MENJADI GENERASI BERKARAKTER

MENJADI GENERASI BERKARAKTER

Siti Robiah SMAN 1 Lawang, Malang

Bangsa Indonesia sebagai bangsa besar yang dikenal ramah tamah,menghargai perbedaan, dan suka gotong royong.Semua itu, hanya sanjung puja yang kelewat narsistis dari pada realistisnya. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, narkoba, korupsi, dan tindakan sara. Nyatanya dari beberapa urain tersebut, kasus kekerasan pada anak di dunia pendidikan makin marak. Dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat untuk anak korban tawuran pelajar menunjukkan pada tahun 2011 terdapat 20 kasus, 2012 terdapat 49 kasus,2013 terdapat 52 kasus,2014 terdapat 113 kasus, dan 2015 ada 37 kasus. Anak pelaku tawuran pelajar pada tahun 2011 terdapat 64 kasus, tahun 2012 ada 82 kasus, 2013 ada 71 kasus, 2014 terdapat 46 kasus, dan 2015 terdapat 62 kasus.

Persoalan sosial budaya kini juga menjadi sorotan tajam masyarakat, jika ditinjau dari letak geografis Indonesia yang strategis di antara dua benua; Benua Asia dan Benua Australia; diantara dua samudra; Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Letak geografis Indonesia yang strategis ini memberikan banyak dampak yang berakibat bagi Indonesia, dampak yang menguntungkan dan yang merugikan. Dampak yang menguntungkan tidak menimbulkan masalah bagi Indonesia, tetapi dampak yang merugikan bagi Indonesia, secara otomatis memberikan dampak negatif bagi Indonesia. Terutama yang berkaitan dengan sosial budaya yang berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia.Adapun dampak negatif sosial budaya bisa berupa: (1) banyak budaya yang masuk dari luar membuat budaya lokal dapat terpinggirkan, (2) banyaknya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan adat istiadat Indonesia atau norma-norma Indonesia karena mengikuti budaya asing.Selama ini masyarakat Indonesia memandang apa yang datang dari luar selalu baik,

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya, sehingga melahirkan ketidak seimbangan peradaban. Atau lebih tepatnya disebut “keterkejutan budaya (cultural shock)”.(3)Banyaknya perilaku dari turis asing yang membawa pengaruh buruk bagi bangsa Indonesia, (4) lahan subur meningkatnya kejahatan Internasional,karena Indonesia merupakan jalur perdanganInternasional dan jalur penghubung dua benua, dan dua Samudra yang memudahkan masuknya kejahatan internasional berupa narkotika dan obat-obatan terlarang.

Bagaimana cara untuk menanggulangi peristiwa-peristiwa yang muncul di masyarakat sepertikekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif. Bagaimana pula cara untuk mencegah generasi penerus, terutama kalangan pelajar Indonesia supaya tidak terpengaruh pada dampak negatif sosial budaya, dan Siapa saja yang terlibat untuk pencegahan tersebut.

Pentingnya Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pendidikan karakter bangsa dimulai dari pendidikan karakter dalam

keluarga. Pendidikan karakter bangsa diperlukan untuk membentuk pribadi bangsa yang beradab, berilmu, berwawasan, dan berkarakter.

Jika bangsa kita kehilangan karakter, maka kerusakanlah yang terjadi, mereka akan terombang-ambing, dan tidak memiliki pendirian. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk generasi muda bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, beroreantasi ilmu pengetahuan, dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan secara sistimatis dan berkelanjutan, seorang anak akan cerdas Emosinya. Kecerdasan Emosi ini merupakan bekal penting dalam mempersiapkan anak untuk menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan kehidupan termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Dari hasil penelitian para ahli perkembangan manusia menemukan kecerdasan yang sifatnya kognitif, atau dikenal dengan istilah kecerdasan intelektual atau dikenal IQ (Intelligence Quotient) sebagai kecerdasan yang mutlak. Oleh karena itu, pada saat itu teori kesuksesan individu diukur dari sejauh mana IQ dimiliki seseorang, dengan kata lain apabila seseorang mempunyai IQ

437 tinggi, ia pun memiliki harapan untuk sukses dibanding dengan individu

Menjadi Generasi Berkarakter

yang memiliki IQ yang rendah. Pada kenyataannya individu yang memiliki IQ yang tinggi tidak selalu sukses, malah sebaliknya.

Dari hasil penelitian beberapa pakar psikologi perkembangan menyimpulkan bahwa masih ada kecerdasan yang cukup potensial untuk mendongkrak kesuksesan, yakni kecerdasan Emosional (EQ). Atmosoeprapto dalam bukunya yang berjudul ”Temukan kembalui Jat Diri Anda” bahwa kecerdasan kognitif (IQ) hanya menentukan 20 % perjalanan hidup, sisanya sebagaian besar yang 80 % bersifat emosional yang dikendalikan oleh kemampuan emosional. Kecerdasan emosional lebih menekankan kepada sifat perasaan, imajinasi, intuisi maupun emosional. Kecerdasan emosional inilah yang dominan membentuk karakter individu manusia, dengan demikian diperlukan sekali pendidikan karakter bukan berarti tanpa dibekali pendidikan kognitif. Ada sebuah kata bijak mengatakan”ilmu tanpa agama buta,dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya,karena buta tidak bisa berjalan, berjalanpun asal jalan tidak tahu arah; kalaupun berjalan menggunakan tongkat, tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya pendidikan karakter tanpa pendidikan kognitif,maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan, dan dikendalikan orang lain. Oleh karena itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter bangsa.

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Keluarga Pendidikan merupakan faktor yang paling penting untuk membentuk kepribadian manusia, dengan pendidikan akan terbentuk kepribadian

baik dan buruk manusia. Pendidikan dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem pendidikan formal dan non formal, pendidikan di dalam

keluarga termasuk pendidikan non formal, pendidikan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan agar menjadi kokoh dan kuat. Untuk itu, hendaknya pendidikan karakter dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya, yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa yang sukses dan berkarakter. Dalam hal ini keluarga adalah aktor yang sangat menentukan terhadap masa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

dalam kandungan, anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yang dikerjakan oleh orang tuanya, terutama ibu.

Menurut Megawangi (2004), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci ibarat kanvas putih bersih. Diberi goresan hitam, ia akan menjadi hitam, diberi goresan kuning akan menjadi kuning. Atau yang lebih tepat, anak itu ibarat lempung dan kita orang-orang dewasa di sekitarnya, adalah yang membentuk lempung itu, akan dibentuk apa lempung itu tergantung orang tua yang membentuknya. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Terlebih melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan, serta kenyataan bahwa manusia tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang berkarakter baik.

Menurut Aristoteles (dalam Megawangi, 2004) hal itu merupakan hasil dari usaha seumur hidup individu dan masyarakat. Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB fungsi utama keluarga adalah ”sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, memberikan kepuasan, dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtra”. Keluarga adalah faktor penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal dari keluarga, dimana sebagaian besar anak-anak Indonesia sampai usia 18 tahun menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga, sampai usia 18 tahun, mereka masih membutuhkan orang tua dan kehangatan dalam keluarga. Sukses seorang anak tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”.

Pendidikan yang perlu ditumbuhkan sejak awal adalah (1) pendidikan keagamaan, ini adalah hal yang utama perlu ditekankan pada seorang anak, seorang anak perlu tahu siapa Tuhannya, bagaimana cara beribadah, bagaimana memohon berkah, dan mengucap syukur. (2)Kualitas input yang diterima, merupakan tugas orang tua untuk memilih dan

439 menentukan, input-input mana saja yang perlu dimasukkan dan mana

Menjadi Generasi Berkarakter

yang perlu dihindari. (3)Anak adalah peniru yang baik, ada istilah Monkey see, Monkey Do; artinya seekor monyet biasanya akan bertindak berdasarkan apa yang telah dilihatnya, demikian pula seorang anak. Anak perlu figur seorang tokoh yang dikagumi, yang akan ditiru di dalam tindakan sehari-harinya.Pilihan utamanya akan jatuh pada orang tua, dan seorang anak akan lebih percaya pada apa yang dilihat daripada apa yang dikatakan orang tua. Dalam hal ini orang tualah yang menumbuhkan karakter seorang anak untuk itu tumbuhkanlah karakter anak, suatu karakter yang baik. (4)Membiasakan seorang anak sejak kecil harus bekerja dulu baru mendapatkan hasil yang dikenal dengan sistemno pain no gain, karena hal ini dalam jangka waktu yang panjangakan membentuk karakter yang kuat dan tangguh. (5)Tiga perilaku dasar dalam berkomunikasi, sejak kecil seorang anak perlu dididik tiga prilaku dasar dalam komunikasi yang berhubungan dengan orang lain.Pertama adalah harus belajar mengucapkan “terima kasih” kepada siapa saja yang sudah memberikan sesuatu padanya, kedua adalah harus belajar mengucapkan kata “tolong” apabila ingin minta bantuan orang lain, dan ketiga adalah belajar mengucapkan kata “maaf” apabila memang bersalah. Kelihatannya memang sederhana,akan tetapi dengan terbiasa mengucapkannya kata-kata tersebut sejak kecil,secara otomatis akan membentuk karakter seorang anak menghargai orang lain.

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan selain keluarga, dan

lingkungan yang menjamin seorang anak untuk mampu melewati tahapan perkembangan yang optimal.Dia akan terus menerus didukung apabila dia memiliki kekurangan, dan akan didorong untuk berkembang bila dia memiliki potensi. Sekolah merupakan lembaga yang memperlakukan semua manusia yang berkekurangan maupun berkelebihan sebagai manusia yang sederajat, yang memiliki kelebihan dilayani sebagaimana kelebihan yang dimiliki, demikian juga yang berkekurangan. Inilah yang menjadikan sekolah sebagai lembaga sosial yang tepat untuk mendampingi anak disetiap tahapan perkembangannya.Sekolah juga memberikan pembagaian jenjang yang sesuai dengan tahapan perkembangan, dan tujuan tahapan perkembangan. Meskipun sekolah memberikan perlakuan yang setara, namun antara individu yang berbeda

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

usia dan kebutuhan belajar akan dibedakan dengan adil. Perlakuan yang setara dan adil ini tidak akan ditemui di dalam keluarga dan lingkungan.Bertitik tolak, pada tujuan Pendidikan Nasional, pada Undang- Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), yang merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan,”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan, membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan nasional itu, merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.Pendidikan adalah suatu usaha yang sadardan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik, merupakan suatu usaha masyarakatdan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat, serta bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat, dan bangsa.Oleh karena itu,pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda, juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa, untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakatdan bangsa di masa mendatang.

Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka, dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtra, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian. Baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian,terutama anak atau peserta didik. Dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003,bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,pendidikan menengah,

441 dan pendidikan tinggi. Sementara pendidikan nonformal adalah jalur

Menjadi Generasi Berkarakter

pendidikandi luar pendidikan formal yang terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, serta satuan pendidikan yang sejenis. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Dari ketiga jenis pendidikan di atas ada kecendrungan berjalan secara terpisah antara pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Mereka tidak saling mendukung untuk peningkatan pembentukan kepribadian anak. Setiap lembaga pendidikan berjalan sendiri-sendiri, sehingga yang terjadi sekarang adalah pembentukan pribadi anak menjadi parsial, misalnya anak bersikap baik di rumah, namun ketika keluar rumah atau berada di sekolah ia melakukan perkelahian antar pelajar, melakukan kekerarasan yang merupakan bagian dari penyimpangan moralitas dan prilaku sosial pelajar (Suyanto dan Hisyam,2000:194). Dalam hal ini difokuskan pada pendidikan formal di sekolah, dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Kementerian Dinas Pendidikan, mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter dalam proses pembelajaran. Karena proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan seterusnya sampai ke jenjang pendidikan berikutnya.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah dikembangkan 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuanpendidikan nasional yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.Kemudian dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti pasal

1 ayat 2 dijelaskan bahwa Penumbuhan Budi Pekerti adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah, yang dimulai sejak dari hari pertama masuk sekolah sampai dengan kelulusan. Berarti sejak

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

kelas1 Sekolah Dasar (SD) sampai kelas 12 Sekolah Menengah Atas (SMA)sederajat. Berkaitan dengan Permendikbud tersebut, muncullah Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (GPBP) .

Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti Gerakan berarti menjadikan aturan ini sebagai milik bersama;

menggunakan istilah penumbuhan,bukannya penanaman.Menanam bermakna menaruh bibit atau benih artinya ada campur tangan pihak lain dalam prosesnya.Sementara menumbuhkan berartimemelihara sesuatu agar tumbuh semakin besar.Kemendikbud meyakini bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki bibit-bibit nilai positif.Mereka tentu tahu apa itu kejujuran,sopan santun,kebaikan,menolong teman dan sebagainya,berarti semua itu sudah ada di dalam diri peserta dididik.Budi Pekerti merupakan istilah untuk menyebut kepribadian seseorang itu baik.Kita melihat seseorang berbudi pekerti baik,bila memang dia telah memiliki kebiasaan baik dalam kesehariannya. GPBP dimasukkan dalam jalur non-kurikuler. Melalui program ini diharapkan para peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indo- nesia. Ada 7 nilai positif yang hendak ditumbuhkan dalam GPBP,nilai ini ditumbuhkan melalui pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan sepanjang waktu,di sekolah,lingkungan, dan rumah.7 pembiasaan tersebut adalah:

1. Internalisasi sikap moral dan spiritual,yaitu mampu menghayati hubungan spiritual dengan sang Pencipta yang diwujudkan dengan sikap moral untuk menghormati sesama makhlluk hidup dan alam sekitar. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk Menumbuhkembangkan Nilai-nilai Moral dan Spiritual adalah.

a. Kegiatan Wajib. Sebelum dan sesudah pelajaran, guru dan peserta didik berdoa bersama sesuai dengan keyakinan masing-masing yang dipimpin seorang peserta didik secara bergantian.

b. Pembiasaan umum. Membiasakan menunaikan ibadah bersama sesuai dengan agama, dan kepercayaan masing-masing, baik di sekolah maupun lingkungan tempat tinggal.

c. Pembiasaan Periodik. Membiasakan perayaan hari Besar Keagamaan dengan kegiatan sederhana dan khidmat. Contoh yang lain: santun dalam berbicara, berprilaku, berpakaian sopan sesuai aturan sekolah, dan mengucapkan salam saat masuk kelas.

Menjadi Generasi Berkarakter

2. Keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinekaan untuk merekatkan persatuan bangsa,yaitu mampu terbuka terhadap perbedaan bahasa,suku bangsa,agama dan golongan,dipersatukan oleh keterhubungan untuk mewujudkan tindakan bersama sebagai satu bangsa,satu tanah air dan berbangsa bersama Bahasa Indonesia. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk Menumbuhkembangkan nilai-nilai Kebangsaan dan Kebhinnekaan adalah.

a. Kegiatan Wajib

1) Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin.

2) Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan Masa Orientasi Peserta Didik Baru(MOPDB) untuk jenjang SMP, SMA, SMK, dan sekolah pada jalur pendidikan khusus yang setara.

3) Menyanyikan lagu bernuansa patriotik dan cinta tanah air, baik lagu wajib nasional maupun daerah.

b. Pembiasaan umum. Mengenakan beragam keunikan potensi asal daerah peserta didik melalui berbagai media dan kegiatan positif.

c. Pembiasaan Periodik. Membiasakan perayaan Hari Besar Nasional dengan mengkaji atau mengenalkan pemikiran dan semangat yang melandasinya melalui berbagai media dan aktivitas.

3. Interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan sekolah dan rumah,yaitu mampu dan mau menghormati guru,kepala sekolah,tenaga kependidikan,warga masyarakat di lingkungan sekolah dan orang tua. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Interaksi positif antara peserta didik dengan guru dan orang tua.

a. Kegiatan Wajib. Membiasakan pertemuan orang tua peserta didik pada setiap tahun ajaran baru untuk menyosialisasikan visi,misi,aturan,materi dan capaian belajar siswa yang diharapkan dapat dukungan orang tua di rumah.

b. Pembiasaan umum

1) Memberi salam, senyum, dan sapaan kepada setiap orang di komunitas sekolah.

2) Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut kedatangan peserta didik sesuai dengan tata nilai yang berlaku.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

c. Pembiasaan Periodik

1) Membiasakan peserta didik untuk berpamitan pada orang tua/ wali/penghuni rumah saat pergi dan lapor saat pilang,sesuai kebiasaan yang dibangun keluarga.

2) Secara bersama peserta didik mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum pembelajaran dimulai.

4. Interaksi sosial positif antar peserta didik,yaitu kepedulian terhadap kondisi fisik dan psikologis antar teman sebaya,adik kelas, dan kakak kelas. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Interaksi positif antara peserta.

a. Kegiatan Wajib. Membiasakan pertemuan di lingkungan sekolahdan/atau rumah untuk belajar kelompok yang diketahui oleh guru dan/atau orang tua.

b. Pembiasaan umum. Gerakan kepedulian sesame warga sekolah dengan menjenguk warga sekolahyang sedang mengalami musibah, seperti sakit, kematian dan lainnya.

c. Pembiasaan Periodik. Membiasakan siswa saling membantu,bila ada siswa yang sedang mengalami musibah atau kesusahan.

5. Memelihara lingkungan sekolah,yaitu melakukan gotong-royong untuk menjaga, keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kebersihan lingkungan sekolah. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai merawat diri dan lingkungan sekolah.

a. Kegiatan Wajib. Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dengan membentuk kelompok lintas kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan kemampuan siswa.

b. Pembiasaan umum

1) Membiasakan penggunaan sumber daya sekolah (air,listrik,telepon)secara efisien melalui berbagai kampanye kreatif dari dan oleh peserta didik.

2) Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan.

3) Membangun budaya peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan di bangkunya masing-masing sebagai bentuk tanggung jawab individu maupunkebersihan kelas dan lingkungan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab bersama.

Menjadi Generasi Berkarakter

c. Pembiasaan Periodik

1) Mengajarkan simulasi antri dengan berbaris sebelum masuk kelas.

2) Antri bergantian saat memakai fasilitas sekolah.

3) Peserta didik melaksanakan piket kebersihan secara beregu dan bergantian regu.

4) Menjaga dan merawat tanamandi lingkungan sekolahsecara bergiliran.

5) Melaksanakan kegiata buang sampah bekerja sama dengan dinas kebersihan setempat.

6. Penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan,yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan dirinya sendiri. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai potensi diri peserta didik secara utuh.

a. Kegiatan Wajib

1) Membaca buku selain pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai.

2) Seluruh warga sekolah(guru, tenaga kependidikan, dan siswa) memanfaatkan waktu sebelum memulai pembelajaran pada hari-hari tertentu untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan secara berkala dan rutin sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu).

b. Pembiasaan Umum

1) Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (rekening bank,celengan, danlainnya).

2) Membangun budaya bertanya dan melatihpeserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan peserta didik mengacungkan tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan.

3) Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara memberikan kesempatan pada setiap peserta didiktanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan bersama/berkelompok..

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

c. Pembiasaan Periodik. Peserta didik melakukan kegiata positif secara berkala sesuai denganpotensi dirinya, misalnya membuat buletindan/atau majalah dinding.

Contoh lain: Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dimana GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber- sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital dan auditori. Tiga tahapan pelaksanaan GLS meliputi(1) pembiasaan,yaitu penumbuhan minat baca melalui kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, (2) pengembangan,yaitu meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, (3) pembelajaran, yaitu meningkatkan kemampuan literasi disemua mata pelajaran menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca disemua mata pelajaran.

7. Penguatan peran orang tua dan unsur masyarakat yang terkait,yaitu melibatkan peran aktif orang tua dan unsur masyarakat untuk ikut bertanggung jawab mengawal kegiatan pembiasaan sikap dan prilaku positip di sekolah. Pembiasaan GPBP yang dilakukan di sekolah untuk menumbuhkembangkannilai-nilai pelibatan orang tua dan masyarakat di sekolah.

a. Kegiatan Wajib. Mengadakan pameran karya peserta didik pada setiap akhir tahun ajarandengan mengundang orang tua dan masyarakat untuk memberi apresiasi pada peserta didik.

b. Pembiasaan Umum. Orang tua membiasakan untuk menyediakan waktu 20 menit setiap malam untuk bercengkrama dengan anak mengenal kegiatran di sekolah.

c. Pembiasaan Periodik

1) Masyarakat bekerja sama dengan sekolah untuk mengakomodasi kegiatan kerelawanan oleh peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar sekolah.

2) Masyarakat dari berbagai professi terlibat berbagi ilmu dan pengalaman kepada peserta didik di dalam sekolah.

Dengan adanya pendidikan budaya dan karakter bangsa, sangat berguna bagi seseorang untuk memilih karakter mana yang baik baginya,

447 dan mana yang buruk.Pendidikan budaya dan karakter bangsa, sangat

Menjadi Generasi Berkarakter

berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Karena suatu bangsa jika memiliki karakter dan kepribadian, akan unggul dibandingkan dengan bangsa yang belum memiliki karakter dan kepribadian.Pendidikan karakter sangat penting diberikan bagi generasi muda bangsa Indonesia, karena generasi muda adalah penentu suatu karakter bangsa. Jika suatu bangsa ingin memiliki karakter kuat, bermartabat, dan disegani oleh bangsa lain, maka dibutuhkan generasi muda yang berkarakter.Melalui pendidikan karakter diharapkan generasi muda bangsa Indonesia, menjadi lebih menjunjung tinggi nilai-nilai karakter yang telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dulu, yang mana nilai-nilai terdapat didalam sila-sila Pancasila dan UUD 1945.

Lingkungan keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter.Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran, bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak mereka didalam keluarga. Pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan melalui pembiasaan kehidupan keseharian dengan keteladanan, dan disertai penumbuhan nilai-nilai karakter.Oleh karena itu, melalui kegiatan di lingkungan sekolah, serta dengan penumbuhan nilai-nilai karakter yang dibiasakan lewat pembelajaran di kelas, diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki bekal karakter yang kuat untuk dapat menjadi generasi mendatang yang lebih berkarakter. Dengan diterapkannya pendidikan karakter di sekolah, semua potensi kecerdasan peserta didik akan dilandasi oleh karakter-karakter yang dapat membawa mereka menjadi generasi emas penerus bangsa yang berpegang teguh pada karakter yang kuat dan beradab.

Daftar Pustaka Tridhonanto. 2009. Melejetkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati. Jakarta:

PT Elex Media Komputendo. Megawangi, Ratna. 2010. Pengembangan Program Pendidikan Karakter di

Sekolah, Pengalaman Sekolah Karakter. Makalah. IHF. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015

tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47