PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP TINGKAT MORALITAS PESERTA DIDIK DI DAERAH MIGRASI KOTA SURABAYA UTARA

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP TINGKAT MORALITAS PESERTA DIDIK DI DAERAH MIGRASI KOTA SURABAYA UTARA

Ichmi Yani Arinda Rohmah SMP PGRI 6 Surabaya

Pendidikan dalam definisi Emile Durkheim yaitu sebagai proses yang ditempuh oleh setiap individu yang memiliki tujuan untuk memperoleh bimbingan untuk mengembangkan kualitas secara fisik, intelektual, dan moral yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat (Ritzer, 2014: 180-181). Tujuan pendidikan untuk memperoleh pengembangan kualitas fisik dalam hal ini sebagai pemenuhan kebutuhan secara jasmani atau raga individu. Selain itu, pendidikan juga dapat meningkatakan keintelektualan, memperoleh alat-alat moral yang membentuk karakter dan sikap tiap individu untuk menjalani kehidupan di dalam masyarakat.

Durkheim berargumen bahwa pendidikan harus memiliki tujuan secara nyata untuk membantu anak-anak mengembangkan suatu sikap moral terhadap masyarakat. Dia percaya bahwa lembaga sekolah merupakan satu-satunya lembaga yang dinilai paling efektif yang dapat memberikan suatu fondasi sosial bagi moralitas modern (Ritzer, 2014:181). Ungkapan Emile Durkheim setara dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sebagaimana tersebut dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal I yang berbunyi: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Berdasarkan definisi Durkheim dan UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, menegaskan bahwa salah satu tujuan dari diselenggarakannya pendidikan yaitu untuk membentuk moral atau karakter dalam diri peserta didik. Kemudian di Indonesia berlandaskan UU No. 20 tahun 2003 dikembangkan pendidikan karakter yang terdiri dari 18 karakter.18 karakter dalam pendidikan karakter di Indonesia yaitu karakter religius,

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Pendidikan moral atau pendidikan karakter sebagaimana dirumuskan dalam pendidikan nasional sangat perlu untuk diimplementasikan. Lembaga sekolah merupakan salah satu lembaga yang memiliki kewajiban sekaligus kewenangan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter atau pendidikan moral tersebut. Pendidikan karakter dapat diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran terutama di dalam kelas, namun juga dapat dilaksanakan di luar kelas.

Bagi Durkheim, ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran merupakan masyarakat kecil yang memiliki semangat tinggi kolektifnya.Selain itu, dapat dibuat cukup kuat untuk menanamkan sikap moral. Ruang kelas dapat memberikan lingkungan pergaulan kolektif yang diperlukan untuk menghasilkan kembali representasi- representasi kolektif (Ritzer, 2014: 181).

Melihat realitas sosial yang ada, moralitas masyarakat di Indonesia di era modernisasi dan globalisasi dapat dinilai menurun terutama di kalangan generasi muda. Penurunan moralitas generasi muda dapat dilihat dari banyaknya perilaku penyimpangan moral (anmoral) yang terjadi di Indonesia. Perilaku anmoral seperti tawuran pelajar, penggunaan narkoba di kalangan pelajar, pemerkosaan, pencurian, dan masih banyak tindak anmoral yang terjadi.

Berbicara tentang moral, Durkheim membagi tiga elemen yang terdapat dalam moralitas. Pertama, moralitas meliputi disiplin yaitu suatu perasaan akan otoritas yang melawan dorongan-dorongan hati yangbersifat idiosinkritik. Kedua, moralitas meliputi kelekatan kepada masyarakat karena masyarakat adalah sumber moralitas. Ketiga, moralitas meliputi otonomi yaitu suatu perasaan akan tanggung jawab individual atas tindakan-tindakan kita (Ritzer, 2014:180). Ketiga elemen moralitas tersebut menurut Durkheim dapat dihadirkan dan diproduksi melalui lembaga pendidikan.

Pembahasan dalam artikel mengambil objek pembahasan tingkat moralitas pada para remaja di daerah imigrasi Kota Surabaya utara dengan mengambil sampel di SMP PGRI 6 Surabaya. Sebagaimana

informasi yang peneliti dapatkan bahwa wilayah Kota Surabaya bagian

353 utara banyak pendatang dari beberapa daerah, terutama pendatang dari

Pengaruh Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Tingkat Moralitas .........

Madura.Kondisi daerah migrasi Surabaya utara yang termasuk wilayah pinggiran secara geografisnya tentu memberikan dampak salah satunya pada psikis masyarakat. Akibatnya, kondisi lingkungan yang memiliki kultur campuran dari suku yang berbeda membentuk karakter masyarakat. Masyarakat di daerah tersebut tidak hanya usia tua, tetapi juga muda rentan terpengaruh dengan adanya tindakan amoral. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengamatan sehari-hari pergaulan para remaja atau peserta didik di sekolah.

Adanya pendidikan karakter yang telah diterapkan oleh pihak sekolah sedikit banyak memberikan pengaruh dalam pembentukan moral atau karakter peserta didik. Perihal yang menjadi menarik pada pembahasan kali ini, yaitu pengaruh implementasi pendidikan karakter terhadap penilaian moral peserta didik yang memiliki latar belakang keluarga pinggiran dan migran.

PEMBAHASAN Wilayah Kota Surabaya bagian utara merupakan wiayah yang

mayoritas penduduknya berasal dari Madura. Penduduk yang melakukan migrasi ke Surabaya bagian utara memiliki beberapa tujuan. Diantara beberapa tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup, memperoleh

fasilitas pendidikan, kesehatan, dan rekreasi yang jauh lebih lengkap dibandingkan daerah asal.

Penduduk yang melakukan migrasi ke Kota Surabaya bagian utara cenderung membawa sejumlah anggota keluarga yang tidak sedikit jumlahnya. Bahkan terdapat beberapa penduduk pendatang yang merubah Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai penduduk Surabaya. Para remaja yang terlahir di Surabaya bagian utara khususnya yang menjadi peserta didik di SMP PGRI 6 Surabaya memiliki latar belakang keluarga Madura, meskipun kebanyakan dari peserta didik dilahirkan di Kota Surabaya.

Lingkungan sangat memberikan pengaruh yang fundamental bagi pembentukkan karakteristik seseorang. Apalagi bagi seorang anak usia muda yang memiliki karakter yang rentan untuk terpengaruh oleh perihal positif maupun negatif lingkungan. Perlu adanya kewaspadaan dengan memberikan pengawasan kepada para generasi muda oleh generasi tua, supaya generasi muda yang akan datang memiliki moral yang sesuai dengan yang diinginkan.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Lembaga sekolah formal merupakan salah satu lembaga yang ada di dalam masyarakat yang memiliki peran yang sangat penting untuk mendidik anak. Lembaga sekolah tidak hanya mengajarkan pelajaran- pelajaran umum seperti IPA, IPS, Matematika, Olahraga. Namun, di lain sisi, lembaga sekolah formal juga memiliki kewajiban untuk mendidikan peserta didik untuk mencapai nilai moralitas yang baik.Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui pendidikan formal di Indone- sia, pemerintah mulai mencanangkan pendidikan yang berkarakter. Pendidikan karakter merupakan langkah awal yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah sebagai pondasi membentuk karakter peserta didik.

Seseorang dikatakan berkarakter atau berwatak terpuji jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang ada dalam masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya (Zuriah, 2008:19). Kekuatan moral yang dimaksudkan adalah sebagai bentuk untuk mengupayakan diri agar tidak menyalahi nilai-nilai dan norma-norma yang telah disepakati untuk dijadikan pedoman hidup dalam bermasyarakat.Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar, antara lain: (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya; (2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri; (3) jujur; (4) hormat dan santun; (5) kasih sayang, peduli, dan kerja sama; (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; (7) keadilan dan kepemimpinan; (8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi, cinta damai, dan persatuan (Zubaedi, 2011:72).

Pendidikan karakter yang telah dilaksanakan di sekolah formal SMP PGRI 6 Surabaya memiliki keunikan tersendiri. Pendidikan karakter yang diimplementasikan diintegrasikan dengan nilai-nilai agama yang dianut peserta didik, sehingga seringkali di SMP PGRI 6 Surabaya terdapat kegiatan-kegiatan yang bernuansa religius.Beberapa kegiatan religius yang sebagai bentuk pelaksanaan pendidikan berkarakter, yaitu diantaranya peserta didik setiap pagi diwajibkan melaksanakan mengaji bersama di halaman sekolah, ber-istighosah atau membaca bacaan- bacaan sholawat, melakukan kegiatan keagamaan setiap kali peringatan hari-hari khusus dalam ajaran agama Islam. Hal ini dikarenakan peserta didik di SMP PGRI 6 Surabaya semua Islam.

Pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik SMP PGRI 6 Surabaya juga melibatkan orang tua peserta didik dan masyarakat di sekitar sekolah. Peran orang tua peserta didik lebih dominasi di rumah.

355 Dalam hal ini, pihak sekolah selalu memberikan monitoring kepada

Pengaruh Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Tingkat Moralitas .........

orang tua peserta didik dalam memberikan pengawasan dan pendidikan keluarga kepada peserta didik. Kerja sama dengan masyarakat di sekitar sekolah, yaitu juga sebagai pengontrol perilaku atau sikap peserta didik ketika berada di luar sekolah.Meskipun latar belakang orang tua peserta didik SMP PGRI 6 Surabaya 90% penduduk migran dari Madura yang bertempat tinggal di kawasan pinggiran Kota Surabaya utara, orang tua peserta didik masih dapat diajak untuk bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memberikan pengawasan pada peserta didik. Latar belakang peserta didik yang berasal dari keluarga Madura yang memiliki tingkat religiusitas yang cukup baik, ternyata memberikan dorongan untuk terlaksananya pendidikan karakter yang diintegrasikan dengan nilai keagamaan. Hal tersebut karena penduduk di Madura mayoritas memiliki prinsip untuk mendidik putra-putrinya yang pertama tentang penanaman nilai religiusitas.

Faktor penghambat terlaksananya pendidikan karakter di lingkungan peserta didik yaitu adanya perkembangan teknologi informasi. Dapat dinilai bahwa mayoritas semua peserta didik di Indonesia mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas memiliki sifat ketergantungan dengan teknologi, terutama handphone.Adanya kemajuan teknologi informasi selain memberikan dampak positif ternyata juga memberikan dampak negatif pada peserta didik. Oleh karena itu, pihak sekolah SMP PGRI 6 Surabaya selalu menghimbau pada peserta didik untuk tidak ketergantungan dengan alat komunikasi jenis handphone, sehingga peserta didik setiap datang ke sekolah dilarang membawa HP.

Hasil implementasi pendidikan karakter di SMP PGRI 6 Surabaya yang memiliki sejumlah peserta didik 90% berlatar belakang masyarakat migran yang tinggal di daerah pinggiran Kota Surabaya bagian utara memiliki hasil yang cukup bagus. Hal tersebut sesuai dengan penilaian guru konseling dan pendamping peserta didik yang menilai hampir tidak ada peserta didik yang melakukan tidakan amoral.

Disamping pendidikan karakter yang diimplementasikan dengan berbagai inovasi atau cara baru yang dilakukan oleh pihak lembaga pendidikan. Usaha untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di daerah-daerah juga perlu diperhatikan. Salah satunya peningkatan kualitas guru yang sebagai sumber utama peserta didik mendapatkan ilmu

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

pengetahuan utama (Syafi’I, 2006:4). Sekaligus guru sebagai sosok yang menjadi cermin bagi peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya mengupayakan pembentukan karakter yang terpuji pada peserta didik, namun juga mendorong karakter guru yang harus patut untuk dipercontohkan kepada peserta didik.

PENUTUP Pendidikan memberikan kesempatan bagi para civitas akademik

untuk melakukan bimbingan selain pada mata pelajaran umum yang harus dikuasai, tapi juga menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada peserta didik. Adanya inovasi-inovasi baru yang dapat dilakukan oleh lembaga sekolah formal utamanya, dapat memudahkan untuk mengimplementasikan pendidikan karakter pada peserta didik di sekolah.

Karakteristik peserta didik terbentuk dengan tidak sendirinya, tetapi terdapat faktor-faktor di luar diri peserta didik yang membentuk karakternya. Seperti lingkungan di sekitar, pengaruh teknologi informasi, dan lain sebagainya,sehingga dalam hal tersebut perlu adanya pengawasan yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk mengawasi perilaku peserta didik. Pihak-pihak di luar sekolah termasuk orang tua peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Adanya sinergisitas dan ide inovasi baru yang dikerahkan dalam pengimplementasian pendidikan karakter akan memberikan buah hasil yang baik. Peserta didik terhindar dari tindakan-tindakan amoral yang dapat merugikan diri sendiri dan masyarakat pada umumnya.

Oleh karena itu, mari bersama-sama baik dari civitas akademik dan masyarakat luas memanfaatkan dengan baik pendidikan di Indonesia sebagai wadah pembentukan karakter yang terpuji bagi para generasi muda. Jangan ada yang saling menyalahkan jika terdapat tindak amoral, apabila yang menyalahkan tidak ikut berupaya untuk memberikan didikan dan pengawasan pada generasi muda sekarang untuk mematuhi norma- norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian, akan terbentuk karakter generasi muda yang memiliki nilai moralitas yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Ritzer, George. 2014. TeoriSosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syafi’I, Muzammil. 2006. Memacu Pendidikan sebagai Investasi Masa Depan.

Malang: Pustaka Kayutangan.

357 Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.

Pengaruh Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Tingkat Moralitas .........

Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47