Keadaan Umum Wilayah Provinsi Penelitian

117 Sedangkan usaha kecil di wilayah Jogonalan dan Ngawen di Kabupaten Klaten juga telah berkembang sejak lama. Untuk produk krupuk rambak di Jogonalan telah ada sejak tahun 1970-an hingga berkembang sekarang ini, karena antara lain diuntungkan dengan lokasinya yang berada di tepi jalan raya Solo – Yogyakarta dan rel kereta api lintas selatan, sehingga pemasaran produk ke Yogyakarta dan daerah lainnya menjadi sangat mudah dan menguntungkan. Untuk produk mie soun di Ngawen telah ada sejak awal tahun 1960-an, yang berawal dari pekerja yang berkerja pabrik soun di Klaten kota. Pabrik soun di kota tutup dan pekerja kemudian merintis usaha mie soun sendiri di wilayah Ngawen dan terus berkembang hingga sekarang ini, terutama sejak krisis moneter tahun 1997. Pada awalnya usaha mie soun yang pemasaran hingga Jawa Timur ini, tidak dilirik sama sekali oleh perbankan bahkan pengusaha mie soun ini sulit sekali untuk mendapat kredit, walaupun usahanya sangat feasible. Namun setelah krisis moneter, beberapa bank mulai mendatangi pengusaha mie soun dan menawarkan kredit, ini dilakukan antara lain karena ketika krisis moneter terjadi usaha ini masih tetap bertahan dan bahkan beberapa usaha kecil justru lebih berkembang.

5.3.3. Karakteristik Kredit Mikro dan Kecil

Karakteristik kredit mikro dan kecil dari contoh sampel, baik yang berasal dari perbankan, maupun kredit atau pinjaman dari koperasi simpan pinjam, dan sumber-sumber lainnya, masing-masing memiliki keragaan yang cukup tinggi, baik pagu kredit, tingkat bunga, dan jenis agunan seperti terlihat pada Tabel 5. 118 Tabel 5. Karateristik Kredit dan Pinjaman yang Diambil Usaha Kecil Diskripsi Kabupaten Jumlah Semarang Magelang Klaten 1. Jumlah contoh KK 15 50 25 90 2. Sumber Pinjaman: Bank BRI, BNI, Mandiri, BPD - 10 13 23 BPR - 10 2 12 Koperasi - 2 9 11 Sumber lainnya 15 28 1 44 3. Pengambilan Kredit: ≤ 5 juta rupiah 15 25 9 49 5 sd 50 juta rupiah - 24 9 33 50 juta rupiah - 1 7 8 4. Tingkat Bunga Pinjaman: ≤ 12 persen per tahun - 22 7 29 12 sd 18 persen per tahun - 5 5 10 18 sd 24 persen per tahun - 20 13 33 24 persen per tahun 15 3 - 18 5. Jenis Agunan: Sertifikat Tanah - 22 15 37 BPKB - 9 - 9 Tanpa Agunan 15 19 10 44 Sumber : Data Primer diolah Terdapat 15 contoh usaha kecil di Kabupaten Semarang, yang merupakan sentra usaha kerupuk kedelai di wilayah Kecamatan Tuntang, belum menggunakan sumber kredit formal dari lembaga keuangan formal, seperti bank umum, bank perkreditan rakyat, ataupun koperasi. Seluruh usaha kecil masih memanfatkan kredit atau pinjaman informal dari perorangan, kelompok, terutama untuk membayar bahan baku terutama tepung terigu, tapioka, kedelai, serta sebagian kecil untuk membayar tenaga kerja dan membeli kayu bakar. Pinjaman informal ini selain berasal dari perorangan dan kelompok, ada pula yang berasal dari pedagang yang mensuplai bahan baku tepung tapioka. Namun pinjaman- pinjaman informal ini umumnya bersifat jangka pendek dan tidak berkelanjutan unsustainable seperti pada sumber kredit formal dari bank atau koperasi. Usaha kecil di wilayah Tuntang ini walaupun usahanya feasible namun belum bankable. 119 Sedangkan di wilayah Kabupaten Magelang dari 50 contoh usaha kecil, terdapat 10 usaha kecil yang telah memanfaatkan bank umum, seperti BRI dan BPD Jateng untuk mendapatkan kredit dengan agunan sertifikat tanah dan surat BPKB kendaraan bermotor, terutama kendaraan bermotor roda 4 empat. Selain dari BRI dan BPD, ada pula 10 usaha kecil yang mendapatkan kredit dari BPR, dan umumnya adalah Bank Pasar BP milik pemerintah daerah kabupaten Magelang. Disamping itu tercatat sebanyak 22 usaha kecil memanfaatkan kredit bergulir dari dinas perindustrian dan perdagangan non bank yang nilai kreditnya masih di bawah Rp 10 000 000. Sedangkan yang lainnya tercatat ada 2 usaha kecil yang memperoleh pinjaman koperasi simpan pinjam, serta ada 6 usaha kecil yang memperoleh pinjaman informal dari perorangan dan kelompok, atau dari Baitul Mal wat Tamwil BMT. Usaha kecil di wilayah Kabupaten Magelang walaupun sangat feasible namun sebagian besar masih belum bankable. Untuk wilayah Kabupaten Klaten dari 25 contoh usaha kecil sebagian besar telah memanfaatkan bank umum dan koperasi untuk mendapatkan kredit bagi usahanya. Tercatat 13 usaha kecil produsen mie soun di Kecamatan Ngawen yang memperoleh kredit dari bank umum seperti bank BNI, BRI, dan Mandiri, terdapat 2 usaha kecil yang memperoleh kredit dari bank perkreditan rakyat BPR, serta ada 9 usaha kecil produsen krupuk rambak di kecamatan Jogonalan yang memperoleh kredit dari koperasi. Disamping itu tercatat 1 usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari lembaga bank dan koperasi. Untuk wilayah Klaten semua usaha kecil telah feasible dan sebagian besar usaha kecil juga telah bankable. Karena itu usaha kecil yang mendapatkan kredit dari bank pemerintah