan PDRB2,
dipengaruhi oleh Pinjaman dari Koperasi Simpan Pinjam KKSP, hubungan ini ditunjukkan dengan koefisien elastisitas sebesar 0.6972. Hal ini menunjukkan
apabila KKSP bertambah sebesar 10 persen, maka PDRB2 akan mengalami kenaikan sebesar 6.972 persen. Sedangkan Jumlah Angkatan Kerja JAK dan
Jumlah Penduduk JP tidak berpengaruh nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri Pengolahan PDRB2, seperti terlihat di Tabel 29.
Demikian juga hasil pendugaan parameter secara parsial lainnya menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan
PDRB3, dipengaruhi oleh Kredit KUK dari Bank Umum KUK, hubungan ini ditunjukkan dengan koefisien elastisitas sebesar 0.5482. Hal ini menunjukkan
apabila KUK bertambah sebesar 10 persen, maka PDRB3 akan mengalami kenaikan sebesar 5.482 persen. Sedangkan Jumlah Angkatan Kerja JAK dan
Jumlah Penduduk JP tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan PDRB3.
Sedangkan hasil pendugaan parameter secara parsial lainnya menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto Sektor Jasa PDRB4, dipengaruhi oleh
Kredit dari Bank Perkreditan Rakyat KBPR, Kredit Usaha Kecil dari Bank
178 Umum KUK, dan Jumlah Penduduk JP, hubungan ini ditunjukkan masing-
masing dengan koefisien elastisitas sebesar 0.1374, 0.2209, dan 0.2491. Hal ini menunjukkan jika KBPR bertambah sebesar 10 persen, maka PDB4 akan
mengalami kenaikan sebesar 1.374 persen. Sedangkan jika kredit KUK dari bank umum bertambah sebesar 10 persen maka PDRB4 akan mengalami kenaikan
sebesar 2.209 persen. Serta jika JP meningkat 1 persen maka PDRB4 akan mengalami kenaikan sebesar 0.2491 persen.
Tabel 29. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Produk Domestik Regional
Bruto PDRB Sektoral No Variabel Parameter
Dugaan Prob
│t│ Elastisitas
1. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian PDRB1 1
Intersep -220 600 000 0.0404
2 Kredit dari BPR KBPR
0.4940 0.4181 0.0410
3 Kredit dari KSP KKSP
-343.9480 0.6858 -0.0214
4 Jumlah Penduduk JP
133.7567 0.5755 0.1482
5 Jumlah Angkatan Kerja JAK
1 934.1710 0.0007 1.0758
R
2
= 0.4352 F Hitung = 32.56 Prob F = 0.0001 2. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Industri PDRB2
1 Intersep
978 390 000 0.0029 2
Kredit dari KSP KKSP 9 485.5530 0.0001
0.6972 3
Jumlah Penduduk JP -433.8460 0.5234
-0.5668 4
Jumlah Angkatan Kerja JAK -615.9250 0.7158
-0.4039 R
2
= 0.097 F Hitung = 6.09 Prob F = 0.0029 3. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan PDRB3
1 Intersep
241 490 000 0.1033 2
Kredit KUK Bank Umum KUK 1.6021 0.0020
0.5482 3
Jumlah Penduduk JP -173.8470 0.5938
-0.2919 4
Jumlah Angkatan Kerja JAK 403.1822 0.6055
0.3398 R
2
= 0.0832 F Hitung = 5.14 Prob F = 0.0052 4. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Jasa PDRB4
1 Intersep
114 270 000 0.0001 2
Kredit dari BPR KBPR 0.5319 0.0009
0.1374 3
Kredit KUK Bank Umum KUK 0.3144 0.0032
0.2209 4
Jumlah Penduduk JP 72.2441 0.0089
0.2491 R
2
= 0.2965 F Hitung = 23.88 Prob F = 0.0001 Keterangan: = Parameter dugaan berbeda nyata pada
α 0.10
179
VII. ANALISIS KEBIJAKAN
Secara teoritis tujuan dari suatu simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dampak dari berbagai alternatif kebijakan dengan jalan mengubah
dari salah satu atau beberapa nilai variabel atau instrumen kebijakan policy instrument
. Untuk mengetahui apakah model yang dibangun cukup baik untuk digunakan dalam simulasi kebijakan, maka dilakukan validasi model. Tujuan
dilakukannya validasi model adalah untuk mengetahui sejauhmana nilai estimasi tersebut sesuai dengan nilai aktual dari masing-masing variabel endogen.
Ada beberapa kriteria statistik yang dapat digunakan untuk menilai kesahihan validity dari model tersebut, diantaranya adalah ”root mean square
error ” RMSE, root mean square percent error” RMSPE, dan Theil’s Inequality
Coefficien t” TIC atau nilai U. Namun karena dalam penelitian ini hanya terbatas
melakukan simulasi kebijakan, dan tidak melakukan peramalan forecasting, maka tidak semua kriteria statistik yang dikemukakan tersebut relevan untuk
digunakan. Dalam penelitian ini, kriteria statistik yang lebih tepat atau relevan untuk
digunakan adalah nilai bias UM, dimana apabila nilai UM semakin mendekati nol, maka model yang digunakan tersebut cukup baik untuk simulasi kebijakan.
Berdasarkan hasil validasi model yang dilakukan, diketahui bahwa sebagian besar nilai UM adalah mendekati nol, yang berarti model yang digunakan ini cukup baik
untuk malakukan simulasi kebijakan. Selanjutnya simulasi kebijakan yang akan dilakukan meliputi analisis
dampak kebijakan terhadap model ekonomi usaha kecil.
180
7.1. Model Ekonomi Usaha Kecil
Model ekonomi usaha kecil ini pada dasarnya digunakan untuk menggambarkan perilaku ekonomi usaha kecil yang menerima kredit atau
pinjaman dari bank, koperasi, dan lembaga lainnya. Sebagai pelaku usaha, maka kredit atau pinjaman yang diperoleh akan memberikan kontribusi pada modal
usaha, terutama menambah kemampuan modal kerja sehingga akan meningkatkan produksi dan penerimaan usaha, yang akhirnya akan menaikkan pendapatan
usaha. Pendapatan usaha ini merupakan pendapatan bersih usaha yaitu penerimaan usaha dikurangi total biaya produksi. Peningkatan pendapatan bersih
usaha ini, diharapkan akan mampu meningkatkan tabungan, konsumsi, serta pengeluaran pendidikan dan sosial. Untuk memperoleh gambaran tersebut, maka
dilakukan validasi terhadap model ekonomi usaha kecil ini. Suatu model akan dikatakan cukup valid apabila memiliki nilai U Theil
yang kecil. Dari hasil perhitungan validasi model maka dapat dilihat nilai U Theil. Tabel 30. Nilai Rata-Rata Variabel Endogen Simulasi Kebijakan Dasar
No Variabel Endogen
Nilai Dasar Nilai U
1 Pengambilan Kredit PKM 16 282 049
0.4857 2 Modal Usaha MOUS
31 887 605 0.4202
3 Penggunaan Bahan Baku PBM 233 910 000
0.4540 4 Penggunaan Tenaga Kerja PTK
27 517 423 0.3616
5 Penggunaan Bahan Bakar PBB 17 275 175
0.3239 6 Total Biaya Produksi TBP
278 700 000 0.4516
7 Penerimaan Usaha PENU 382 730 000
0.3649 8 Pendapatan Usaha PEND
104 030 000 0.3641
9 Tabungan TABS 4 871 744
0.2906 10 Konsumsi PKON
22 357 864 0.2120
11 Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS 6 204 833
0.3107
Dari tabel diatas terlihat bahwa sebelas persamaan pada model ekonomi usaha kecil, semuanya memiliki nilai U Theil dibawah 0.5. Adapun secara lebih
rinci lima persamaan endogen yaitu persamaan Pengambilan Kredit PKM,
181 Modal Usaha MOUS, pengeluaran untuk Penggunaan Bahan Baku PBM, dan
Total Biaya Produksi TBP memiliki nilai U Theil antara 0.40 sampai 0.50. Sedangkan enam persamaan endogen lainnya yaitu pengeluaran untuk
Penggunaan Tenaga Kerja PTK, pengeluaran untuk Penggunaan Bahan Bakar PBB, Penerimaan Usaha PENU, Pendapatan Usaha PEND, Tabungan
TABS, Konsumsi PKON, dan Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS memiliki nilai U Theil dibawah 0.40. Sehingga model ekonomi usaha kecil ini
cukup valid.
7.1.1. Dampak Perubahan Suku Bunga Kredit
Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap dampak perubahan Suku Bunga Kredit SBK, yaitu kredit yang diambil oleh pelaku usaha kecil.
Penurunan suku bunga kredit ini dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui mekanisme subsidi bunga atau penjaminan kredit, sehingga risiko
pinjaman akan menurun dan suku bunga kredit menjadi lebih rendah, seperti misalnya pada program Kredit Untuk Rakyat KUR. Mekanisme ini sangat
bermanfaat bagi usaha kecil yang pada umumnya sangat feasible tapi masih belum bankable
. Simulasi 1 adalah simulasi dampak penurunan suku bunga kredit sebesar
20 persen. Dengan tingkat bunga kredit rata-rata saat ini yang dinikmati oleh usaha kecil sebesar 19.05 persen per tahun, maka penurunan suku bunga kredit
sebesar 20 persen diharapkan akan membuat suku bunga kredit turun menjadi 15.24 persen per tahun atau 1.27 persen per bulan. Tabel 31. menampilkan hasil
simulasi dampak penurunan suku bunga. Penurunan SBK sebesar 20 persen akan berdampak positif terhadap seluruh variabel endogen. Kenaikan paling besar di
182 dapat variabel PKM dan MOUS, masing-masing sebesar 25.45 persen dan 12.99
persen. Perubahan pada variabel Pengambilan Kredit PKM ini cukup elastis, karena itu penurunan suku bunga kredit memberikan dampak positif yang besar
terhadap PKM dan MOUS. Penurunan SBK ini juga akan mendorong peningkatan PBM sebesar 4.25 persen yang artinya kegiatan produksi meningkat, serta adanya
kenaikan TBP, kenaikan PENU dan kenaikan PEND, masing-masing sebesar 4.35 persen, 4.15 persen dan 3.63 persen.
Tabel 31.
Persentase Perubahan Nilai Rata-Rata Variabel Endogen Akibat Penurunan Suku Bunga Kredit SBK
No Variabel Endogen
Nilai Dasar
Nilai Hasil Simulasi 1
Perubahan
1 Pengambilan Kredit PKM 16 282 049
20 425 242 25.45
2 Modal Usaha MOUS 31 887 605
36 030 798 12.99
3 Penggunaan Bahan Baku PBM 233 910 000
243 840 000 4.25
4 Penggunaan Tenaga Kerja PTK 27 517 423
29 073 481 5.66
5 Penggunaan Bahan Bakar PBB 17 275 175
17 909 597 3.67
6 Total Biaya Produksi TBP 278 700 000
290 820 000 4.35
7 Penerimaan Usaha PENU 382 730 000
398 630 000 4.15
8 Pendapatan Usaha PEND 104 030 000
107 810 000 3.63
9 Tabungan TABS 4 871 744
4 895 000 0.48
10 Konsumsi PKON 22 357 864
22 429 038 0.32
11 Pengeluaran Pend. dan Sos.PPKS 6 204 833
6 271 785 1.08
Keterangan Simulasi 1: Suku Bunga Kredit Turun sebesar 20 persen Sedangkan variabel endogen lainnya, meliputi variabel untuk Pengeluaran
Pendidikan dan Sosial PPKS, Konsumsi PKON,dan Tabungan TABS juga akan meningkat dengan adanya penurunan suku bunga kredit, walaupun kenaikan
relatif kecil. Hasil simulasi ini menunjukkan kegiatan usaha kecil, sebenarnya masih sangat membutuhkan dukungan kredit bagi kelangsungan kegiatan
usahanya. Karena itu kemudahan akses usaha kecil terhadap sumber kredit sangatlah diperlukan, seperti memperluas skim kredit dengan agunan ringan, dan
membantu peningkatan formalitas usaha dan aset yang dimiliki oleh usaha kecil.