PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA SEBAGAI AKSELERATOR REVOLUSI MENTAL
PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA SEBAGAI AKSELERATOR REVOLUSI MENTAL
Maghfira Wijayanti MTsN 1 Paron Ngawi
Karakter atau watak hakikatnya merupakan ciri kepribadian yang berkaitan dengan pertimbangan nilai moralitas normatif yang berlaku. Kualitas karakter seseorang bersifat relatif tetap dan akan tercermin dalam penampilan kepribadiannya ditinjau dari sudut timbangan nilai moral normatif yang meliputi aspek emosional, intelektual, moral dan spiritual. Sharon dan Miller (dalam Winkel, 1982) menyatakan bahwa karakter dipandang sebagai hubungan timbal balik yang sehat antara diri dengan tiga hal yaitu lingkungan eksternal (orng lain dan fisik), internal (diri sendiri), dan lingkungan spiritual (sesuatu yang maha besar dan abadi). Oleh karena itu, karakter akan menyatu dalam perilaku, mulai dari niat, sikap, pandangan hidup, pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan sebagai wujud totallitas kepribadian.
Karakter selalu berkait dengan serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motovasi, dan keterampilan (skills). Karakter akan mendasari sikap untuk melakukan sesuatu yang terbaik, akan mendorong kapasitas intelektual seperti berpikir kritis, mendorong bersikap jujur, etik, bertanggung jawab dan mempertahankan prinsip-prisip moral yang diyakini dalam berbagai situasi, baik dalam situasi yang nyaman ataupun dalam situasi sebaliknya. Karakter mendorong kecakapan interpersonal dan emosional yang menjadikan seorang individu mampu berinteraksi secara efektif dalam bebrbagai situasi, keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berupaya untuk melakukan hal yang terbaik (Battistich, 2008).
Istilah karakter sendiri berangkat dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Wynne, 1991). Karakter acap kali disama artkan dengan kepribadian. Alwisol
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
(2006) membedakan karakter dengan kepribadian, karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Namun, keduanya berwujud pada tingkah laku yang ditujukan pada lingkungan sosial dan keduanya menuntun, mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu.
Karakter merupakan basis terwujudnya cita-cita nasional, sehingga pembentukan karakter dituangkan dalam dalam salah satu tujuan pendidikan nasional seperti yang termaktub dalam UU Sidiknas tahun 2003. Karakter berkait erat dengan mental oleh karena itu revolusi mental pada prinsipnya adalah revolusi perubahan karakter. Revolusi mental merupakan transformasi etos yaitu perubahan mendasar dalam mentalitas yang meliputi cara berpikir, cara berperilaku, dan cara bertindak. Revolusi mental mengacu pada keselarasan pikiran (idea)dan tindakan (action), sehingga seorang individu tidak hanya berpikir dan megetahui yang baik dan benar tetapi juga bertindak baik dan benar.
Revolusi Mental Istilah revolusi mental sebenarnya sudah lama dipakai dalam sejarah
pemikiran. Plato (428-347 SM) menggunakan istilah revolusi mental untuk mengacu pada pengembalian dominasi akal budi, hati nurani atas
nafsu, dan emosi agar terjadi keselarasan antara pikiran (idea) dan tindakan (actio). Orang tahu tentang baik dan benar, tetapi belum tentu bertindak baik dan benar. Idealnya pikiran baik dan benar diikuti tindakan baik dan benar. Pandangan Plato ini pun berabad-abad kemudian dilanjutkan oleh Descartes (1596-1650) dengan jargonnya yang mashur ‘cogito ergo sum!’ yang merevolusi mental pemikiran filsafati pada zamannya.
Di Indonesia, secara historis revolusi mental kali pertama dikumandangkan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1956 dengan istilah mental investment, yang kemudian (1957) dinyatakan secara tegas dengan istilah gerakan revolusi mental, yakni gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat garuda, dan berjiwa api menyala-nyala (Nuryanta, 2014).
Istilah revolusi mental mencuat kembali saat presiden Joko Widodo menjadikannya salah satu prioritas program pembangunan di samping prorgam kemandirian dan kemaritiman. Menurut presiden Joko Widodo (2014) pembangunan Indonesia pasca reformasi baru terbatas pada
383 pembangunan atau perubahan yang sifatnya institusional dan
Peran Bimbingan dan konseling dalam Mengembangkan Karakter Siswa sebagai.....
kelembagaan negara, belum menyangkut pembangunan yang menyentuh paradigma, mindset, dan budaya politik dalam rangka pembangunan bangsa (nation buiding). Pembangunan yang hanya menekankan pada institusional dan kelembagaan negara, tidak akan mampu untuk mengantarkan masyarakat Indonesia ke arah cita-cita bangsa. Agar pembangunan dapat mencapai ke arah perubahan yang lebih baik, bermakna dan berkesinambungan diperlukan revolusi mental.
Revolusi metal bertujuan untuk mengadakan perubahan mental atau cara berpikir, serta bertindak masyarakat Indonesia secara cepat dari yang belum baik menjadi baik. Istilah mental berkaitan dengan jiwa, ahlak, dan watak. Mental juga berkaitan dengan kepribadian yang berupa keseluruhan karakteristik, sikap, dan nilai-nilai yang dianut oleh individu untuk bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain dan lingkungannya (Pangewa’ 2004).
Mental berkaitan dengan sikap. Sikap dirumuskan Pangewa (2008:40) sebagai situasi mental yang mempengaruhi seseorang dalam kecenderungannya untuk menjadi bermotivasi dalam hubungannya dengan sesuatu. Sikap bukan pembawaan lahir tetapi dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan. Bisa bersifat tetap, tetapi juga bisa berubah sesuai faktor-faktor yang mempengaruhi. Mental juga dapat dimaknai sebagai cara berpikir atau mindset seseorang (Supratno, 2014). Mental ini akan menentukan sikap, perilaku, dan tutur bahasa.
Revolusi mental secara luas dimaknai sebagai perubahan cara berpikir seseorang dari kondisi belum baik menjadi baik. Perubahan menjadi baik ini akan membawa konsekuensi perubahan tatanan masyarakat yang lebih baik. Perubahan mental seseorang dapat berubah dengan kesadaran diri sendiri (internal) ataupun berubah karena dorongan pihak luar (eksternal) misalnya melalui pendidikan formal, pendidikan karakter, peraturan, dan gerakan nasional.
Karakter dan Pendidikan Karakter Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘to mark’ atau
menandai atau memfokuskan pada pengaplikasian nilai-nilai kebaikkan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku nyata (Wynne, 1991). Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai-nilai baik atau positif yang muncul secara eksplisit maupun implisit.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Klipatrick (1992) dan Licona (1991) adalah pencetus utama pendidikan karakter.Kedua tokoh ini percaya akan adanya keberadaan moral absolut yang perlu diajarkan kepada generasi muda agar paham betul moral yang baik dan benar. Nilai-nilai moral yang universal dan absolut ini bersumber dari agama-agama di dunia yang disebutnya sebagai the golden rule, seperti berkata jujur, suka menolong, hormat orang tua, dan bertanggung jawab.
Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Yus, 2008) aktualisasi karakter berwujud dalam bentuk perilaku sebagai hasil perpaduan antara karakter biologis dengan interaksi dengan lingkungannya. Lickona (1991) mengemukakan pula bahwa karakter berkaitan dengan konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. Berdasarkan ketiga komponen dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan berbuat baik dan melakukan perbuatan baik. Konsep moral memiliki komponen kesadaran moral, pengetahuan moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan diri. Sikap moral memiliki komponen kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta, kebaikan, pengendalian diri, dan kerendahan hati. Perilaku moral terdiri dari komponen-komponen moral yang membentuk karakter yang baik dan tangguh serta unggul.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi anak didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.Hal itu berarti menunjukkan bahwa sekolah memiliki tugas penting membangun karakter anak didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Battisch (2008) yang menegaskan bahwa pendidikan karakter yang efektif adalah sekolah yang memungkinkan semua peserta didik menunjukkan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting. Pembangunan karakter merupakan sebuah upaya sadar untuk memperbaiki danmeningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat isttiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat, dan pikiran anak didik.
Bimbingan dan Konseling Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan tujuan pendidkan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar.Namun,juga berkepribadian sehingga nantinya akan
385 lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang dengan kepribadian
Peran Bimbingan dan konseling dalam Mengembangkan Karakter Siswa sebagai.....
yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan Pancasila. Hal itu menunjukkan bahwa sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak (TK)sampai dengan Perguruan Tinggi (PT)memiliki peran penting dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter. Melalui sekolah dapat disusun dan diatur secara secara sistematis dan berkesinambungan pengembangan dan pembentukan karakter anak.
Posisi pendidikan sebagai pemberi masukan pengetahuan tentang moral, nilai, dan kebaikan sekaligus sebagai sarana pembentukan karakter anak didik jelas menjadi rujukan penting untuk pembentukan karakter siswa yang diharapkan. Salah satu program pendidikan yang disusun untuk kepentingan pembentukan karakter itu adalah bimbingan dan konseling. Siswa yang tumbuh dalam karakter yang baik, maka melakukan sesuatu dengan benar dan cenderung memiliki tujuan hidup. Tugas bimbingan konselinglah untuk menumbuhkan karakter dan mengarahkan dan mengoptimalkan tujuan hidup siswa.
Pada paragraf di atas telah ditunjukkan bahwa tujuan pendidikan nasional tidaklah sekedar memprioritaskan perkembangan aspek kognitif dan penegtahuan siswa. Namun,juga mengembangkan karakter siswa agar tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan utuh. Untuk mefasilitasi pengembangan karakter dan pembentukan pribadi yang tangguh dan utuh itulah, maka dalam setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang optimal melalui bimbingan dan konseling.
Ahmadi (1991) mengemukakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar dengan potensi yang dimilikinya mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri sendiri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Adapun konseling dikemukakan Tolbert (dalam Prayitno, 2014) sebagai hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, yaitu konselor dan konseli. Dalam kegiatan tersebut konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya di masa depan. Konseli melalui kegiatan tatap muka ini dapat belajar bagaimana memecahkan masalah dan menemukan kebutuhannya di masa mendatang.Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan (devel-
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
opment task) ditegaskan bahwa setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas pengembangan yang harus diselesaikan.
Agar layanan bimbingan dan konseling dapat terlaksana harus berdasar pada 12 azas yang meiliputi (1) azas kerahasiaan, (2) azas kesukarelaan, (3) azas keterbukaan, (4) azas kegiatan, (5) azas kemandirian, (6) azas kekinian, (7) azas kedinamisan, (8) azas keterpaduan, (9) azas keharmonisan, (10 ) azas keahlian, (11) azas alih tangan kasus, dan (12) azas Tut Wuri Handayani.Program bimbingan konseling di sekolah disusun berdasar kebutuhan peserta didik (need assesment). Berdasar kebutuhan peserta didik tersebut program layanan konseling mencakup empat hal yaitu jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan dan volume atau beban tugas konselor.
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengembangkan Karakter Siswa
Posisi pendidikan sebagai pemberi masukan pengetahuan tentang moralitas, kebaikan, dan nilai kepada peserta didik, sekaligus sebagai wahana belajar anak didik secara formal jelas menjadi rujukan penting dalam membentuk karakter siswa yang diharapkan. Salah satu program pendidikan yang disusun untuk itu adalah bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk mendorong lahirnya peserta didik yang berperilaku dan berkarakter positif. Pendidikan karakter yang efektif bisa diperoleh melalui pengoptimalan peran bimbingan dan konseling di sekolah, karena melalui bimbingan dan konseling semua peserta didik bisa ‘menemukan’ dirinya sendiri, mengetahui, dan mengembangkan potensi dalam dirinya sekaligus menyusun dan merancang strategi untuk mengatasi hambatan dan mencapai tujuan hidupnya.
Pendidikan karakter yang dilakukan melalu bimbingan dan konseling harus berpijak pada tujuan membentuk manusia yang utuh (holistic), berkarakter, mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiri- tual, dan intelektual anak didik secara optimal. Banyaknya aspek yang harus dicermati dalam proses bimbingan dan konseling dalam membentuk dan mengembangkan karakter. Hal ini menjadikan bimbingan konseling tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada kolaboratif dengan komponen pendidikan lainnya. Komponen pendidikan lainnya seperti isi kurikulum, proses pembelajaran, kulaitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan aktivitas ekstra kurikuler, dan etos seluruh lingkunagn sekolah.
387 Melalui bimbingan dan konseling, pengembangan karakter bisa
Peran Bimbingan dan konseling dalam Mengembangkan Karakter Siswa sebagai.....
dilakukan dengan dimulai dengan menanamkan nilai-nilai dasar (core ethical values) sebagai basis karakter. Nilai-nilai dasar tersebut harus menyentuh kawasan kognitif, afektif, dan perilaku. Bimbingan dan konseling harus memiliki komponen program berupa layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem yang tersusun secara terencana dan terpadu yang menyentuh bidang akademik, bidang pribadi, bidang sosial, dan bidang karir dengan berbasis karakter.
Program bimbingan dan konseling dengan berbagai kegiatan di dalamnya harus mendukung potensi siswa denga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan dirinya. Posisi bimbingan konseling adalah sebagai wadah yang strategis dalam pembentukan karakter.Melihat peran penting bimbingan dan konseling, maka setiap jenjang sekolah seharusnya memilliki layanan bimbingan konseling yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa setiap komponen sekolah harus terlibat dalam usaha layanan bimbingan dan konseling. Inilah yang disebut Keriee Lee (2007) sebagai model terpadu atau model gabungan.Peran bimbingan dan konseling sebagai salah satu komponen pendidikan formal amat penting bagi upaya pembentukan dan pengembangan karakter. Bimbingan dan konseling dapat menjadi dasar pijakan atau lokus untuk mengembangkan karakter.
Fungsi dan Hasil yang Diharapkan pada Karakter Siswa Bimbingan dan konseling berperan sangat strategis untuk
mengembangkan karakter karena memiliki banyak fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah (1) fungsi pencegahan atau preventif, (2) fungsi
pemahaman, (3) fungsi pengentasan, (4) fungsi pemeliharaan, (5) fugsi penyaluran, (6) fungsi penyesuaian, (7) fungsi pengembangan, (8) fungsi perbaikan, dan (9) fungsi advokasi.
Melalui peran optimal bimbingan dan konseling dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa, dengan tidak lupa melibatkan seluruh komponen pendidikan, diharapkan terjadi beberapa hal dalam
diri siswa. Beberapa hal itu adalah (1) adanya perubahan karakter dan perilaku konseli/siswa menjadi lebih baik, positif, produktif, dan kreatif; (2) siswa/konseli mempunyai dan memelihara kesehatan mental, karakter,
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
dan kepribadian positif; (3) dapat menyelesaikan masalah dengan rasa percaya diri yang tinggi, (4) mencapai keefektifan pribadi, dan (5) mendorong konseli/siswa untuk mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya
Upaya dan peran optimal bimbingan dan konseling di atas bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan bimbingan dan konseling. Pendekatan yang paling efektif adalah pendekatan krisis, pendekatan remidial, pendekatan preventif, dan pendekatan perkembangan. Pendekatan krisis merupakan upaya bimbingan yang diarahkan pada individu yang mengalami krisis atau mengalami masalah. Bimbingan dan konseling diarahkan untuk mengatasi dan bersama-sama mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Pendekatan remidial adalah upaya bimbingan dan konseling diarahkan pada konseli yang mengalami kesulitan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kelemahan dan kesulitan yang dialami. Pendekatan preventif merupakan upaya bimbingan dan konseling yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum konseli dan mencegah jangan sampai terjadi pada diri konseli. Pendekatan perkembangan bertitik sentral pada perkembangan optimal kepribadian, karakter, dan kemampuan siswa yang artinya memberikan berbagai stimulus melalui perekayasaan lingkungan untuk mempertajam potensi dan karakter konseli.
Kesimpulan Dari hasil paparan, deskripsi dan eksplanasi di atas dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembentukan dan pengembangan karakter berkait erat dengan revolusi mental karena pada prinsipnya revolusi metal adalah revolusi perubahan karakter.
2. Bimbingan konseling mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam mengembangkan karakter siswa karena memiliki (a) fungsi pencegahan, (b) fungsi pemahaman, (c) fungsi pengentasan, (d) fungsi pemeliharaan, (e) fungsi penyaluran, (f) fungsi pengembangan, (g) fungsi penyesuaian, (h) fungsi perbaikan, dan (i) fungsi advokasi.
3. Melalui peran optimal bimbingan dan konseling diharapkan pada siswa/ konseli terjadi perubahan karakter, perilaku, dan kepribadian konseli yang positif, produktif, kreatif, dan inovatif, mempunyai dan
389 memelihara kesehatan mental dan kepribadian positif, dapat
Peran Bimbingan dan konseling dalam Mengembangkan Karakter Siswa sebagai.....
menyelesaikan masalah, mencapai keefektifan pribadi, dan mampu mengambil keputusan yang penting bagi kehidupannya.
4. Bimbingan dan konseling bisa dilakukan dengan melalui berbagai pendekatan di anatranya pendekatan kritis, pendekatan remidial, pendekatan preventif, dan pendekatan perkembangan dengan melibatkan seluruhkomponen pendidikan.
Saran Melihat peran bimbingan dan konseling yang demikian penting dan
strategis, dalam membangun dan mengembangkan karakter siswa maka perlu ditingkatkan efektivitas layanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan. Efektivitas layanan bimbingan dan konseling pun secara berkala harus dilakukan evaluasi, sehingga dapat memenuhi sasaran dengan tepat dan selalu bersifat kontinyu atau terus menerus. Perlu diperhatikan pula bahwa keberhasilan bimbingan dan konseling juga melibatkan secara aktif setiap komponen pendidikan yang ada, sehingga dibutuhkan koordinasi dan sinergi yang tepat dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Balttistich, Voctor. 2007. Character Education, Prevention and Poditive
Youth Development. Illnois: Uneversity of Missouri. Budinuryanta, Johanes.2014. Revolusi Mental dalam Pendidikan.
DalamMakalahProsiding Seminar Nasional Revolusi Mental dalam Pendidikan. Surabaya:Unesa Press.
Izzaty, Rita eka. 2004. Mengenali Perkembangan Masalah Anak. Jakarta: Dirjen Dkti.
Rubino, Rubiyanto.2008. Bimbingan Konseling. Surakarta: FKIP Muhamadiyah.
Ridwan. 1998. Penanganan Efektif Bimbingan Konseling di Sekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sofyan, S.Wilis. 2004. Konseling Individual. Surabaya: Usaha Nasional. Sudrajat, Ahmad. 2010. Strategi Pelaksanaan Layanan dan Bimbingan
Konseling, Jakarta: Gramedia.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Sukardi, Dewa Ketut.1998. Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supratno, Haris.2014. Revolusi Mental dalam Pendidikan untuk menciptakan Masyarakat Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, Berbudaya, dan Berkepribadian. Makalah dalam Prosiding Seminar Nasional Revolusi Mental dalam Pendidikan. Surabaya:Unesa Press.
Winkel. WS.1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah.Jakarta: Gramedia.
Wijayanti, Maghfira.2012.Menjadi Remaja Hebat. Surabaya: AM Pres. ________________.2013. Menuju Pribadi Sukses. Sidoarjo:Satukata. ________________.2015. MoveOnSukses Belajar. Sidoarjo:Satukata.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
computing and assembly skills.”Soft skill adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dirinya sendiri). Dengan demikian, atribut soft skills tersebut meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap.
Soft skills dibagi menjadi dua bagian yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills.Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam “mengatur” dirinya sendiri,sedangkan, interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain (Endang dan Made, 2011). Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK) haruslah mencetak lulusan yang siap kerja dengan soft skills yang unggul dan kemampuan teknis yang mumpuni. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh negara-negara Inggris, Amerika, dan Kanada, ada
23 atribut soft skills yang dominan di lapangan pekerjaan (Illah Sailah dalam Sudiana, 2010).
1. Inisiatif 13. Manajemen diri
2. Etika/ integritas
14. Menyelesaikan persoalan
3. Berpikir kritis
15. Dapat meringkas
4. Kemauan belajar
18. Kerja dalam tim
7. Bersemangat
19. Mandiri
8. Dapat diandalkan
20. Mendengarkan
9. Komunikasi lisan
21. Tangguh
10. Kreatif
22. Berargumentasi logis
11. Kemampuan analitis
23. Manajemen waktu
12. Dapat mengatasi stress Sekolah merupakan sebuah tempat yang mempersiapkan lulusannya
untuk memasuki dunia kerja. Oleh karena itu, sekolah harus sejak dini memperhatikan kandungan atribut soft skills dalam proses pembelajaran. Tanpa upaya yang dibangun dalam penguasaan soft skills sejak di bangku sekolah, hanya akan menghasilkan tamatan yang cerdas, mudah mencari pekerjaan, tetapi tidak akan bertahan di dunia kerja. Peningkatan kompetensi lulusan berbasis soft skills sangat mendesak untuk memenuhi kebutuhan stakeholders dengan orientasi produktivitas yang tinggi, juga untuk mewarnai dunia kerja kearah perbaikan karakter bangsa.
377 Penerapan Kebiasaan/Budaya Positif untuk Menumbuhkan Soft
Pembentukan Soft Skill di Sekolah Menengah Kejuruan Menjadikan Karakter.....
Skillsdi SMK Berbicara tentang pembiasaan, maka penulis selaku salah satu guru
di SMK akan berbagi pengalaman nyata tentang pembiasaan/budaya positif yang membentuk soft skills yang diterapkan di sekolah kami.
a. Masuk sekolah tepat waktu, kurang 5 menit dari pukul 07,00 wib Gerbang utama ditutup.
Maksud dan tujuan dari pembiasaan tersebut adalah peserta didik bisa disiplin terhadap waktu masuk di sekolah. Pukul 06.55 bel tanda masuk sudah berbunyi, sehingga siswa hanya punya jeda waktu 5 menit untuk tidak terlambat masuk di lingkungan sekolah. Pukul 07.00 pintu gerbang sudah ditutup dan dikunci, sehingga peserta didik yang terlambat tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar. Setelah diterapkan peraturan tersebut, sangatlah signifikan hasilnya sesuai yang diharapkan. Tidak ada siswa yang terlambat karena takut dialpha/tidak masuk tanpa keterangan alias bolos. Hal tersebut akan bisa menjadi suatu kebiasaan ketika mereka bekerja di suatu perusahaan. Disiplin waktu yang tinggi akan memperkaya produktivitas kerja yang pada akhirnya berimbas pada melesatnya karier di perusahaan. Soft skill yang ditanamkan kepada peserta didik tentang manajemen waktu bisa tercapai dan bermanfaat untuk kebaikan di masa depan.
b. Turun dari sepeda motor ketika masuk pintu gerbang dengan cara menuntun hingga sampai di tempat parkir siswa.
Hal ini sangat berguna untuk melatih kesopanan peserta didik di masyarakat. Mereka diharapkan untuk lebih tahu tata cara memasuki rumah/sekolah agar tidak menimbulkan kebisingan yang pada akhirnya menimbulkan kenyamanan semua penghuni. Sikap seperti ini pun juga sangat dibutuhkan di dunia kerja karena sikap yang tahu tata cara dan etika akan lebih memudahkan dalam mencari teman. Sikap yang tahu etika memberi kesan sopan dan ramah dalam pergaulan. Sikap sopan semacam ini sesuai dengan atribut soft skill yaitu tahu etika dan manajemen diri.
c. Kegiatan doa bersama sebelum memulai jam pelajaran yang dipimpin dari central atau ruang guru.
Kegiatan ini sangat berguna untuk para peserta didik agar selalu ingat bahwa dalam kegiatan apapun selalu didahului dengan bacaan basmallah agar mendapat keridho’an dan dipermudah segala urusan.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Peserta didik dituntut untuk pandai secara keilmuan dunia dan juga pandai secara agama karena ilmu tanpa agama akan menyebabkan seseorang kebablasan baik dalam berpikir maupun bersikap. Sebaliknya agama tanpa ilmu adalah kebodohan yang menyebabkan manusia tidak bisa kritis dan bijak dalam bersikap. Sikap yang selalu berpegang pada agama akan menuntun orang yang bersangkutan untuk selalu berbuat kebaikan. Demikian pula, ketika peserta didik bekerja di perusahaan/ dunia kerja maka mereka lebih mengutamakan cara yang halal ketika ingin berprestasi di tempat kerja. Tidak menghalalkan segala cara hanya untuk mencari untung/laba maupun jabatan di perusahasaan. Kebaikan itu akan selalu mereka kerjakan untuk mencapai keberkahan. Kebiasaan yang baik ini sudah ditanamkan sejak mereka masuk menjadi murid SMK hingga dinyatakan lulus dari sekolah. Soft skill yang dibentuk untuk peserta didik adalah manajemen diri, tangguh, dan beretika dalam agama maupun kehidupan sehari-hari.
d. Kegiatan jum’at sehat diawal jam pelajaran. Salah satu hari favorit di SMKN 1 Duduksampeyan Gresik adalah hari
Jumat. Pasalnya setiap hari Jumat ada kegiatan senam bersama. Peserta didik berkumpul di lapangan dan diajak untuk menyehatkan diri di awal jam pelajaran. Seluruh warga sekolah mengikuti senam bersama yang bisa menyegarkan tubuh setelah hampir seminggu beraktivitas rutin di sekolah. Hal tersebut sangat berguna untuk menyeimbangkan antara kesehatan mental dan raga. Pembiasaan yang baik ini bisa membentuk soft skill peserta didik untuk bisa manajemen diri dan waktu untuk memelihara kesehatan. Ini juga berguna ketika mereka sudah bekerja di perusahaan agar bisa menyeimbangkan kesehatan jiwa dan raga, agar produktivitas diri dan kerja semakin baik dan terjaga. Ketika badan dan jiwa sehat maka semangat pun semakin bertambah. Selain itu, dengan rajin senam atau olahraga juga bisa mengelola stress dengan baik, sehingga tekanan pekerjaan atau tugas baik di sekolah ataupun ketika sudah bekerja bisa di atasi dengan tuntas. Soft skill yang dibentuk dan ditanamkan dengan adanya penyeimbangan kesehatan jiwa dan raga berupa senam bersama untuk peserta didik adalah selalu bersemangat dan bisa mengelola stress dengan baik.
e. Kegiatan Jumat shodaqoh Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk menyisihkan sebagian
uang saku untuk kegiatan amal rutin hari Jumat. Selain untuk
379 menumbuhkan rasa cinta shodaqoh, kegiatan ini mengajarkan kepada
Pembentukan Soft Skill di Sekolah Menengah Kejuruan Menjadikan Karakter.....
peserta didik untuk lebih menghargai uang. Ketika peserta didik mengerti dan menghargai uang maka mereka akan lebih bijak dalam membelanjakan uangnya. Demikian juga, ketika peserta didik sudah bekerja di sebuah dunia usaha/industri maka menyisihkan sebagian harta untuk shodaqoh akan melancarkan usaha itu sendiri. Selain itu, kebiasaan bisa menghargai uang berarti peserta didik yang menjadi karyawan akan lebih bijak dalam membelanjakan semua perlengkapan kantor/perusahaan secara efektif dan tepat sasaran sesuai kebutuhan. Atribut soft skill yang dibentuk dan dikembangkan adalah mempunyai inisiatif untuk bertindak efektif, berpikir kritis, dan mempunyai kemampuan analitis yang baik dalam membelanjakan uang.
f. Sebagian besar kegiatan belajar mengajar menggunakan LCD proyektor dengan berbagai media pembelajaran menarik disertai tugas pembuatan proyek.
Pembiasaan kegiatan belajar mengajar menggunakan media yang menarik akan membuat peserta didik lebih antusias dan bersemangat dalam megikuti pelajaran. Rasa ingin tahu mereka akan jauh lebih besar karena mereka merasa senang dan nyaman dengan kondisi kelas. Pembuatan slide, pemutaran video, dan demonstrasi materi dikelas akan membuat peserta didik lebih bersemangat. Setiap akhir sesi pembelajaran bisa dipastikan ada tugas kelompok atau individu guna mengukur pemahaman siswa. Selain itu, ada pembuatan proyek kelompok dari setiap mata pelajaran yang di desain untuk membangkitkan solidaritas, toleransi, dan kerjasama tim. Dengan pembiasaan tersebut diharapkan soft skill yang terbentuk dan tertanam adalah peserta didik selalu bersemangat untuk mencari ilmu baru baik di lingkungan masyarakat maupun dunia usaha dan industri. Selain itu, kebiasaan untuk bekerjasama dengan tim sangat berguna ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Dari paparan diatas, soft skill sangat dibutuhkan selain kemampuan teknis dari peserta didik. Kemampuan dan ketrampilan dalam mengatur diri dan sikap yang baik sangat dipengaruhi oleh pembiasaan atau budaya positif yang ditanamkan oleh pihak sekolah. Pembiasaan tersebut akan menjadi karakter unggul peserta didik yang lulus dari sekolah agar diterima dan melejit potensinya baik dilingkungan masyarakat maupun di lingkungan dunia usaha dan industri.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
DAFTAR PUSTAKA Sadbudhy, Endang dan Made Nuryata, 2011. Pengembangan Soft Skills di
SMK. Jakarta: SEkarmita Publisher & Training. Sudiana, I ketut. 2010. Peningkatan Kualitas Lulusan melalui Pengembangan
Soft Skills di Perguruan Tinggi. Makalah disajikan dalam Lokakarya Softskill Implementasi PHK-I STIE Triatma MUlya Tanggal 29 Januari 2010.
Menjadi Generasi (Tidak) Berkarakter