Penerimaan Usaha Keragaan Model Ekonomi Usaha Kecil

159 lebih tinggi, lebih mampu membuat prioritas; Pertama, menabung adalah bentuk perilaku ekonomi jangka panjang yang menguntungkan bagi kegiatan usaha apabila tersedia kelebihan likuiditas dari usahanya. Kedua, pelaku usaha kecil yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai akses informasi tentang perbandingan antara tingkat bunga tabungan dengan hasil lainnya. Ketiga, pelaku usaha kecil yang berpendidikan lebih tinggi umumnya juga lebih terbiasa dengan urusan bank bank minded. Dummy Kelembagaan Tabungan DJST berpengaruh nyata dan positif terhadap Tabungan TABS. Semakin formal lembaga tabungan yang digunakan oleh usaha kecil, maka semakin besar dorongan pelaku usaha kecil untuk menyisihkan pendapatan dalam bentuk tabungan, serta tidak menyimpan di rumah atau bahkan menggunakannya untuk keperluan konsumtif. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil ini adalah. Pertama, pendapatan usaha yang diperoleh usaha kecil berpengaruh positif terhadap tabungan. Kedua, kemampuan pelaku usaha kecil untuk menabung masih dipengaruhi oleh beban pengeluaran yang ditimbulkan oleh bertambahnya jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin berkurang jumlah tabungan, karena itu perlu upaya untuk tetap menjaga dan mendorong kebiasan dan perilaku menabung bagi pelaku usaha kecil. Ketiga, tingkat pendidikan yang dimiliki oleh usaha kecil berpengaruh positif terhadap tabungan. Keempat, berkenaan dengan kebiasaan menabung yang masih rendah diantara pelaku usaha kecil, maka sudah mendesak saatnya untuk mendorong lembaga keuangan formal yang juga mempunyai komitmen besar dalam memobilisasi tabungan secara efektif. 160

6.1.7. Konsumsi

Konsumsi PKON merupakan pengeluaran untuk kebutuhan makanan dan listrik dalam periode satu tahun dan dihitung dalam satuan rupiah. Nilai konsumsi rata-rata per tahun pada usaha kecil ini sekitar Rp 22 350 000 , berarti setiap bulan rata-rata diatas satu juta rupiah. Tabel 22 menunjukkan hasil dugaan parameter persamaan pengeluaran konsumsi. Hasil pendugaan parameter persamaan PKON, menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.8387. Ini menunjukkan bahwa 83.87 persen variasi dari variabel endogen pengeluaran Konsumsi PKON dijelaskan oleh variabel-variabel Pendapatan Usaha PEND, Jumlah Anggota Keluarga JAK, Tingkat Pendidikan TP dan Konsumsi Tenaga Kerja KTK, dan secara signifikan pada taraf nyata α 10 persen dengan nilai Prob F sebesar 0.0001. Tabel 22. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Konsumsi PKON No Variabel Parameter Dugaan Prob │t│ Elastisitas 1 Intersep 4 479 184 0.0643 2 Pendapatan Usaha PEND 0.01883 0.0654 0.0877 3 Jumlah Anggota Keluarga JAK 1 483 237 0.0021 0.2749 4 Tingkat Pendidikan TP -553 154 0.3219 -0.0819 5 Konsumsi Tenaga Kerja KTK 1.31575 0.0001 0.5190 R 2 = 0.8387 F Hitung = 110.51 Prob F = 0.0001 Keterangan: = Parameter dugaan berbeda nyata pada taraf nyata α 0.10 Pendapatan UsahaPEND berpengaruh nyata terhadap Konsumsi PKON dengan nilai elastisitas sebesar 0.0877. Artinya setiap kenaikan pendapatan usaha sebesar 1 persen akan menaikkan pengeluaran konsumsi sebesar 0.0877 persen. Respon pengeluaran untuk konsumsi oleh perubahan pendapatan bersih usaha ini menunjukkan bahwa pendapatan usaha menentukan besarnya konsumsi, dimana 161 kenaikan pendapatan usaha akan menaikkan konsumsi. Rendahnya respon ini diduga karena jenis-jenis pengeluaran untuk konsumsi yang dikeluarkan adalah merupakan konsumsi untuk kebutuhan dasar dan rutin yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan usaha, sehingga tidak terlalu terpengaruh dengan besarnya pendapatan bersih usaha. Jumlah Anggota Keluarga JAK berpengaruh nyata terhadap Konsumsi PKON dengan nilai elastisitas sebesar 0.2749. Respon dari konsumsi karena perubahan jumlah anggota keluarga ini memperlihatkan bahwa jumlah anggota keluarga menentukan besarnya konsumsi, dimana kenaikan jumlah anggota keluarga akan menaikkan konsumsi. Respon ini juga menunjukkan bahwa berbagai jenis pengeluaran konsumsi adalah merupakan konsumsi untuk kebutuhan dasar, sehingga apabila jumlah anggota keluarga yang merupakan tanggungan bertambah, maka pengeluaran untuk konsumsi juga akan meningkat. Variabel Tingkat Pendidikan TP bertanda negatif namun secara statistik tidak nyata, ini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi tidak secara nyata dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Hal ini diduga karena pengeluaran konsumsi merupakan pengeluaran untuk kebutuhan dasar dan rutin bulanan, yang lebih merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pokok bagi individu dalam keluarga tersebut outonomous expenditure , sehingga tidak terlalu terpengaruh tingkat pendidikan. Sedangkan Konsumsi Tenaga Kerja KTK berpengaruh nyata terhadap pengeluaran untuk Konsumsi PKON yang dikeluarkan oleh usaha kecil, dengan nilai elastisitas sebesar 0.5190. Respon yang cukup dari konsumsi karena adanya pengeluaran untuk konsumsi tenaga kerja ini juga menunjukkan bahwa jenis 162 pengeluaran untuk konsumsi tenaga kerja adalah merupakan hal yang cukup penting bagi keberlangsungan kegiatan produksi pada usaha kecil makanan olahan. Hal ini diduga karena selama ini usaha kecil masih menyediakan sendiri konsumsi bagi tenaga kerja yang bekerja di tempat usaha yang pada umumnya adalah merupakan tempat tinggal. Walaupun tidak semua jenis usaha dan tidak seluruh tenaga kerja diberikan konsumsi berupa makanan dan minuman secara penuh, namun pada umumnya seluruh usaha kecil mengalokasikan pengeluaran untuk konsumsi bagi tenaga kerja di tempat usahanya. Hal menarik dari hasil ini adalah. Pertama, pendapatan bersih usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap konsumsi namun dengan respon yang relatif rendah. Kedua, jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap konsumsi dengan respon yang cukup tinggi, sehingga kenaikan jumlah anggota keluarga akan menyebabkan tambahan pengeluaran yang terkait dengan pengeluaran konsumsi. Ketiga, konsumsi tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pengeluaran konsumsi oleh usaha kecil dengan respon yang cukup tinggi.

6.1.8. Pengeluaran Pendidikan dan Sosial

Pengeluaran pendidikan dan sosial adalah pengeluaran oleh pelaku usaha kecil yang digunakan untuk pendidikan anggota keluarga dan kegiatan sosial masyarakat dalam periode satu tahun dan dihitung dalam satuan rupiah. Besarnya nilai pengeluaran untuk pendidikan dan sosial per tahun adalah sekitar Rp 6 200 000 , berarti setiap bulan sekitar lima ratus ribu rupiah. Pengeluaran untuk kegiatan sosial bagi usaha kecil yang umumnya berada di perdesaan adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindarkan, karena berkaitan langsung aspek kelembagan sosial. 163 Tabel 23. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS N o Variabel Parameter Dugaan Prob │t│ Elastisitas 1 Intersep -3 467 540 0.0016 2 Pendapatan Usaha PEND 0.017714 0.0001 0.2972 3 Jumlah Anak Sekolah JAS 4 092 241 0.0001 1.0843 4 Pengeluaran Sosial PSO 0.42049 0.2073 0.1401 5 Dummy Jenis Kelamin DJG 305 509 0.6938 R 2 = 0.6421 F Hitung = 38.12 Prob F = 0.0001 Keterangan: = Parameter dugaan berbeda nyata pada taraf nyata α 0.10 Hasil pendugaan parameter persamaan Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS, menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.6421. Ini menunjukkan bahwa 64.21 persen variasi dari variabel endogen Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS dijelaskan oleh variabel-variabel Pendapatan Usaha PEND, Jumlah Anak Sekolah JAS, Pengeluaran Sosial PSO dan Dummy Jenis Kelamin DJG, dan secara signifikan pada taraf nyata α 10 persen yang ditunjukkan oleh nilai Prob F sebesar 0.0001. Pendapatan Usaha PEND berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS dengan nilai elastisitas sebesar 0.2972. Artinya setiap kenaikan pendapatan bersih usaha sebesar 1 persen akan menaikkan pengeluaran pendidikan dan sosial sebesar 0.2972 persen. Respon dari pengeluaran pendidikan dan sosial oleh perubahan pendapatan usaha ini menunjukkan bahwa pendapatan bersih usaha turut menentukan besarnya pengeluaran pendidikan dan sosial. Respon cukup rendah ini diduga karena pengeluaran untuk pendidikan anak dan sosial yang dikeluarkan ini merupakan investasi yang cukup mendasar dan jangka panjang sehingga tidak terlalu terpengaruh dengan besarnya pendapatan bersih usaha. 164 Jumlah Anak Sekolah JAS berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS dengan nilai elastisitas sebesar 1.0843. Respon pengeluaran pendidikan dan sosial oleh perubahan jumlah anak sekolah ini menunjukkan bahwa anak sekolah merupakan prioritas bagi keluarga, sehingga kenaikan jumlah anak sekolah akan menaikkan pengeluaran pendidikan dan sosial. Besarnya respon ini, menunjukkan tingginya kesadaran pelaku usaha kecil untuk melakukan investasi keluarga terutama dalam hal pendidikan anak. Dalam jangka panjang kondisi ini akan sangat menguntungkan bagi masyarakat secara umum. Karena itu upaya untuk mendorong dan meningkatkan kinerja usaha kecil, dalam jangka panjang juga akan turut memperbaiki kualitas sumber daya manusia terutama sentra-sentra usaha kecil yang banyak tersebar di wilayah perdesaan. Pengeluaran Sosial PSO walaupun bertanda positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS. Hal ini diduga karena pengeluaran sosial oleh usaha kecil ini umumnya bersifat kekerabatan dan frekuensinya relatif tidak tetap serta seringkali juga dalam bentuk barang. Walaupun tidak nyata, respon positif ini juga menunjukkan bahwa pelaku usaha kecil memiliki kewajiban dan kepedulian terhadap permasalahan sosial yang ada di wilayah usahanya. Dalam jangka panjang kondisi ini akan sangat membantu bagi masyarakat secara umum, karena biasa menjadi salah satu pendorong untuk memperkuat modal sosial. Dummy Jenis Kelamin DJG yaitu: 0 adalah pelaku usaha kecil perempuan, dan 1 adalah pelaku usaha kecil laki-laki, walaupun bertanda positif namun secara statistik juga tidak berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin pelaku