BUDAYA LITERASI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DI SMAMDA SIDOARJO
BUDAYA LITERASI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DI SMAMDA SIDOARJO
Ifta Zuroidah SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo
Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi juga di rumah dan di lingkungan sosial masyarakat. Di masa kini, siswa menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai kelas yang lainnya. Tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)tentunya membutuhkan good character. Hal ini dikarenakan karakter adalah kunci keberhasilan individu. Kegagalan siswa sering disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, jika menginginkan keberhasilan, siswa membutuhkan Emotional Quotient (EQ). Sekolah pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat “transfer of knowledge” belaka, sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Akan tetapi, sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai
Kegiatan kelas yang dapat mendorong siswa untuk lebih mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip etika dan perilaku yang baik akan dapat menjadi karakter siswa saat melakukan pembelajaran di sekolah maupun diluar sekolah nantinya. Adapun cara membangun karakter siswa disekolah dapat melalui upaya yang meiluputi:
1) Pilar karakter, yaitu suatu karakter positif yang patut ditanamkan dalam diri siswa, sehingga perilaku yang baik akan secara otomatis dan secara spontanitas diterapkan oleh siswa.
2) Mengatur peraturan yang tepat,hal ini merupakan tanggung jawab sebagai guru untuk menetapkan aturan yang tepat untuk perilaku kelas dengan menetapkan aturan-aturan dasar yang jelas dan baik. Guru dapat melihat secara langsung kepribadian siswa, apa saja yang dapat dan tidak dapat diterima untuk diarahkan menjadi suatu kebaikan.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
3) Mendorong umpan balik yang baik, maksudnya adalah siswa memilih model peran apakah seorang guru atau orang lain untuk menunjukkan model peran karakter positif dalam sejarah, sastra, ilmu pengetahuan, seni dan lain-lain.
4) Meletakan dasar saling menghormati, dimana kelas harus mapan di atas dasar rasa hormat. Harga diri dan rasa hormat kepada orang lain merupakan dasar dari banyak karakter positif lainnya. Karakter negatif dan penyalahgunaan dalam bentuk apapun tidak dapat ditolerir dan hasus diikuti dengan konsekuensi yang sesuai. Hal ini diperlukan untuk kampanye anti bullying dan memuji kebaikan siswa karena memperlakukan semua teman sekelas dengan hormat dan bermartabat. Selain itu, siswa juga diajarkan untuk jujur dan berperilaku sopan- santun, menghargai dan menghormati keadaan orang lain terutama antar siswa di kelas dan tidak saling mengejek atau membicarakan kekurangan orang lain, santun terhadap yang lebih tua dan menjaga menyayangi yang lebih muda.
5) Kebijakan toleransi yang mempunyai tanggungjawab terhadap lingkungan yang baik, meletakkan dasar kejujuran dan kesetiakawanan sosial yang baik terhadap apa yang dilihat dan dirasakan, melalui suatu kegiatan yang melibatkan seluruh siswa sehingga timbul rasa sosial dan menghargai terhadap sesama.
6) Tindakan yang berkarakter, yang mencakup bagaimana pendidik atau guru dapat memberikan wawasan pengetahuan yang baik terhadap siswa akan adanya suatu kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain, serta membuat suatu kegiatan yang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial dan kesetiakawanan.
Dalam ajaran Islam, banyak anjuran untuk belajar, belajar, dan belajar serta berpikir, berpikir dan berpikir. Bahkan, kita pun menjumpai
dalam salah satu ayat Al-Quran surat Iqra’ yang artinya adalah ‘baca’. Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup, karena semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap siswa, tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan masyarakat akan membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik.
Bagaimana siswa kita agar terbiasa untuk membaca padahal kita tahu banyak dari mereka yang belum terbiasa melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman dari membaca dan mengaktualisasi diri melalui
319 tulisan. Membaca dan menulis dapat dikatakan belum mengakar kuat
Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter di SMAMDA Sidoarjo
dalam budaya siswa. Kondisi ini tidak hanya siswa yang menjalani, bahkan mahasiswa, guru, dan dosen tidak sedikit dari mereka yang sama keadaannya. Hal ini terbukti dengan minimnya jumlah buku yang dimiliki.
Menciptakan kebiasaan dan keinginan untuk terus membaca haruslah terus kita upayakan. Kita berharap bahwa siswa siap untuk diajak kepada hal-hal yang lebih terbuka pikirannya dengan dunia luar dari proses literasi. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat berpikir kritis, disiplin, berinisiatif, tekun, ulet/gigih, dinamis, dan menghargai waktu. Lemahnya budaya literasi siswa yang kita jumpai mengakibatkan siswa hanya mengandalkan apa yang dilihat dan apa yang didengar. Mereka merasa lebih menikmati belajar praktis dengan cara melihat dan mendengarkan dari media elektronika yang tersedia. Jika kita amati lebih jauh mana yang lebih cepat mereka tangkap antara melihat, mendengar, membaca, dan menulis, maka sudah dapat dipastikan melihat dan mendengarlah yang akan menjadi pilihan mereka.
Sebuah harapan bahwa budaya literasi yang dibangun ini akan dapat menciptakan karakter seseorang yang jauh lebih baik. Banyak hal yang perlu diperhatikan, misalnya bagaimana siswa kita memiliki karakter bawaan, akan tetapi tidak berarti karakter itu tidak dapat diubah. Untuk dapat mengubah karakter seseorang dibutuhkan perjuangan yang berat. Dibutuhkan latihan yang terus menerus untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar.
Memulai budaya literasi disekolah dengan memanfaatkan perpustakaan kelas dapat dikatakan cukup efektif. Siswa banyak yang mulai tertarik dan ingin membaca dari buku yang dikumpulkan bersama, tidak perlu jauh dan antri di perpustakaan sekolah hanya untuk meminjam buku, karena apa yang ingin dibaca semua sudah tersedia di kelas mereka. Ada waktu yang dapat mereka manfaatkan untuk membaca, sekolah kami, SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo, mengalokasikan 15 menit sebelum siswa memulai aktivitas pembelajaran untuk membaca. Jam sekolah masuk 6.30 pagi dan pembelajaran baru dimulai 6.45, jadi masih ada sisa waktu yang dapat siswa gunakan untuk membiasakan diri dengan membaca, tidak jarang dijumpai pula siswa yang membaca pada saat istirahat jam pertama atau pada istirahat jam kedua.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Dengan adanya perpustakaan kelas ini, siswa mulai merasa tertantang, sehingga tidak hanya mengumpulkan buku saja. Disinilah mulai muncul nilai-nilai karakter yang tanpa mereka sadari mulai terbentuk. Bertanggung jawab adalah salah satunya, mereka harus merawat dan memanfaatkan perpustakaan kelas ini. Cinta ilmu juga salah satunya, kebiasaan mereka membaca tanpa kesulitan mencari buku dari waktu yang terbatas. Selain itu, disiplin membaca juga menjadi kebiasaan bagi mereka.
Wajah masa depan siswa kita dapat dilihat dari bagaimana kualitas literasi yang mereka lakukan. Dengan memperkenalkan budaya literasi secara terus menerus kepada siswa melalui contoh dan penyampaian yang menarik, maka kita tidak perlu khawatir lagi mereka akan menjadi korban globalisasi atau peradaban modern. Tidak dapat dimungkiri bahwa minat baca mampu mencerdaskan anak didik kita.
Gambar 1. Dokumentasi Bukti Penghargaan dan Kegiatan yang
Dilakukan
SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo adalah sekolah yang mendapatkan penghargaan penguatan literasi satuan pendidikan dari bupati Sidoarjo. Sekolah ini tidak lantas berpuas diri setelah mendapatkan penghargaan ini, budaya literasi ini masih tetap dilanjutkan dengan sepenuh hati. Konsekuensi yang didapatkan tidaklah mudah, dibutuhkan peran semua pihak di sekolah serta kerja sama yang kuat antara pemimpin sekolah, guru, tenaga kepegawaian, dan siswa.
Sekolah dengan julukan School of Champions ini mampu membuktikan diri. Budaya literasi yang sudah dibangun, salah satu
caranya melalui kegiatan membaca surat kabar Jawa Pos, yang dilakukan dua kali dalam satu minggu, mampu membangun karakter siswa untuk dapat berpikir kritis, berinovasi tinggi, kreatif, ulet, tanggung jawab,
321 dan mampu beraktualisasi kearah yang lebih baik. Dengan bukti, siswa
Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter di SMAMDA Sidoarjo
mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai hal yang bermanfaat dan dengan sikap yang positif.
Surat kabar dalam jumlah banyak yang sudah mereka baca dan mereka buat literasi tulisan tidaklah terbuang sia-sia. Pembentukan karakter dari budaya literasi ini menciptakan suatu gagasan yang membuat kita bangga kepada mereka, melalui event pameran Zero Waste, mereka memanfaatkan koran-koran ini sebagai bahan untuk membuat media pembelajaran dalam bentuk tubuh manusia dan organ-organnya, yang ditampilkan dalam pameran yang bertempat di Pendopo Kabupaten Sidoarjo.
Tidak berhenti sampai disini, dengan gigih, ulet, kerja keras, disiplin, dan tanggung jawab, mereka mampu memahami tidak hanya pada literasi yang harus mereka lakukan setiap saat. Mereka juga aktif mengikuti event penting lain yang harus mereka lakukan dan perjuangkan, salah satunya bagaimana menjadi juara dalam tingkat internasional. SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo mendapatkan kesempatan tampil dalam ajang internasional paduan suara LICC (Lanna International Choir Com- petition) di Chiang Mai, Thailand. LICC merupakan ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Interkultur Europen Choir Games. Kompetisi ini diadakan di Payap Univercity, Chiang Mai, Thailand.
Pembentukan karakter yang terjadi dalam mempersiapkan mereka cukuplah berat, mereka betul- betul harus melakukan apa yang sudah menjadi ketentuan. Mulai dari literasi tentang musik, disiplin dalam waktu latihan bahkan siswa-siswi ini pun juga harus disiplin dalam segi makanan dan tidak diperbolehkan berhubungan dengan media sosial selama sembilan bulan. Kegigihan, kerja keras, keuletan dan tanggung jawab yang terbentuk dalam diri mereka membuahkan hasil yang begitu membanggakan sekolah. Mereka menjadi juara dalam dua kategori, yaitu kategori folklore yang memperoleh Golden, dan kategori Mixed Youth yang memperoleh Silver.
Budaya literasi sudah mulai mengakar dalam diri siswa, guru, dan semua elemen yang ada di SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo. Karakter inovatif, pemikiran kritis, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, dan keuletan mereka betul-betul sudah dapat terbentuk menjadi karakter siswa sesuai dengan yang diharapkan. SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo tidak berhenti dan tidak pernah puas dalam menoreh prestasi. Hal itu dibuktikan dengan mengikuti ajang Pesta Rakyat Fisika yang
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
diselenggarakan di Universitas Indonesia. Kembali dibuktikan oleh SMAMDA, karakter yang sudah berhasil kita bentuk melalui budaya literasi mengantarkan siswa-siswi kami kembali menoreh prestasi. Tiga penghargaan sekaligus mereka raih; Bidang science Project juara 1 (ANSONT), juara 3 kategori (ATLASTIC) dan bidang robotika menempati juara 2 Sumo Robot.
Usaha tidak akan menghianati hasil, semangat yang sudah tertanam di jiwa siswa- siswi kami semakin membara, menjadikan SMAMDA sebagai sekolah literasi. Hal ini membuat para gurupun banyak belajar dari berbagai pihak, misalnya dari bedah buku yang mengupas misteri di balik perintah membaca 14 abad yang lalu, yang menjadikan wawasan mereka semakin terbuka bahwa dengan membaca dan membaca itulah manusia akan semakin dapat berpikir lebih kritis, serta menjadikan mereka dapat lebih baik dalam melakukan berbagai hal, termasuk dalam usaha sebagai guru untuk terus membangun karakter siswa yang kuat dan semakin baik. Terus menoreh prestasi, itulah yang kami lakukan, kembali dengan kreativitas, inovasi, dan ide yang cemerlang, siswa kami menorehkan kembali kemenangannya lewat juara menulis yang dilaksanakan oleh salah satu perguruan tinggi di Surabaya dan mendapatkan juara pertama.
Budaya literasi di SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjoini pun juga membuat semua guru terus berinovasi dalam melakukan pembelajaran di kelas. Bahkan ada beberapa guru SMAMDA yang lolos dalam menulis soal yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.Kompetisi yang diperuntukkan untuk para Guru di seluruh Indonesia itu berkomitmen untuk menemukan penulis soal nasional demi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Untuk lolos seleksi ini tidak mudah, pasalnya soal yang ditulis harus sudah sesuai dengan format dan kaidah penulisan soal serta berkriteria Higher Order Thinking Skill. Tidak hanya itu, Guru yang mengikuti lomba penulisan soal ini harus sudah memiliki pengalaman mengajar minimal 5 (lima) tahun. Program ini juga diikuti guru-guru SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Dua guru lolos dalam seleksi dari Kemendikbud ini, Siti Agustini, M.Pd dan Alful Musyrifah, M.Pd, keduanya merupakan pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Kimia.
Pembentukan karakter melalui budaya literasi betul-betul efektif. Banyak hal yang sudah dapat dilakukan siswa untuk menyalurkan inspirasi dan motivasi mereka dengan penuh percaya diri, tanggung
323 jawab, kreatif, dan imajinatif, tidak hanya dalam hal prestasi akademik,
Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter di SMAMDA Sidoarjo
tapi juga prestasi non akademik. Bahkan, untuk menanamkan sifat heroik dalam jiwa supporter yang betul-betul supportif, mereka juga membentuk kelompok supporter yang diberi nama ‘SMAMDA Holic’. Dipiloti alumni SMAMDA, kelompok SMAMDA Holic ini berdiri dengan menjunjung tinggi kebersamaan, kekompakan, berinovasi membuat lagu-lagu, koreografi, dan yel-yel yang menarik. Kembali prestasi diraih oleh teamSMAMDA lewat SMAMDA Holic, yaitu mendapatkan penghargaan Koor Best Five Supporter dan Supporter Best of the Day.
Dalam menjalankan budaya literasi ini, sekolah selalu mengembangkan ekosistem belajar-mengajar yang kondusif, mengembangkan praktik-praktik yang baik dalam meningkatkan mutu berkelanjutan dan berprestasi akademik maupun non akademik. Sampai akhirnya, satu lagi prestasi diraih oleh SMAMDA di kancah nasional. Tahun ini, SMA Muhammdiyah 2 Sidoarjo didapuk sebagai sekolah rujukan nasional. Prestasi ini jelas bukan prestasi biasa, pasalnya Kemendikbud hanya memilih 614 SMA dari 514 kabupaten/kota yang tersebar di 34 Propinsi. Sebagai sekolah rujukan, SMAMDA diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah imbasnya, baik secara administratif maupun dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA http://www.sekolahdasar.net/2013/07/peranan-sekolah-dan-keluarga-dalam-
membentuk-karakter-siswa.html#ixzz4PgWBEQS5. www.gurumuda.web.id , 2016 Gerakan literasi sekolah. Satria, Dharma.2015. Misteri di Balik Perintah Membaca 14 Abad yangLalu.
Jakarta: Eureka Academia.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter