121 Untuk tingkat bunga kredit, kredit dari lembaga formal seperti bank
umum, bank perkreditan rakyat, dan koperasi mengenakan tingkat bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan lembaga kredit informal seperti perorangan,
kelompok, atau pedagang. Tingkat bunga kredit yang dikenakan oleh lembaga kredit formal bank dan koperasi dan lembaga kredit non formal perorangan,
kelompok atau pedagang sangat bervariasi nilainya. Lembaga kredit formal bank dan koperasi mengenakan tingkat bunga kredit antara 6 persen sampai dengan 30
persen per tahun, sedangkan kredit informal mengenakan tingkat bunga pinjaman diatas 30 persen per tahun.
5.3.4. Karakteristik Perijinan dan Pemasaran Produk
Dalam melakukan kegiatan produksi, usaha kecil juga dihadapkan pada persoalan aspek formal usaha yaitu berupa perijinan dari dinas kesehatan, dinas
perindustri dan perdagangan. Selain itu karakteristik pemasaran usaha kecil juga cukup menarik untuk disimak. Jenis perijinan yang dimiliki usaha kecil terdiri
dari: ijin Depkes, SIUP, TDI dan TDP. Di Kabupaten Semarang dari 15 contoh usaha kecil terdapat 8 usaha kecil yang memiliki ijin Depkes dan ijin dari
disperindag SIUP, TDI, TDP. Di Kabupaten Magelang dari 50 contoh usaha kecil terdapat 20 usaha kecil yang memiliki ijin Depkes dan ijin dari disperindag,
namun demikian ada 16 usaha kecil yang sama sekali belum memiliki perijinan usaha. Untuk Kabupaten Klaten dari 25 contoh usaha kecil, di Kecamatan
Ngawen terdapat 13 usaha kecil yang memiliki ijin dari disperindag SIUP, TDI dan TDP dan 12 usaha kecil di Kecamatan Jogonalan yang sama sekali belum
memiliki ijin seperti terlihat pada Tabel 6. Perijinan ini dalam jangka panjang akan memberikan keuntungan bagi usaha kecil dalam hal akses pasar, apabila
122 ingin melakukan deversifikasi produk dan menembus pasar nasional dan luar
negeri. Tabel 6. Karakteristik Perijinan dan Pemasaran Produk
Kabupaten Jumlah
Diskripsi Semarang Magelang
Klaten 1. Jumlah contoh KK
15 50
25 90
2. Jenis-jenis Ijin Usaha: Depkes
- 7
- 37
Deperindag 3
7 13
22 Depkes dan Deperindag
8 20
- 28
Belum ada ijin usaha 4
16 12
24 3. Lokasi Pemasaran:
Lokal Jateng dan DIY 7
25 10
42 Jawa Barat
1 7
1 9
Jakarta 7
18 5
30 Jawa Timur
- -
9 9
4. Cara Pembayaran: Secara tunai
12 41
9 62
Secara kredit konsinyasi 3
9 16
28
Sumber : Data Primer diolah
Dari Tabel 6 terlihat umumnya ijin Depkes hanya dimiliki oleh usaha kecil penghasil makanan jadi yang siap dikonsumsi, sedangkan usaha kecil produsen
makanan setengah jadi yang siap diolah hanya membutuhkan ijin dari disperindag seperti terjadi di sentra usaha mie soun di Ngawen Kabupaten Klaten. Karena itu
tidak semua usaha kecil penghasil makanan olahan membutuhkan ijin dari Depkes, namun demikian perijinan dari Depkes sangatlah dibutuhkan agar ke
depan usaha kecil ini sudah siap untuk melakukan diversifikasi produk, dengan memproduksi makanan olahan jadi yang siap dikonsumsi.
Untuk lokasi pemasaran, 8 contoh sampel usaha kecil di Kabupaten Semarang memasarkan ke Jawa Barat, Jakarta dan sekitarnya, sedangkan usaha
kecil di Kabupaten Magelang 25 contoh usaha kecil memasarkan produknya secara lokal di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah dan 25 contoh lainnya
123 memasarkan hingga Jawa Barat, Jakarta dan sekitarnya. Di Kabupaten Klaten
terdapat 10 contoh usaha kecil yang memasarkan produknya secara lokal di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah, namun demikian agak berbeda dengan
contoh di Kabupaten Semarang dan Magelang, produsen mie soun di Kecamatan Ngawen secara tradisional memiliki pasar di Jawa Timur, tercatat ada 9 contoh
usaha kecil. Sementara cara pembayaran produknya yang dijual ke pasar, terdapat 62 contoh usaha kecil memperoleh pembayaran secara tunai dan 28 contoh usaha
kecil yang menjual dengan cara non-tunai atau dikenal dengan cara konsinyasi.
5.4. Perkembangan Indikator Makro di Provinsi Jawa Tengah
Setelah terjadi krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998, dalam perkembangannya di Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2000 beberapa indikator
ekonomi menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi yang semakin membaik. Hal menonjol yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah diantaranya adalah
berkembangnya peranan lembaga keuangan mikro, baik dari perbankan maupun non perbankan. Pada tahun 2003 jumlah kantor Bank Rakyat Indonesia BRI
Unit yang ada di 29 kabupaten dan 7 kota, tercatat sebanyak 362 kantor BRI unit atau sekitar 9.1 persen dari 3 982 kantor BRI unit di seluruh Indonesia.
Untuk Bank Perkreditan Rakyat BPR pada tahun 2003 tercatat 580 BPR atau sekitar 17.6 persen dari 3 299 BPR yang ada di seluruh Indonesia.
Sedangkan lembaga Non BPR pada tahun 2003 tercatat 3 786 unit yang terdiri dari Badan Kredit Desa BKD dan Lembaga Dana Kredit Pedesaan LDKP.
Untuk memperoleh gambaran tentang peranan lembaga keuangan mikro terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, berikut ini diuraikan gambaran umum
perkembangan indikator ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini.
124
5.4.1. Kredit Koperasi Simpan Pinjam
Kredit atau pinjaman dari Koperasi Simpan Pinjam KSP dalam kegiatan operasional sehari-hari dikenal sebagai volume usaha koperasi. Jumlah kredit
yang menggambarkan volume usaha koperasi simpan pinjam ini pada umumnya dari tahun ke tahun sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 terus meningkat.
Peningkatan ini cukup merata di 29 Kabupaten di Jawa Tengah, lihat Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Kredit Koperasi Simpan Pinjam Tingkat Kabupaten
di Jawa Tengah Tahun 2001 - 2005 No
Kabupaten Tahun Rp. Juta
2001 2002 2003 2004 2005 1
Cilacap 53 022
80 085 88 773
88 773 121 276
2 Banyumas
65 339 65 739
65 739 151 388
172 659 3
Purbalingga 19 368
28 074 31 104
55 145 57 478
4 Banjarnegara
21 192 32 168
36 371 37 354
55 316 5
Kebumen 42 552
43 352 54 414
77 003 81 176
6 Purworejo
21 373 34 787
36 490 62 983
82 081 7
Wonosobo 18 032
37 335 52 657
84 947 84 947
8 Magelang
28 506 37 457
62 495 62 495
66 782 9
Boyolali 28 583
43 428 45 553
47 411 80 447
10 Klaten
28 881 39 238
43 918 59 217
69 719 11
Sukoharjo 28 319
29 479 45 458
44 179 58 998
12 Wonogiri
39 652 61 602
60 886 127 001
137 584 13
Karanganyar 23 151
39 973 40 973
55 950 65 768
14 Sragen
86 454 61 750
61 750 61 750
110 039 15
Grobogan 44 305
209 056 223 968
223 968 245 653
16 Blora
33 015 63 970
53 432 53 432
64 868 17
Rembang 47 227
96 815 96 815
96 815 104 983
18 Pati
82 815 98 416
103 404 103 404
144 682 19
Kudus 36 958
88 076 175 500
175 500 126 224
20 Jepara
31 835 42 976
42 976 62 871
122 047 21
Demak 7 486
27 308 28 236
28 232 38 694
22 Semarang
15 023 34 722
34 722 34 722
45 671 23
Temanggung 12 126
36 003 41 197
56 971 57 898
24 Kendal
38 859 41 493
41 493 41 493
42 152 25
Batang 14 139
18 941 38 781
15 710 43 221
26 Pekalongan
31 716 28 912
30 296 45 339
48 131 27
Pemalang 8 826
38 821 41 634
50 325 50 394
28 Tegal
21 282 34 877
57 225 57 225
71 687 29
Brebes 29 723
37 065 43 336
48 351 59 923
Jumlah 959 759
1 531 918 1 779 596
2 109 954 2 510 498
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah, 2007 data primer diolah