Tabungan Keragaan Model Ekonomi Usaha Kecil

164 Jumlah Anak Sekolah JAS berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS dengan nilai elastisitas sebesar 1.0843. Respon pengeluaran pendidikan dan sosial oleh perubahan jumlah anak sekolah ini menunjukkan bahwa anak sekolah merupakan prioritas bagi keluarga, sehingga kenaikan jumlah anak sekolah akan menaikkan pengeluaran pendidikan dan sosial. Besarnya respon ini, menunjukkan tingginya kesadaran pelaku usaha kecil untuk melakukan investasi keluarga terutama dalam hal pendidikan anak. Dalam jangka panjang kondisi ini akan sangat menguntungkan bagi masyarakat secara umum. Karena itu upaya untuk mendorong dan meningkatkan kinerja usaha kecil, dalam jangka panjang juga akan turut memperbaiki kualitas sumber daya manusia terutama sentra-sentra usaha kecil yang banyak tersebar di wilayah perdesaan. Pengeluaran Sosial PSO walaupun bertanda positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS. Hal ini diduga karena pengeluaran sosial oleh usaha kecil ini umumnya bersifat kekerabatan dan frekuensinya relatif tidak tetap serta seringkali juga dalam bentuk barang. Walaupun tidak nyata, respon positif ini juga menunjukkan bahwa pelaku usaha kecil memiliki kewajiban dan kepedulian terhadap permasalahan sosial yang ada di wilayah usahanya. Dalam jangka panjang kondisi ini akan sangat membantu bagi masyarakat secara umum, karena biasa menjadi salah satu pendorong untuk memperkuat modal sosial. Dummy Jenis Kelamin DJG yaitu: 0 adalah pelaku usaha kecil perempuan, dan 1 adalah pelaku usaha kecil laki-laki, walaupun bertanda positif namun secara statistik juga tidak berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Pendidikan dan Sosial PPKS. Tidak terdapat perbedaan jenis kelamin pelaku 165 usaha terhadap pengeluaran pendidikan dan sosial. Hal ini diduga karena adanya kesadaran yang tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi anak- anak mereka, sehingga pelaku usaha kecil baik perempuan maupun laki-laki tidak berbeda nyata dalam pengeluaran terutama untuk pendidikan. Beberapa hal yang menonjol dari hasil ini adalah. Pertama, pendapatan usaha dari kegiatan usaha kecil mampu mendorong pengeluaran untuk pendidikan, dan sosial dalam bentuk pengeluaran yang bersifat jangka panjang dan intangible seperti: pendidikan anak dan kewajiban sosial untuk masyarakat sekitar tempat usaha. Hal ini akan memperkuat ikatan sosial diantara usaha kecil yang umumnya berada dalam kawasan usaha yang sama sentra produksi. Kedua, besarnya respon dari pengeluaran pendidikan dan sosial oleh jumlah anak sekolah yang dimiliki usaha kecil, menunjukkan bahwa kesadaran terhadap pendidikan anak di kalangan usaha kecil sangat tinggi, ini juga menunjukkan bahwa kesadaran mereka terhadap investasi jangka panjang di bidang pendidikan cukup bagus. Ketiga, masih terlihat adanya kesadaran pelaku usaha kecil untuk melakukan kewajiban dan kepedulian sosial sebagai bagian memperkuat modal sosial di masyarakat. Keempat, dummy jenis kelamin tidak berpangaruh nyata terhadap pengeluaran pendidikan dan sosial. Ini mengindikasikan bahwa kesadaran dan prioritas pelaku usaha kecil baik itu perempuan ataupun laki-laki, terhadap pendidikan dan sosial adalah relatif sama baiknya.

6.1.9. Perilaku Ekonomi Usaha Kecil

Peningkatan kegiatan usaha kecil dari pelaku usaha yang di dorong oleh permintaan kredit, mampu mempengaruhi perilaku ekonomi usaha kecil. Hal ini terlihat dari pendapatan usaha yang merupakan hasil dari penerimaan usaha 166 dikurangi pengeluaran untuk total biaya produksi, masih mempunyai pengaruh positif terhadap tabungan, konsumsi, dan pengeluaran pendidikan dan sosial. Beberapa catatan dari hasil analisis dan pembahasan diatas adalah: 1. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh usaha kecil ini sebagian besar merupakan usaha skala kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5 orang sampai dengan 19 orang, yang menghasilkan produk makanan olahan dengan baku bahan utama pertanian seperti: ketela pohon, kedelai, beras ketan, pisang, tepung tapioka, tepung aren, tepung terigu, dan kulit rambak. Berdasarkan data penerimaan usaha rata-rata tahunan, maka angka penjualan tahunan sebesar Rp 384.89 juta yang diperoleh termasuk kategori kelompok usaha kecil. 2. Kegiatan usaha dari usaha kecil dapat dikelompokkan, pertama, kelompok usaha yang berorientasi untuk mencari kesempatan kerja, mencari nafkah dan masih kurang memiliki jiwa kewirausahaan livehood activities, kedua, kelompok usaha yang lebih bersifat pengrajin dan sudah mulai memiliki jiwa kewirausahaan micro enterprise, ketiga, kelompok usaha yang telah memiliki jaringan kerja dan mampu melayani pekerjaan pesanan atau sub- usaha dari pedagang, dan umumnya telah memiliki jiwa kewirausahaan small dynamic enterprise , jumlah kelompok ini termasuk paling sedikit. 3. Dari segi manajemen umumnya kondisi dari usaha kecil adalah: pemilik langsung adalah pengelola, perencanaan dan sekaligus pelaksana usaha berdasarkan kebiasaan dan tidak tertulis, pendelegasian kerja masih melalui perintah lisan, saluran informasi yang tersedia tidak dibina, dan masih bergantung pada pelanggan dan pemasok lokal sekitar. Namun demikian pada kondisi ini pelaku usaha kecil diharapkan menjadi orang berkarakter baik, 167 yang mampu berinteraksi dengan tenaga kerja, membina jaringan kerja, dan mampu menjalin hubungan sosial di masyarakat. 4. Dari segi ekonomi umumnya kondisi dari usaha kecil adalah: sebagian besar memproduksi produk makanan sehingga elastisitas permintaan yang rendah tidak begitu berpengaruh pada permintaan produk yang dihasilkan, modal usaha yang relatif terbatas membuat usaha kecil memiliki produksi yang ketat efisien sehingga cukup fleksibel berpindah jenis produk yang lebih menguntungkan. Usaha kecil mampu memperkuat perekonomian dengan menyerap banyak tenaga kerja dan bahan baku lokal.

6.2. KERAGAAN MODEL KETERKAITAN KREDIT DAN EKONOMI

WILAYAH Hasil pendugaan parameter model keterkaitan kredit dan ekonomi wilayah ini menunjukkan nilai koefisien determinasi R 2 dari persamaan-persamaan yang ada dalam model ini cukup beragam. Dari 11 persamaan struktural perilaku yang ada, terdapat 4 persamaan dengan nilai koefisien determinasi R 2 di atas 0.50 dan 7 persamaan lainnya memiliki nilai koefisien determinasi R 2 kurang dari 0.50. Namun sebagian besar variabel penjelas yang digunakan dalam persamaan- persamaan pada model ini memiliki pengaruh yang nyata, serta menunjukkan tanda yang diharapkan sesuai dengan apriori ekonomi sesuai harapan yang didasarkan pada hipotesis, konsep teori, fenomena, dan pengalaman empiris. Beberapa variabel penjelas tandanya tidak sesuai dengan apriori ekonomi. Untuk melihat pengaruh secara bersama-sama dari variabel penjelas terhadap variabel endogen dari 11 persamaan struktural perilaku, digunakan pengujian dengan uji F Prob F pada taraf nyata α 10 persen. Hasil