MEMBANGUN MINDSET OPTIMIS SISWA SMK GUNA MEREDUKSI KECEMASAN MEMPERSIAPKAN DIRI MEMASUKI DUNIA KERJA

MEMBANGUN MINDSET OPTIMIS SISWA SMK GUNA MEREDUKSI KECEMASAN MEMPERSIAPKAN DIRI MEMASUKI DUNIA KERJA

Isrizal Anwar Zuhri SMKN 2 Singosari Malang

Umumnya pada masa remaja terjadi berbagai perubahan dan perkembangan yang dialami di berbagai aspek dalam diri individu seperti biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock 2003: 26). Pada masa ini merupakan masa transisi antara anak-anak ke dewasa yang berada pada rentang usia 13 sampai 18 tahun (Hurlock 1980:206). Lebih lanjut, Hurlock (1980: 213) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan salah satu periode kehidupan yang sarat akan dinamika, mempunyai ciri khas pada salah satu tugas perkembangannya yaitu kurangnya keterampilan dalam mengontrol diri pada aspek psikologis. Ketidakterampilan remaja dalam mengontrol diri pada aspek psikologis diwujudkan dalam bentuk rasa kekhawatiran yang berlebih terhadap dunia kerja, utamanya remaja yang bersekolah di kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kekhawatiran yang berlebihan tersebut berdampak serius pada perkembangan siswa, utamanya berkaitan erat dengan kondisi psikis siswa SMK dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.

SMK merupakan salah satu bagian dari jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa atau individu untuk siap bekerja di suatu bidang tertentu secara profesional. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 29 Tahun 1990 menyatakan bahwa tujuan pendidikan kejuruan (SMK) mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja, serta mengembangkan sikap profesional. Dengan demikian, fokus utama SMK adalah lembaga pendidikan yang mencetak perserta didik untuk siap bekerja.

Penjelasan di atas berbanding terbalik dengan fenomena di lapangan. Seperti data yang dilansir oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Sairi Hasbullah (2015) menyatakan berdasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) di Provinsi Jawa Timur hingga Agustus

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

2015, paling tinggi terjadi pada lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni 11,74 persen.Pada sektor pendidikan lainnya, tingkat pengangguran pada SMP di Jatim mencapai 4,43 persen, SMA 8,73 persen, Diploma 8,11 persen, dan Universitas 4,99 persen. Sementara untuk TPK terendah terjadi pada lulusan SD yaitu 1,39 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa sekolah-sekolah kejuruan yang diharapkan dapat langsung bekerja, ternyata tidak seperti itu,” kata Sairi di Surabaya, Kamis (5 November 2015). Skala nasional tingkat pengangguran yang paling tinggi terjadi pada lulusan SMK yaitu 12,65 persen sampai agustus 2015. Sementara tingkat pengangguran terendah terjadi pada lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu 2,74 persen.

Data di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara ekspektasi lulusan SMK yang dipersiapkan memasuki dunia kerja, namun realita jumlah siswa SMK yang sulit mendapat pekerjaan setelah lulus masih tinggi. Keadaan seperti inilah yang membuat banyak siswa SMK mengalami tekanan psikologis dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, karena adanya persaingan yang semakin berat untuk mendapatkan pekerjaan. Kondisi ini pula yang memunculkan kecemasan siswa akan masa depan mereka. Kecemasan yang dialami siswa SMK tersebut secara otomatis akan menghambat proses perkembangannya baik secara kognitif dan afektif dalam proses persiapannya memasuki dunia kerja.

Senada dengan data diatas hasil temuan penulis selama mengajar di SMK negeri baik kota maupun Kabupaten Malang terdapat fakta yang sangat mengejutkan. Banyak siswa yang pesimis akan masa depannya terkait dengan aspek karier, banyak siswa-siswi yang berpikir setelah lulus nanti ketrampilan serta ijazah SMK mereka bakal sia-sia dan tidak terpakai. Selain itu, ketidak siapan mereka untuk kerja jauh dari orang tua menjadi kecemasan selanjutnya, disusul mendapatkan gaji yang sedikit atau pekerjaan yang tidak sesuai harapan. Itu semua mereka tuturkan dengan gamblang sewaktu saya sedang ngobrol santai dengan beberapa anak kelas XII, yang seyogyanya sudah memiliki pandangan ingin menjadi apa dan bekerja dimana setelah lulus nantinya.

Begitu pula hasil wawancara terhadap beberapa siswa kelas XI dan

X yang umumnya belum memiliki tuntutan terkait dengan kelulusan dan ujian nasional. Hasil dari wawancara singkat dengan mereka saya mendapati suatu kesimpulan kalau mereka juga memiliki kecemasan

213 akan karier di masa depannya kelak, terutama dalam bidang karier. Hal

Membangun Mindset Optimis Siswa SMK Guna Mereduksi Kecemasan Mempersiapakan....

ini menunjukkan bahwa kecemasan siswa akan masa depan kariernya sudah muncul dari kelas X.

Kecemasan memasuki dunia kerja,itulah salah satu masalah terbesar siswa SMK saat ini. Sebelum membahas lebih jauh mengenai kecemasan, sebenarnya apa itu kecemasan, menurut Ramaiah (2003:10) Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang dalam waktu tertentu dikehidupannya. Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan juga dapat muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Senada dengan pendapat diatas Beck & Moore (2001) memberikan definisi bahwa kecemasan adalah suatu rangkaian pandangan negatif dan tidak terkendali yang berpusat pada beberapa masalah yang dialami dengan menimbulkan akibat yang tidak pasti, dari hal tersebut pasti dapat mendatangkan berbagai kekacauan. Dari berbagai sumber diatas penulis menarik satu kesimpulan bahwasannya kecemasan adalah suatu respon terhadap situasi tertentu yang dianggap mengancam baik nyata ataupun khayalan. Jika kecemasan tersebut dikaitkan dengan persiapan diri memasuki dunia kerja, maka akan menjadi sebuah kondisi atau respon dimana individu memiliki pemikiran negatif tentang masa depan kariernya yang belum tentu terjadi.

Siswa SMK bukanlah satu-satunya penyumbang pengangguran bagi Indonesia, ada lulusan diploma, SMA,SMP, SD bahkan S1 dan S2. Akan tetapi, dengan besic lulusan SMK yang diproyeksikan sebagai calon tenaga kerja professional dan masa depan generasi emas bangsa malah menempati pringkat teratas penyumbang pengangguran,hal inilah yang membuat pembahasan ini menarik. Sebenarnya apa yang menyebabkan hal tersebut? Apakah sistem yang diterapkan masing-masing sekolah salah? atau intruksi dari pemerintah yang selalu berganti patut untuk dikambing hitamkan? atau pula para guru-guru dimasing-masing sekolah sebagai orang yang patut untuk dipersalahkan atas kegagalan siswanya dalam masa depan karir peserta didik? Banyak hal sebenarnya yang perlu dikoreksi akan permasalahan kecemasan siswa dalam persiapan memasuki dunia kerja ini. Dalam hal ini penulis menggolongkan dua aspek dalam terbentuknya kecemasan siswa SMK tersebut, dimana kedua aspek ini sangat berhubungan dan saling menguatkan satu sama lain.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Dua aspek tersebut yakni aspek internal dan eksternal. Internal yakni dari dalam siswa itu sendiri, siswa sudah memiliki bayangan-bayangan akan dirinya ataupun memiliki kepesimisan sejak awal mula dirinya masuk SMK. Kemudian keengganan siswa memiliki keinginan untuk merubah karakternya menjadi seorang petarung. Petarung disini dalam artian siswa SMK memiliki motivasi atau jiwa memberontak dalam merubah nasib yang dia anggap tidak memihak padanya. Sikap-sikap tersebut seperti keaktifan dalam berbagai organisasi-organisasi yang positif, lebih dekat dengan guru, tidak sungkan bertanya, mengkesampingkan melakukan hal-hal yang tidak penting bahkan melanggar norma sosial yang kebanyakan remaja saat ini lakukan. Sampai akhirnya sikapnya tersebut akan memberikan suatu pemikiran baru yang lebih matang, ataupun dampak positif guna menentukan tujuan dia setelah lulus nanti baik bidang pekerjaan/karir atau bidang lain.

Aspek selanjutnya adalah eksternal. Kalau dalam aspek ini peran berbagai lapisan masyarakat dan lingkungan yang menentukan. Seperti pertemanan diluar sekolah, banyak siswa SMK yang masih berteman akrab dengan teman SMP, SD atau teman sepermainannya dulu, sebenarnya tidak ada masalah dengan pergaulan tersebut.Akan tetapi, menjadi dampak yang merugikan bagi anak didik kita jika teman- temennya dulu ternyata sudah putus sekolah dan mengajak bolos, keluar main malam hari, bahkan sampai melakukan pelanggaran norma sosial, dan lain sebagainya. Dampak seperti itulah yang paling ditakutkan semua guru terutama guru BK, karena akan sangat mengganggu peroses pembelajaran disekolah yang akhirnya menyebabkan kerugian pada diri peserta didik itu sendiri.

Lapisan selanjutnya adalah lingkungan keluarga,lingkungan keluarga ini ibarat pondasi anak didik kita. Dimana dari keluargalah pola pikir, prilaku, dan karakter anak terbentuk, memiliki lingkungan keluarga yang kurang sehat sudah dapat dipastikan semangat belajar peserta didik disekolah juga tidak sehat. Oleh karena itu, semangat belajar kurang baik akhirnya peserta didik tersebut tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, pastinya kompetensi yang dimiliki akan kurang memuaskan pula, sehingga pemikiran-pemikiran yang irasional akan muncul. Peserta didik akan berpikir bahwa ilmu yang dia dapatkan di sekolah hanyalah kesia-siaan dan ujungnya mereka akan melampiaskan amarah mereka dengan hal-hal negatif. Parahnya lagi

215 mereka (peserta didik) mengajak teman untuk mendukung dan menemani

Membangun Mindset Optimis Siswa SMK Guna Mereduksi Kecemasan Mempersiapakan....

pelampiasan amarahnya ini, sehingga anak yang tidak berpikir negatif akan berpikir sama dengan anak yang memiliki pemikiran negatif. Kondisi demikian menyebar ke yang lain pula, hingga akhirnya dari pemikiran-pemikiran yang kesemua negatif tersebut, akan menimbulkan kekhawatiran dari dalam diri individu peserta didik dalam persiapan karirnya dan serta menghambat proses perkembangannya.

Lapisan selanjutnya adalah pihak sekolah serta guru-guru di dalamnya. Sekolah dapat dibilang adalah tombak atau pisau dari Siswa SMK, karena sekolah adalah bagian akhir dan vital dalam pembentukan mindset dari para siswa SMK tersebut.Sistem dan lingkungan sekolah yang tidak dapat menampung aspirasi dan kreativitas siswa, akan menyebabkan ketidakpercayaan siswa terhadap proses pendidikan.Hal ini dikarenakan ketidakpercayaan tersebut akan menimbulkan pemikiran pesimis dari dalam diri siswa, kepesimisan tersebut akan menular keteman- teman siswa yang lain. Kepesimisan akan menimbulkan dampak keminderan yang bermuara pada kecemasan dalam persiapan diri di karier siswa SMK. Akan tetapi, apakah semua ini mutlak kesalahan sekolah, keluarga, ataupun teman yang salah? tentu tidak, masih banyak aspek yang perlu dikritisi dalam hal ini, seperti pemerintah, sistem pendidikan yang membingungkan bagi peserta didik, dan akhirnya bukan sistem pendidikan yang melayani atau mengikuti kemampuan para peserta didiknya. Justru malah sebaliknya peserta didiklah yang harus dapat mengikuti alur dunia pendidikan di negri ini. Padahal kemampuan seluruh peserta didik di Indonesia tidak dapat disama ratakan. Bukannya ingin menyalahkan pemerintah atau mengambing hitamkan pemerintah, tetapi pemerintah juga ikut andil dalam membengkaknya prosentase pengangguran di berbagai tingkatan pendidikan, khususnya SMK.

Sementara itu upaya kita sebagai seorang guru BK sekiranga memiliki cara, agar siswa SMK tidak memiliki pemikiran-pemikiran negatif mengenai masa depan karirnya. Peran kita (guru BK) adalah sebagai salah seorang yang harus siap memberikan bahunya untuk setiap siswa ketika mereka mulai putus asa, memberikan tangan untuk mengangkat ataupun mendorongnya agar mereka tetap optimis meraih masa depan, tidak lupa menjadi pendengar yang baik untuk semua keluhan siswa, dan pembicara yang diharapkan setiap katanya sebagai sarana informasi

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

baik itu informasi kerja ataupun sekolah lanjutan. Paling utama adalah guru BK dapat menjadi sumber motivasi dan informasi bagi seluruh peserta didik dimasing-masing sekolah.

Dari berbagai data dan argumentasi diatas menunjukkan bahwa dunia SMK perlu diberikan perhatian lebih, karna di SMK ini pemuda- pemuda bangsa yang siap menjadi tumpuan perekonomian dan dunia industri kita dicetak. Perlu langkah pasti untuk membuat SMK menjadi lebih baik. Langkah kongkrit yang perlu diusahakan yakni saling bekerjasama satu sama lain, jadi tidak hanya satu pihak saja yang berusaha merubah dan membangun mindset optimistis dari siswa SMK. Akan tetapi, semua aspek diatas dapat memberikan titik temu dan dapat memecahkan masalah apa, serta bagaimana menjadikan siswa SMK yang matang dan siap untuk bekerja demi generasi emas Indonesia di masa depan.

DAFTAR RUJUKAN Beck, J. R., & Moore, D.T. 2001. Kuatir. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (edisi kelima) Jakarta: Erlangga. Kurniawan, Dian. 2005. Memprihatinkan, Lulusan SMK Banyak yang

Menganggur. (Online) (http://news.liputan6.com/read/2358787/ memprihatinkan-lulusan-smk-paling-banyak-menganggur /Diakses pada tanggal 26 November 2016).

PP No 29 tahun 1990, tentang standart pendidikan Indonesia. Ramaiah, S. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:

Pustaka Populer Obor. Santrock, J.W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta:Erlangga.

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47