KETEPATAN PEMILIHAN JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI AWAL LANGKAH MENUJU KESUKSESAN PESERTA DIDIK

KETEPATAN PEMILIHAN JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI AWAL LANGKAH MENUJU KESUKSESAN PESERTA DIDIK

Pepi Nuroniah Pascasarjana UM dan Guru MAN 2 Serang, Banten

Setiap tahun ajaran baru biasanya jadi ajang untuk mewujudkan mimpi calon mahapeserta didik. Di Indonesia ada beberapa jalur untuk masuk ke perguruan tinggi negeri maupun swasta. Ada jalur seleksi melalui rapor atau undangan (misalnya PMDK, SNMPTN, SPAN PTKIN), tes tulis yang diadakan bersama (SBMPTN, UMBPT, dll), dan tes tulis mandiri (misalnya UTUL UGM, UM UNDIP, SIMAK UI). Di saat-saat inilah peserta didik kelas XII menyiapkan dirinya agar dapat masuk ke univer- sitas favoritnya. Persiapan biasanya dilakukan dengan belajar mandiri lebih keras dan rajin, ditambah mengikuti bimbingan belajar. Di samping menyiapkan ujian Ujian Nasional, mereka meluangkan waktu untuk berlatih soal-soal SBMPTN. Bukan hanya belajar, biaya pun harus dipersiapkan dengan matang.

Situasi yang tertulis di atas menggambarkan bagaimana peserta didik amat ingin masuk universitas yang favorit atau terkenal. Tentu saja hal ini wajar, setiap peserta didik ingin belajar di tempat yang berkualitas. Sayangnya, ketika sudah masuk ke dunia kuliah apakah mahasiswa baru ini sebelumnya memikirkan apa sebenarnya tujuan dia berkuliah? Atau hanya mengikuti kebiasaan yang sudah ada? Setelah lulus SMA, SMK, MAN harus kuliah. Hal ini terkadang menjadi sebuah tanya besar, apakah “Karena orang-orang melakukan itu jadi saya pun melakukannya” ikut- ikutan temankah? disuruh orang tua? Biar keren? atau benar-benar ingin mewujudkan mimpi? Tentunya sebaris pertanyaan tersebut menjadi begitu familiar saat tahuan ajarn baru dibuka.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru BK, kebanyakan dari peserta didik ingin masuk ke universitas A, namun mereka bingung

memilih program studi. Kebingungan yang tidak ada jalan keluarnya atau dibiarkan saja oleh peserta didik, kemungkinan ke depannya akan menyebabkan peserta didik tersebut mengalami salah jurusan. Adapun penyebab-penyebab peserta didik salah jurusan sebagai berikut.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

1. Hanya mengikuti yang disarankan orang tua. Peserta didik mengalami kebingungan ketika apa yang diinginkannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang tua.

2. Ikut-ikutan teman, bingung memilih jurusan danterkadang peserta didik hanya mengikuti apa yang temannya pilih.

3. Asal kuliah di universitas ternama. Menurut Alfan (2014) Jacket Syindrom perlu diwaspadai pada peserta didik. Maksudnya ketika peserta didik lebih mengutamakan warna almamater yang akan dia gunakan dibandingakan jurusan pilihannya. Contoh apabila peserta didik diberikan pertanyaan akan kuliah di mana? Mereka bisa langsung menjawab UI, ITB, UGM dll. Padahal pertanyaan kuliah di mana bisa saja dijawab dengan nama daerah.

4. Tidak mengetahui konsep dirinya dan tujuannya kuliah. Salah jurusan dapat menimbulkan kejenuhan dan kebingungan

ketika menjalani perkulihannya. Potensi yang dimiliki bisa jadi tidak dikembangkan secara maksimal. Ada yang menyadari kekeliruannya dan mengulang ditahun berikutnya, ada juga yang bertahan pada jurusan tersebut. Tentu saja tidak masalah ketika sang mahasiswa merasa baik- baik saja dengan jurusannya. Namun, banyak kita temui ketika mereka bekerja kadang tidak sesuai dengan jurusannya. Tepat jurusan dapat membuat mahasiswa bertanggungjawab atas pilihannya dan memiliki motivasi tinggi dalam meraih masa depan cerah.

Untuk menangani hal-hal di atas ada beberpa program yang mungkin dapat dilaksanakan di sekolah. Sebab, study lanjut adalah bagian layanan bimbingan karier dalam bimbingan dan konseling yang berfungsi untuk pengembangan potensi diri dan memandirikan peserta didik dalam menganmbil keputusan karir.Program yang rutin dilakukan sebagai berikut.

1. Pertemuan dengan orang tua peserta didik. Disetiap ajaran tahun baru, sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik untuk mensosialisasikan cara masuk perguruan tinggi, jurusan, dan apa saja yang perlu disiapkan. Tujuan pertemuan ini agar orang tua dan peserta didik dapat sesuai dalam pemahaman memilih jurusan. Sebab masalah yang sering timbul adalah siswa ingin masuk jurusan teknik sipil orang tua ingin anaknya masuk kedokteran.

2. Carier Day, sekolah mendatangkan pemateri-pemateri dari universitas untuk menjelaskan lebih detail juruasan apa saja yang ada di

219 universitas tersebut, ada juga pemateri dari lembaga yang memberikan

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

beasiswa, dan dapat mengundang alumni yang baru lulus untuk memebrikan motivasi pada adik kelasnya. Agar peserta didik lebih mengetahui setiap jurusan dan tahu apa perbedaan serta kesamaannya

3. Melaksanakan tes minat bakat, pelaksanaan tes ini dapat mengetahui kecenderungan minat dan bakat peserta didik. Bukan untuk dijadikan acuan utama, namun dapat jadi pertimbangan untuk peserta didik.

4. Guru BK dapat melaksanakan Bimbingan dan Kelompok. Tujuan utamanya agar peserta didik dapat saling membantu dalam menyelesaikan maslahnya. Contoh masalah kecemasan dalam memilih bidang studi yang tidak sesuai dengan pilihan orang tuanya. Dalam kelompok tersebut mungkin ada peserta didik yang mengalami permasalahan yang sama dan dapat memberikan pendapat-pendapat atau cara yang pernah dilakukannya. Begitupun dengan anggota kelompok lainnya.

5. Guru BK juga dapat melaksanakan layanan klasikal dengan memilih tema-tema berkaitan dengan pemilihan jurusan atau tentang karir di masa depan. Namun, yang harus dilakukan lebih dulu adalah melaksanakan need asessmet. Mengetahui kebutuhan utama siswa, hal ini bisa didapat dari angket, inventori, dan observasi di lapangan.

6. Konseling Individu adalah konseling yang dilakukan oleh guru BK baik untuk menyelesaikan masalah yang mengganggu peserta didik maupun untuk mengembangkan potensinya. Bisa jadi siswa memiliki masalah yang sama, namun diatasi dengan pendekatan teori konseling yang berbeda. Ada berbagai macam pendekatan contoh behavioristik, psikoanalisis, gestalt, personcenter, realita dan banyak lagi pendekatan teori konseling.

Sebagaimana diuraikan di atas, poin-poin yang dapat dilakukan guru BK dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah jurusan. Untuk lebih mendalam peulis akan membahas poin terakhir yakni konseling individu yang biasa dilakukan oleh guru BK. Mungkin guru BK dapat menerapkan prosedur konseling realitas yang dikenal dengan singkatan WDEP yakni (Fall et al, 2001).

a. Want: mengetahui apa yang diingikan oleh peserta didik saat ini, contoh: saya ingin masuk jurusan pendidikan bahasa Indonesia, seperti yang ibu tahu saya sering juara kepenulisan dan lomba puisi, tapi orang tua saya ingin saya masuk jurusan kebidanan.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

b. Do/Direction: mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh peserta didik selama ini, contoh: ”apa saja yang sudah kamu lakukan untuk dapat persetujuan dari orang tuamu?” “bagaimana cara kamu menjelaskan keinginanmu”. Guru BK mengidentifikasi apa saja yang pernah dilakukan oleh peserta didik.

c. Evaluation: adalah evaluasi yang dilakukan oleh peserta didik atas apa yang pernah dikerjakannya dalam mengatasi masalah. Guru BK hanya mengkonfrontasi dan menghindari judgement. Contoh “baik, kamu hanya mengatakan ingin masuk jurusan bahasa Indonesia namun belum mengungkapkan alasan memilih jurasan bahasa Indonesia?”

d. Planing: Rencana yang akan dilakukan oleh peserta didik. Contoh: “kapan kamu akan menjelaskan alasanmu memilih jurusan bahasa Indonesia kepada orang tuamu?” rencana yang dibuat harus berdasarkan pilihan peserta didik, dapat diukur keberhasilannya dan dapat dilaksanakan.

Prosedur tersebut didasarkan pada prinsip keterlibatan (involvement), pemutusan pada tingkah laku saat sekarang dari pada perasaan (focus on present behavior rather than on feeling), pertimbangan nilai (value judgement), perancanaan tingkah laku bertanggungjawab (planning responsible behavior), membuat komitmen (commitment), tidak menerima alasan-alasan kegagalan (no excuses), peniadaan hukuman (eliminate punishment), dan pantang menyerah (never give up). Prinsip- prinsip ini harus dilaksanakan oleh guru BK ketika memilih menggunakan prosedur WDEP agar tujuan konseling tercapai.

Menurut Glaseser dan Zunin (Corey, 2013) tujuan umum dari konseling realitas adalah membantu seseorang untuk mencapai otonomi. Otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan lingkungan dengan dukungan internal. Guru BK harus memiliki tujuan-tujuan tertentu bagi klien dalam pikirannya.Akan tetapi, tujuan-tujuan itu harus diungkapkan dari segi konsep tanggung jawab individual.

Tujan tersebut selaras dengan tujuan dari bimbingan dan konseling yakni mengentaskan masalah peserata agar dapat membuatnya mandiri dalam mengambil keputusan karirnya di masa depan. Sempat di awal disinggung, bahwa masalah yang sama belum tentu dapat diselesaikan dengan pendekatan yang sama pada setiap peserta didik. Untuk itulah guru BK harus dapat mengindentifikasi secara holistik dalam menghadapi peserta didik.

221 Ketepatan memilih jurusan, diharapakan dapat menumbuhkan

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri peserta didik kelak di perguruan tinggi. Sebab, kuliah mempunyai arti “pelajaran yang diberikan” atau “ceramah”. Lebih sering diartikan juga proses belajar. Pelajaran yang kurang disukai kemungkinan dapat menurunkan motivasi belajarnya terlebih kurang mengetahui tujuan dari jurusan yang dipilihnya. Oleh karena itu, salah jurusan sebisa mungkin untuk dihindari dan pemilihan jurusan dimulai semenjak sekolah.

DAFTAR RUJUKAN Alfan, Rabbani. 2014. Waspada Jacket Syindrom. PT Gramedia: Jakarta. Corey, Gerald. 2013. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, Terjemahan

Koswara E. Bandung: Refika Aditama. Fall, A, Kefin et al. 2010. Theoretical Models of Counseling and

Psychotherapy.Brunner-Rountage: New York and Hove. Ramli, M. 2016. Penerapan Prinsip dan Prosedur Konseling Realitas dalam

Membantu Remaja Mengatasi Masalah yang Dihadapi. Disampaikan dalam seminar profesi bimbingan dan konseling, tantangannya dalam menghadapi problematika remaja. Malang: UM.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Strategi Token Reinforment untuk Menurunkan Munculnya Perilaku Out-Of Seat pada.....

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47