Kredit Usaha Kecil Perkembangan Indikator Makro di Provinsi Jawa Tengah
135 Sedangkan data mengenai porsi share Kredit Usaha Kecil KUK dari
bank umum, kredit dari Bank Perkreditan Rakyat BPR, dan Produk Domestik Regional Bruto PDRB untuk masing-masing sektor yang meliputi: pertanian,
industri pengolahan, perdagangan, jasa-jasa, dan sektor lainnya, menunjukkan adanya keragaan yang cukup besar seperti terlihat pada Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15. Porsi Kredit Mikro dan Kecil serta Nilai PDRB per Sektor Ekonomi Tahun 2005
Sektor Ekonomi Porsi Kredit Usaha
Kecil KUK Bank Umum persen
Porsi Kredit dari BPR
persen Porsi
PDRB persen
Pertanian 22.61 8.38
28.73 Industri Pengolahan
3.11 1.60
25.91 Perdagangan 57.77
40.99 20.23
Jasa-Jasa 7.08 7.22
9.94 Sektor Lainnya
9.43 41.81
15.19 Jumlah 100.00
100.00 100.00
Sektor: Pertambangan, Listrik dan Air, Bangunan, Transportasi, dan Keuangan Sumber: BPS Semarang, 2007 diolah
Untuk Kredit Usaha Kecil KUK dari bank umum dengan menggunakan data tahun 2005, porsi terbesar disalurkan untuk sektor perdagangan sebesar 55.77
persen diikuti sektor pertanian, jasa-jasa, dan industri pengolahan, sedangkan empat sektor lainnya pertambangan, listrik dan air, bangunan, transportasi dan
komunikasi, dan keuangan menyerap 9.43 persen. Ini juga mengindikasikan bahwa usaha kecil di sektor perdagangan paling siap dan paling tinggi mengakses
kredit dari perbankan. Secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa usaha kecil di sektor perdagangan adalah paling bankable. Hal ini juga tidak terlepas dari
karakteristik usaha kecil di sektor perdagangan yang pada umumnya memiliki tingkat perputaran usaha turn over yang tinggi, sehingga menuntut adanya
modal kerja yang lebih tinggi pula.
136 Hal yang hampir sama juga terjadi pada kredit mikro dan kecil dari Bank
Perkreditan Rakyat BPR yang disalurkan untuk masing-masing sektor ekonomi jumlah paling besar disalurkan untuk sektor perdagangan sebesar 40.99 persen
selanjutnya dikuti sektor pertanian, jasa-jasa, dan industri pengolahan, serta sektor lainnya sebesar 41.81 persen. Keberadaan lokasi BPR di Jawa Tengah
umumnya berada di kecamatan-kecamatan, sehingga BPR ini keberadaannya adalah menunjang usaha kecil yang bergerak pada lapangan usaha perdagangan
yang aktivitasnya banyak dilakukan pasar-pasar di tingkat kecamatan. Saat ini BPR yang ada di kecamatan dengan tingkat perdagangan yang tinggi umumnya
cenderung mengumpul, menjadi semacam klaster lembaga keuangan di tingkat kecamatan.
Data tentang porsi Produk Domestik Regional Bruto PDRB sektoral untuk kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa Tengah tahun 2005 masih di
dominasi sektor pertanian dengan 28.73 persen, diikuti sektor industri pengolahan 25.91 persen, sektor perdagangan 20.23 persen, untuk sektor jasa-jasa dan sektor
lainnya masing-masing 9.94 persen dan 15.19 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa PDRB Jawa Tengah masih berbasis pada kegiatan sektor primer da
sekunder, yaitu pertanian dan industri pengolahan dengan total kontribusi 54.64 persen, karena itu pengembangan usaha kecil termasuk didalamnya usaha mikro
perlu terus dilakukan. Sedangkan data mengenai kontribusi dari kegiatan usaha mikro, kecil dan
menengah terhadap PDRB untuk kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa Tengah belum tersedia datanya. Untuk melihat kontribusi pelaku usaha mikro, kecil dan
menengah terhadap PDRB kabupaten-kabupaten di wilayah Jawa Tengah
137 digunakan data Nasional. Kontribusi nilai Produk Domestik Bruto PDB tahun
2007 atas dasar harga konstan 2000 menurut skala usaha, tercatat skala usaha mikro sebesar 32.95 persen, usaha kecil 10.83 persen, dan usaha menengah 14.62
persen, dan sisanya sebesar 41.60 persen adalah kontribusi dari usaha besar Kemenkop dan UKM, 2009.
Berdasarkan data tahun 2007 Kemenkop dan UKM, 2007, porsi atau kontribusi usaha mikro terhadap PDB, tercatat sebesar 32.95 persen, dengan
kontribusi sektor pertanian menempati urutan paling tinggi sebesar 38.00 persen, dikuti sektor perdagangan 29.50 persen, sektor industri pengolahan 9.67 persen,
sektor jasa-jasa 10.07 persen, dan sektor-sektor lainnya 12.76 persen. Ini juga mengindikasikan pula bahwa PDB sektor pertanian masih cukup dominan di
bentuk oleh usaha mikro, hal ini merupakan kelebihan sekaligus juga kelemahan karena usaha mikro masih menumpuk di sektor pertanian yang umumnya usaha
mikro tersebut belum mampu mengakses perbankan dengan baik atau belum bankable
. Sedangkan dari kontribusi usaha kecil terhadap PDB sebesar 10.83 persen,
dengan kontribusi sektor pertanian sebesar 0.28 persen, sektor perdagangan memiliki kontribusi paling tinggi 49.30 persen, sektor industri pengolahan 21.00
persen, sektor jasa-jasa 10.85 persen, dan sektor-sektor lainnya 18.57 persen. Ini menunjukkan bahwa PDB sektor perdagangan cukup dominan di bentuk oleh
usaha kecil, hal ini menunjukkan kelebihan sektor perdagangan karena umumnya usaha kecil ini telah mampu mengakses sumber kredit dari perbankan atau telah
bankabl e.