UPAYA SANG GURU MENCEGAH TINDAK KEKERASAN DI KALANGAN PELAJAR MELALUI JURUS CAKAR
UPAYA SANG GURU MENCEGAH TINDAK KEKERASAN DI KALANGAN PELAJAR MELALUI JURUS CAKAR
Sri Asih SMP N 9 Pasuruan
Kekerasan telah merambah dunia pendidikan. Maraknya tindak kekerasan antarpelajar, tindak kekerasan antara guru dengan pelajar, aksi tawuran antarpelajar, praktik kekerasan senior pada yuniornya, kasus bullying, kasus miras, kasus narkotika dan obat-obat terlarang merupakan deretan catatan buruk di jagad pendidikan.
Tindak kekerasan di kalangan pelajar sudah sedemikian merajalela. Tindak kekerasan di kalangan pelajar tidak hanya terjadi di kota-kota besar, di kota kecil seperti Kota Pasuruan pun juga terjadi. Bahkan, tindak kekerasan juga terjadi di lingkungan pelajar SMP Negeri 9 Pasuruan. Dari guru BP SMP Negeri 9 Pasuruan, penulis memperoleh data bahwa ada beberapa siswa yang terlibat tindak kekerasan. Contoh tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan pelajar SMP Negeri 9 Pasuruan yaitu: menghantam dengan roti kalong, memukul dengan batu, membully, menendang, saling jambak antarpelajar perempuan, menampar, meludah, dan mengumpat dengan kata kasar.
Sebagai guru, penulis merasa sangat prihatin melihat realitas tindak kekerasan di jagad pendidikan. Fenomena tentang tindak kekerasan di kalangan pelajar di atas perlu dicegah oleh Sang Guru sedini mungkin. Mengingat tugas sang guru tidak hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan, tetapi ada tanggung jawab yang lebih mulia yaitu mendidik. Mendidik berarti mengantarkan peserta didik menjadi anak bangsa meraih derajat unggul, baik dari aspek intelektualnya, spiritualnya, jiwa dan raganya, serta akhlaknya. Peserta didik pada masa sekarang adalah cerminan kehidupan bangsa di masa depan. Baik buruknya generasi yang akan datang ditentukan oleh baik buruknya pemberian bekal generasi saat ini. Peserta didik adalah aset negara , masa depan bangsa. Kata-kata tersebut mengisyaratkan betapa mulianya amanah yang dibebankan di pundak Sang Guru.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Selain amanat di atas, Undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Bab II Pasal 6 mengamanatkan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk itu, guru harus berupaya membekali peserta didiknya agar peserta didiknya berkembang menjadi insan yang cerdas dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat mencegah tindak korupsi, mengentaskan kemiskinan, dan menghilangkan kekerasan di negeri ini.
Menyadari pentingnya kedudukan dan tanggung jawab guru terhadap perkembangan potensi peserta didik , penulis menemukan solusi untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar. Solusi itu adalah “Jurus Cakar .” Jurus Cakarmerupakan solusi tepat untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar.
Untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar, seyogyanya Sang Guru menerapkan jurus cakar. Jurus cakar merupakan akronim dari kata maju terus dengan catur karya. Catur karya Sang Guru adalah: 1) Mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan pada mata pelajaran yang diampu, 2) Mendongeng untuk mengawali pembelajaran,
3) Mendidik dengan keteladanan, 4) Mendidik tanpa kekerasan. Berikut ini jurus cakar sebagai upaya sang guru mencegah tindak
kekerasan di kalangan pelajar. Mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan pada
mata pelajaran yang diampu
Gambar 1. Sang Guru mengimplementasikan nilai imtak pada mapel B Ind
(Sumber Gambar: Penulis, 2016)
517 Iman adalah sikap batin yang penuh kepercayaan, cinta, dan takut
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar
kepada Allah SWT. Iman merupakan landasan utama dari perahu kehidupan. Iman juga merupakan kendali perasaan dan akal seseorang. Sedangkan takwa yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah telah mengawasi kita, kemudian kita berusaha hanya berbuat sesuatu yang diridhoi Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang diridhoi-Nya (Menuju Masyarakat Belajar, 2001 : XV)).
Takwa merupakan kondisi kualitas manusia yang tertinggi di hadapan Allah SWT. Dengan landasan iman dan takwa yang kuat, peserta didik diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi pelajar yang berakhlak mulia dan terhindar dari tindak kekerasan.Untuk itu, peserta didik sebagai generasi muda perlu dibekali iman dan takwa, sehingga kelak menjadi pemimpin negeri yang berakhlak mulia. Pembekalan iman dan takwa kepada peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama. Guru nonagama pun perlu mengimplementasikan nilai-nilai iman dan takwa pada mata pelajaran yang diajarkannya. Guru mata pelajaran sangat perlu mengimplementasikan nilai-nilai relegius praktikal, agar peserta didik berperilaku amalan sholihan. Guru mata pelajaran nonagama harus pandai membenahi dan meramu butir-butir pembelajaran dengan dalil-dalil ayat suci Al-Qur’an atau hadits.
Contoh: Guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Guru bahasa Indonesia bisa memilih materi yang cocok untuk diimplementasikan dengan nilai-nilai Illahi dari Al-Qur’an dan Al Hadist. Misalnya, guru bahasa Indonesia bisa memilih pembelajaran apresiasi sastra.Pembelajaran apresiasi sastra dapat digunakan untuk membentuk nilai-nilai luhur, meningkatkan perasaan religi, dan membentuk moral yang positif dalam diri pelajar. Apresiasi sastra dirumuskan oleh Efendi dalam Aminudin 1987 (Buletin Pusbuk, 2006 : 12) sebagai kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga dapat menumbuhkan kepekaan perasaan, daya pikir, serta pelajar dapat memetik nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang terkandung dalam karya sastra. Makin banyak membaca sastra, anak akan makin kaya dengan pengalaman batin sehingga lebih arif sat menghadapi problema kehidupan.
Agar pembelajaran apresiasi sastra lebih bermakna dan berfungsi optimal bagi perkembangan IMTAK pelajar, materi pembelajaran apresiasi sastra yang dipilih adalah materi pembelajaran apresiasi puisi. Materi
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
pembelajaran apresiasi puisi tersebut sangat cocok untuk pembentukan watak dan perilaku pelajar karena materi pembelajaran tersebut bersentuhan langsung dengan kepribadian dan nurani pelajar.
Merefleksi isi puisi yang dibacakan merupakan salah satu kompetensi dasar dari pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester 2 (BSNP, 2006 : 236). Pada proses pembelajaran ini guru merasa perlu mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan kepada peserta didik, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia mampu melahirkan manusia yang berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Pemilihan materi pembelajaran apresiasi puisi sebagai media peningkatan IMTAK tersebut berdasarkan pada fenomena bahwa materi pembelajaran tersebut bersentuhan langsung pada perasaan peserta didik. Hal yang demikian akan mempermudahkan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai keagungan Tuhan kepada peserta didik. Lebih lanjut S. Suharianto (1981: 43) bahwa puisi dapatlah diumpamakan sebagai duta perasaan dan pikiran penyair. Lewat puisi yang ditulisnya itu penyair selalu berusaha agar perasaan dan pikirannya dapat terwakili.
Selain itu, puisi juga mampu menguak jalan cakrawala seperti dikatakan
H. Zawawi Imron dalam Sekitar Masalah Satra (1990 : 152) mengatakan bahwa Emha Ainun Najib adalah penyair relegius yang peka terhadap permasalahan sosial. Ia berpendapat bahwa puisi akan mampu menguak jalan ke cakrawala.
Pembelajaran apresiasi puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tersebut juga dapat melatih peserta didik untuk mengembangkan
kreativitasnya, berlatih mengekspresikan pendapatnya serta dapat melatih kehalusan dan kesopanan berbahasa. Disamping itu akan melatih peserta didik untuk menghargai hasil karya orang lain (Menuju Masyarakat Belajar, 2001 : 15).
Cara Menimplementasikan Nilai-Nilai IMTAK pada Pembelajaran Apresiasi Puisi
a. Guru Bahasa Indonesia mencari dan mengumpulkan beberapa puisi bernafaskanrelegius Islam dari beberapa pengarang relegius Islam pula, serta puisi relegius karya nyata guru itu sendiri. Puisi tersebut kemudian disalin ke dalam kertas bufalo berukuran lebar 9 cm dan panjang 12 cm. Pada proses pembelajaran salinan puisi tadi dibagikan kepada tiap
519 kelompok diskusi (tiap kelompok terdiri 6 pelajar). Tiap kelompok
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar
diskusi terdapat jatah 1 salinan puisi relegius untuk dibaca dan dipahami isinya.
b. Untuk mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, guru mengumpulkan sejumlah kutipan rujukan ayat suci Al-Qur’an dan hadits dari buku “Penerapan Pengajaran IPTEK bermuatan IMTAK” (Dr. Hafids Abbas, 1998 : 35) dan dari Tafsir Al-Qur’an. Ayat suci Al- Qur’an dan hadits dipilih berdasarkan pada kesesuaian moral dan akhlak yang terkandung pada materi pembelajaran puisi. Beberapa kutipan ayat suci dan hadits disalin guru pada kertas bufalo berwarna putih ukuran 9 cm x 12 cm pula. Guru menulis warna putih untuk menunjukkan kecucian firman Allah dalam ayat suci tersebut. Kemudian kutipan ayat suci dan hadits tersebut dibagikan kepada tiap kelompok diskusi (1 kelompok diskusi 1 kutipan ayat suci Al-Qur’an dan 2 kutipan hadits). Peserta didik diajak untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat suci dan hadits tersebut.
c. Guru mengambil 2 contoh kutipan ayat suci Al-Qur’an dan 2 kutipan puisi relegius dari pengarang relegius Islam serta 1 contoh naskah puisi relegius Islam karya guru. Adapun kutipan ayat suci dan puisi relegius Islam yang dijadikan contoh pada proses pembelajaran.
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Puisi yang pertama yaitu puisi relegius karya Abdul Hadi yang dikutip dari Sekitar Masalah Sastra (1990 : 151).
Tuhan, Kita Begitu Dekat Tuhan, Kita begitu dekat Sebagai api dengan panas Aku panas dalam apimu
Tuhan, Kita begitu dekat Seperti kain dengan kapas Aku kapas dalam kainmu Tuhan, Kita begitu dekat Seperti angin dan arahnya
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Kini begitu dekat Dalam gelap Kini aku nyala Pada lampu padamu
d. Guru mengajak pelajar untuk membaca puisi tersebut secara berulang- ulang agar memahami isi puisi tersebut. Setelah paham tentang isi puisi tersebut, pelajar diajak untuk merefleksi dan mengaitkannya dengan nilai-nilai IMTAK. Ternyata, puisi di atas cocok untuk nilai- nilai keagungan Allah dalam fieman-Nya melalui surat Al-Imron ayat 191.
Artinya “Orang-orang yang mengingat Allah waktu berdiri, waktu duduk dan waktu berbaring. Dan mereka pikirkan rahasia penciptaan langit dan bumi, diiringi ucapan “Ya Tuhan kami, kiranya tidak sia-sia Engkau menciptakan ini semua! Maha suci Engkau! Lindungilah kami dari siksaan api neraka (Q.S. Ali Imron : 191).”
¾ ¾ ¾ Puisi kedua karya Apip Mustofa ¾ ¾ TUHAN TELAH MENEGURMU Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan Lewat semayup suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran Lewat gempa bumi yang mengguncang Deru angin yang meraung-raung kencang Hujan dan banjir yang melintang pukang (Tuhan Telah Menegurmu, Apip Mustofa, Laut Biru Langit Biru, hal.
430) Selain Q.S. Ali Imron 191, kedua puisi di atas bisa dikaitkan dengan
nilai-nilai luhur dari ayat-ayat suci Al-Qur’an : Q.S. Al Baqoroh 2 : 43, 110. Q.S. Ibrahim 41 : 31. Q.S. An Nuur 24 : 56.
521 ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Puisi ketiga adalah puisi karya guru Bahasa Indonesia itu sendiri
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar
SENANDUNG IDUL FITRI Tiga puluh hari hamba bersuci dari api Api dengki, api caci, api angkara dan api neraka Bulan Romadhon … Bulan ampunan berlalu Debur-debur nurani berbuih putih Membasuh mulut dari caci Menisik kalbu dari dengki Mengetuk genderang telinga dari berita angkara Menutup mata dari asmara durhaka Ya … Robi Ampuni hamba dari dosa Allahu Akhbar Allahu Akhbar Allahu Akhbar Gema takbir berkumandang Amanah Fitrah tlah berkiprah dalam darah Sujud sengkut pada sang pencipta
Hamba bersuka Asa hamba dalam doa Terang menerang tiada rentang Berkah merekah Damai merantai
Allahu Akhbar Allahu Akhbar Allahu Akhbar Senandung Fitri mengalun lembut menyusup dalam nurani Ulurkan mahkota suci Bisikkan pesona sorga Taburkan benih-benih iman (Sri Asih)
e. Guru menyuruh salah seorang murid untuk membaca puisi di atas. Pelajar diajak merenung dan memahami makna puisi di atas, kemudian pelajar diberi penjelasan bahwa puisi di atas ditulis oleh guru pada akhir bulan puasa dan berdasarkan ilham dari H.R. Ahmad. Artinya:
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
“Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan telah mensunahkan Qiyamul pada malam hari, maka barang siapa siang (puasa) dan shalat malamnya mengharap karena Allah, niscaya keluarlah mereka dari dosa-dosa seperti dia dilahirkan oleh ibunya (Fitroh). (H.R. Ahmad)”
Penyajian pembelajaran apresiasi puisi dengan implementasi nilai- nilai IMTAK memberi nuansa baru bagi model pembelajaran Bahasa Indonesia. Model pembelajaran tersebut mampu menghasilkan pengaruh positif berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain dan perilaku patuh kepada guru.
2. Mendongeng untuk mengawali pembelajaran
Gambar 2. Sang Guru mendongeng pada awal pembelajaran
(Sumber Gambar: Penulis) Setiap masuk kelas guru perlu meluangkan waktu sekitar 10 menit
untuk mendongeng sebelum memulai pelajaran. Melalui dongeng peserta didik diharapkan dapat belajar dari kehidupan orang-orang terdahulu (tokoh-tokoh dalam dongeng). Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan tokoh yang berakhlak mulia. Kisah-kisah kehidupan bernilai akhlak mulia memberikan peluang kepada peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia berakhlak mulia, sehingga kelak terhindar dari tindak korupsi dan kekerasan.
Dongeng adalah cerita yang bersifat khayal belaka. James Danandjaja membagi dongeng menjadi : Mite, legenda, dan fabel. Mite adalah dongeng yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat mistis atau gaib atau berkaitan dengan makhlus halus, seperti harimau jadi-jadian dan Dewi Sri. Legenda adalah dongeng yang berupa cerita tentang asal-usul atau kejadian alam, seperti asal mula Kota Semarang, asal mula Kota
523 Surabaya. Fabel adalah dongeng tentang dunia binatang, seperti cerita-
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar
cerita kancil (Depdiknas, 2005 : 31). Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dongeng. Dongeng
dapat memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, dan memberikan keteladanan. Dongeng apabila dibawakan dengan cara mendongeng yang tepat dan benar akan mengarahkan pendengar pada pemilihan tokoh yang baik dan berguna. Hal itu akan memberi ilham untuk menjadikan tokoh yang baik sebagai model. Dengan analisis yang benar, kita akan bisa mendapatkan nilai pesan untuk senantiasa berbuat baik dan terhindar dari tindak kekerasan.
Hal-hal yang harus diperhatikan Sang Guru agar nilai-nilai positf dalam dongeng efektif bagi pembentukan peilaku dan akhlak mulia peserta didik
a. Guru harus pandai-pandai dalam mencari naskah dongeng.
b. Naskah dongeng yang dipilih hendaknya naskah dongeng yang isinya bersentuhan langsung dengan ajaran moral, akhlak, nurani, perasaan, dan keteladanan hidup.
c. Contoh naskah dongeng yang dapat diapresiasi adalah Dongeng Angsa Bertelur Emas, Dongeng Batu Menangis, Sembesat Sembesit, dan Malin Kundang. Dongeng Malin Kundang menceritakan seorang anak yang durhaka kepada ibunya sehingga dikutuk oleh Tuhan. Sedangkan dongeng Sembesat Sembesit mengisahkan seorang raja yang mengadakan sayembara pandai tidur. Pada pelaksanaan sayembara tersebut tersirat nilai-nilai bijak bahwa dalam menjalani kehidupan, kita harus bekerja keras dan pandai mengatur waktu untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.
d. Pada akhir kegiatan mendongeng sebaiknya dilakukan kegiatan refleksi tentang isi dongeng dan cara mengaplikasikannya dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
e. Peserta didik memilih tokoh dalam dongeng yang berkarakter baik dan menyebutkan upaya untuk bisa meniru kebaikannya.
f. Peserta didik diberi penjelasan dan pengarahan untuk tidak meniru tokoh dongeng yang jahat.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
3. Mendidik Tanpa Kekerasan
Gambar 3. Sang Guru menjalin hubungan yang harmonis dengan peserta didik
(Sumber Gambar: Penulis) Sang Guru sebagai pendidik seyogyanya mendidik tanpa kekerasan
agar tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, antar peserta didik dengan sesama teman di lingkungan sekolah. Hubungan harmonis antara guru dan peserta didik membuat peserta didik merasa dihargai. Begitu pula, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan sesama teman di sekolah dapat menciptakan perasaan kasih sayang sesama teman. Perasaan kasih sayang tersebut akan menimbulkan rasa aman, sehingga peserta didik terhindar dari tindak kekerasan.
Jurus mendidik tanpa kekerasan:
a. Menjalin hubungan yang sehat dan harmonis antara guru dan peserta didik.
b. Segala persoalan yang bersangkut paut dengan peserta didik diselesaikan dengan kepala dingin, hindari tindakan yang kasar,
c. Menanamkan sikap kebersamaan dengan pembiasaan melaksanakan sholat berjamaah di sekolah.
d. Sang Guru menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran,
e. Peserta didik dan guru belajar bersama sebagai komunitas belajar,
f. Sang Guru mendorong peran aktif anak dalam proses pembelajaran,
g. Sang Guru memberikan layanan pembelajaran yang menyenangkan,
h. Mengupayakan adanya sambung rasa (keterikatan batin) antara guru dengan siswa,
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar
i. Memberikan peluang kebebasan kepada peserta didik untuk berkreasi dan berekspresi,
j. Sang Guru tidak memaksakan kehendak kepada peserta didik.
4. Mendidik Dengan Keteladanan
Gambar 4. Keteladanan Sang Guru
(Sumber Gambar: Dokumentasi Penulis)
Keteladanan Sang Guru sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan nilai integritas di lingkungan sekolah. Sosok Sang guru merupakan pribadi yang paling dekat dengan warga sekolah terutama dengan
peserta didik. Peserta didik adalah aset negara , masa depan bangsa. Peserta didik
pada masa sekarang adalah cerminan kehidupan bangsa di masa depan. Baik buruknya generasi yang akan datang ditentukan oleh baik buruknya pemberian bekal generasi saat ini. Kata-kata tersebut mengisyaratkan betapa mulianya amanah yang dibebankan di pundak Sang Guru. Untuk mewujudkan amanah mulia di atas, Sang Guru harus mengaplikasikan karyanya yaitu “keteladanan sikap, keteladanan kedisiplinan, dan keteladanan etika.“
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Memberikan keteladanan tentang kejujuran Kejujuran adalah nur sanubari. Jujur dalam kata adalah kemuliaan,
dialah juru selamat dari kehancuran. Sikap jujur dan terus terang seyogyanya ditanamkan sejak dini kepada peserta didik. Cara paling ampuh untuk menanamkan kejujuran kepada peserta didik adalah keteladanan.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Contoh keteladan tentang kejujuran: ·
Jika meninggalkan jam mengajar, guru menyampaikan alasan dengan jujur
· Jika terlambat masuk kelas, guru menyampaikan alasan dengan jujur. ·
Jujur dalam tutur kata dan perbuatan. ·
Jujur dalam memberikan penilaian kepada peserta didik. ¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Keteladanan Sikap
Keteladanan Sang Guru tercermin dari kepribadiannya, dalam bersikap. Sang Guru hendaknya menyadari bahwa dirinya figur yang diperhatikan oleh semua pihak sehingga ada pepatah yang menyebutkan bahwa sosok guru adalah sosok yang layak untuk digugu dan ditiru. Digugu ucapannya dan ditiru perbuatannya. Keteladan sikap Sang Guru antara lain: sikap ramah dan sikap saling menghargai,
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Memberikan keteladan sikap ·
Sang Guru selalu memberi contoh saling salam, saling sapa, dan saling senyum ketika berjumpa atau berpapasan dengan dengan warga sekolah.
· Sang Guru selalu menunjukkan raut muka yang simpatik dan murah senyum.
· Sang Guru menunjukkan sikap yang ramah. ·
Sang Guru menunjukkan sikap rukun dengan warga sekolah. ·
Sang Guru mengajak peserta didik untuk menghargai segala kekurangan dan perbedaan.
· Sang Guru menghargai setiap pendapat peserta didik. ·
Sang Guru menghargai setiap jawaban peserta didik, walaupun jawaban itu salah.
¾ ¾ ¾ ¾ ¾ Keteladanan kedisiplinan Kedisiplinan perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Agar penanaman nilai-nilai kedisiplinan kepada peserta didik berhasil opti-
mal, Sang Guru perlu memberikan keteladanan tentang kedisiplinan. Memberikan keteladanan kedisiplinan
· Datang di sekolah 15 menit sebelum bel masuk pelajaran ·
Masuk kelas tepat waktu
Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar
Melakasanakan pembelajaran sesuai jadwal yang berlaku ·
Membuang sampah pada tempat yang tersedia ·
Berpakaian seragam sesuai jadwal yang berlaku ·
Melaksanakan sholat tepat waktu ·
Keteladanan etika atau sopan santun ¾ ¾ ¾ Memberikan keteladanan sopan santun ¾ ¾ Berbicara dengan tutur kata yang lembut,
· Menundukkan kepala jika berpapasan dengan orang yang lebih tua, ·
Selalu berjabat tangan dan mencium tangan, jika berpapasan dengan orang yang lebih tua
PENUTUP Kesimpulan
Kekerasan telah merambah dunia pendidikan. Maraknya aksi tawuran antarpelajar, tindak kekerasan antarsiswa, tindak kekerasan antara guru
dengan siswa, merebaknya kasus video porno, praktik kekerasan senior pada yuniornya, kasus bullying merupakan deretan berita tentang tindak kekerasan di kalangan pelajar.Solusi tepat untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar adalah Jurus Cakar. Jurus cakar merupakan akronim dari kata maju terus dengan catur karya. Catur karya Sang Guru adalah: 1) Mengimplementasikan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan pada mata pelajaran yang diampu, 2) Mendongeng untuk mengawali pembelajaran, 3) Mendidik dengan keteladanan, 4) Mendidik tanpa kekerasan.
Saran Sebagai guru, penulis perlu menyampaikan beberapa harapan
berkaitan dengan permasalahan dan pemikiran tentang upaya menumbuhkan integritas di lingkungan sekolah melalui tikar Sang Guru. Harapan penulis adalah:
1. Guru wajib menerapkan Jurus Cakar untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar.
2. Para stakeholder dan penentu kebijakan di bidang pendidikan agar mendukung penerapan Jurus Cakar Sang Guru untuk mencegah tindak kekerasan di kalangan pelajar.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Mudah-mudahan artikel berjudul “ “Upaya Sang Guru Mencegah Tindak Kekerasan Di Kalangan Pelajar Melalui Jurus Cakar” ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas akhlak, moral, etika, dan budi pekerti anak negeri, sehingga kelak mampu menjadi pemimpin bangsa yang amanah, adil, bermartabat, berakhlak mulia dan tidak ada lagi tindak kekerasan di negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Hafids, dkk. 1998. Penerapan Pengajaran IPTEK Bermuatan IMTAQ.
Jakarta : PT. Gunara Kata. Agustami. 2005. Keseimbangan Peningkatan Imtak dengan Penguasaan
Iptek. Jakarta: Dian Ariesta. Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asih. BSNP. 2006. Panduan PenyusunanKTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: BSNP.
Massigit. 2006. Mendongeng 5 Menit Membuat Pelajar Rajin ke Sekolah. Jakarta : Buletin Pusbuk Depdiknas Volume 12
Priyandono. 2006. Pendidikan Yang Bermoral. Surabaya : Media No. 05 / Th. XXXVI / Juli 2006.
Rahman, Arif, dkk. 1998. Penerapan Pengajaran IPTEK Bermuatan IMTAQ. Jakarta: PT. Gunara Kata.
Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta: Paramadina. Suharianto, S. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Surakarta: Widia Duta.
Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah sebagai Upaya Sekolah Mewujudkan....