36 Hasil dari pendekatan ini adalah pinjaman sering hanya menjangkau kaum elit
perdesaan, munculnya masalah dalam pengembalian pinjaman, dan adanya kerugian yang terus bertambah tinggi bagi BRI dan pemerintah. Pada periode
ini BRI-Unit bertindak sebagai channeling agent. 2. Periode tahun 1984–1996: merupakan periode yang mengarah pada pasar
dengan kredit mikro komersial dan tingkat suku bunga yang ditetapkan sendiri oleh BRI-Unit. Kegiatan yang dilakukan adalah memperkenalkan Kupedes
pada tahun 1984 dan disertai mobilisasi simpanan secara aktif, hasilnya adalah jumlah dan nilai pinjaman meningkat tajam, tunggakan pinjaman berkurang
dan keuntungan mulai dihimpun sejak tahun 1986, serta semua pinjaman ke masyarakat didanai dari simpanan yang dihimpun secara lokal. Pada periode
ini BRI-Unit bertindak sebagai executing agent. Namun demikian masih ada kelemahannya, karena BRI-Unit mulai beralih
dari sistem unit banking menjadi sistem branch banking, kemudian kelompok masyarakat yang belum bankable kesulitan untuk memperoleh pinjaman akibat
berkurangnya atau tidak adanya lagi kredit bersubsidi atau skim kredit mikro tanpa agunan. Menurut Llanto 2007, untuk mengatasi kompleksitas dan risiko
dalam penyaluran kredit, pihak bank harus melakukan inovasi dari sisi disain skim kredit, teknologi penyaluran kredit, dan manajemen risiko. Sedangkan menurut
Ashari 2009b, untuk mendorong pembiayaan di perdesaan adalah dengan meningkatkan akses petani terhadap lembaga keuangan formal, salah satunya
dengan program sertifikasi tanah agar mudah dijadikan syarat pinjaman ke bank.
37
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
3.1. Usaha Kecil Dan Kebutuhan Kredit
Di Indonesia usaha mikro dan kecil menjadi penopang utama kegiatan ekonomi, terutama dilihat dari kontribusi dalam hal penyerapan tenaga kerja dan
jumlah unit usaha. Kontribusi usaha mikro dan kecil UMK dalam penyerapan tenaga kerja mencapai 94.59 persen dari seluruh pasar tenaga kerja di Indonesia,
sedangkan kontribusi usaha mikro dan kecil UMK dalam hal jumlah unit usaha di semua sektor ekonomi mencapai 99.91 persen dari total unit usaha di Indonesia
Kemenkop dan UKM, 2009. Secara umum usaha mikro, kecil dan menengah memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian, kondisi yang hampir
sama juga terdapat di negara-negara lain bahkan di negara maju sekalipun. Negara-negara maju sering mengatur pola kemitraan tertentu melalui
undang-undang anti-trust, untuk menghambat praktek monopoli. Di Amerika Serikat jumlah perusahan berbentuk sole proprietorship mencapai 73.70 persen
atau sekitar 14.78 juta unit usaha, perusahaan berbentuk corporation mencapai 18.50 persen atau 3.72 juta unit, dan perusahaan berbentuk partnership mencapai
9.75 persen atau sekitar 1.55 juta unit Hyman, 1997. Disini terlihat di Amerika Serikat jumlah perusahaan perorangan sole proprietorship, yang identik dengan
perusahan skala kecil juga merupakan mayoritas usaha dan menjadi penopang struktur usaha yang lebih besar diatasnya.
Berdasarkan aspek kepemilikan usaha dan legal bisnis, menurut Hyman
1997, terdapat beberapa bentuk perusahaan bisnis, yaitu: 1 sole proprietorship
adalah usaha yang dimiliki dan dilakukan oleh perorangan, serta bertanggung jawab atas hutang bisnis, usaha ini merupakan bentuk struktur bisnis legal yang
38
paling dasar dan sederhana, 2 corporation adalah bisnis legal yang didirikan
berdasarkan undang-undang negara, dimana ada pemisahan antara kepemilikan pribadi dan kepemilikan perusahaan, korporasi merupakan produk hukum
perusahaan, dan ada aturan yang menyeimbangkan kepentingan manajemen yang mengoperasikan perusahaan, kreditur, pemegang saham, dan buruh yang
menyumbangkan tenaga, dan
3 partnership adalah bisnis yang dimiliki oleh dua
atau lebih, dimana ada pengaturan entitas dan atau individu yang sepakat untuk bekerja sama untuk memajukan kepentingan mereka. Kemitraan ini terbentuk
antara satu atau lebih bisnis di mana mitra pemilik bekerja untuk mencapai dan berbagi keuntungan atau kerugian.
Perilaku ekonomi dari usaha kecil sebagai perusahaan firm memiliki perbedaan dengan perilaku ekonomi dari rumahtangga household. Perusahaan
adalah organisasi ekonomi yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan profit dengan menggunakan sejumlah sumberdaya yang dikuasainya. Sedangkan
pada rumahtangga tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memaksimumkan kegunaan utility dengan bertindak rasional dalam mengalokasikan modal dan
waktu rumahtangga, dan menggunakan pendapatan untuk konsumsi barang dan jasa Becker, 1965; Evenson, 1976; Kusnadi, 2005; Fariyanti, 2008.
Pelaku usaha kecil sebagai produsen dengan asumsi dasar fungsi produksi Henderson dan Quandt, 1980, memiliki perilaku ekonomi lebih didasarkan pada
usaha untuk mencari keuntungan laba maksimum, dan untuk memaksimumkan keluaran serta mengoptimumkan penggunaan faktor produksi. Dalam jangka
pendek, keuntungan merupakan selisih antara nilai keluaran dengan nilai masukan variabel, sedangkan dalam jangka panjang keuntungan merupakan selisih antara