PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERAN GURU DI SEKOLAH DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA

PENDIDIKAN KARAKTER DAN PERAN GURU DI SEKOLAH DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Tutiek Srihayati SMP Negeri 21 Malang

Pada masa remaja terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan tanda-tanda menuju kedewasaan. Masalah yang timbul berupa akibat pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang berlaku di sekitar remaja. Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi para remaja merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar.

Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan “energi negatif”, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan “energi positif”, yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular.

Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung

melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata “kenakalan remaja” yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam, serta dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan dan merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan. Remaja merupakan generasi muda yang menjadi aset negara dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan bangsa dan negara maupun agama. Maka sudah menjadi kewajiban bagi orang tua, pendidik (guru), pemerintah, dan kita semua untuk mempersiapkan generasi muda yang berwawasan luas dan berakhlak baik serta bertanggungjawab secara moral.

Kini tuntutan pendidikan semakin meningkat. Untuk itu, ada pendidikan karakter terhadap remaja sebagai penerus bangsa agar memiliki akhlak yang baik dan bertanggungjawab. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat remaja lebih sensitif dalam menanggapi hal itu. Pada akhirnya tidak sedikit remaja yangterjerumus ke hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial, serta norma hidup dimasyarakat. Oleh karena itu, remaja akan cenderung mempunyai tingkah laku yang tidak wajar dalam arti melakukan tindakan yang kurang pantas. Kenakalan remaja inilah yang menjadikan diri kita semakin terbelakang dan tertinggal jauh untuk dapat membangun Indonesia ini menjadi negara yang baik dan maju.

Inilah yang menarik bagi penulis untuk mengeksplorenya lebih dalam dari aspek berikut.

1. Hakikat kenakalan remaja.

2. Penyebab kenakalan remaja.

3. Akibat kenakalan remaja.

4. Pendidikan karakter.

5. Peran guru dalam menanggulangi kenakalan remaja. Hakikat Kenakalan Remaja

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata kenakalan berasal dari kata “nakal” yang artinya adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu dan suka tidak menurut. Pengertian kenakalan adalah sifat nakal, perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang menyimpang dari norma yang

451 berlaku dalam suatu masyarakat. Kata “remaja” berarti mulai dewasa,

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

sudah sampai umur untuk kawin. Remaja disebut pula dengan istilah pubertas yaitu antara usia 12 dan 16 tahun. Pengertian pubertas meliputi perubahan-perubahan fisik dan psikis, seperti halnya pelepasan diri dari ikatan emosional dengan orang tua dan pembentukan rencana hidup dan sistem nilai sendiri. Perubahan pada masa ini menjadi objek

penyorotan terutama perubahan dalam lingkungan dekat, yakni dalam hubungan dengan keluarga.

Secara terminologi, para ahli merumuskan masa remaja dalam pandangan dan tekanan yang berbeda, di antaranya menurut Daradjat (2007), masa remaja adalah”masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, di mana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk jasmani, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13 tahun dan berakhir kira- kira umur 21 tahun.”

Menurut Arifin (2006)”Bagi setiap remaja mempunyai batasan usia bagi remaja masing-masing yang satu sama lain tidak sama. Di Indone- sia, dalam rangka usaha pembinaandan usaha penanggulangan kenakalan remaja, agar secara hukum jelas batas-batasnya, maka ditetapkanlah batas usia bawah dan usia atas. Batas usia bawah sebaiknya adalah 13 tahun dan batas usia atas adalah 17 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan yang belum kawin (nikah). Dengan demikian, maka perilaku yang nakal yang dilakukan oleh anak di bawah umur 13 tahun dikategorikan dalam kenakalan “biasa”. Sebaliknya perilaku nakal oleh anak usia 18 tahun ke atas adalah termasuk dalam tindak pelanggaran atau kejahatan. Penentuan batas usia tersebut di atas berdasarkan alasan di antaranya: kenakalan remaja, menurut data yang diperoleh selama ini, banyak terjadi dalam bentuk dan sifat kenakalan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun sampai dengan anak usia 17 tahun. Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak usia sebelum 13 tahun pada

umumnya belum begitu serius dan membahayakan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak usia 13 tahun atas. Sedang usia 18 tahun ke atas adalah dipandang sudah menjelang dewasa yang telah terkena sanksi hukum”.

Adapun istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata” Juvenile Delinquency”. Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis,

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat- sifat khas pada periode remaja. Delinquent berasal dari kata Latin “delinquere” yang berarti: terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi,dan lain-lain. Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan,pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda di bawah usia 22 tahun. John M Echols dan Hassan Shadily dalam kamus Inggris Indonesia menterjemahkan juveniledelinquency sebagai kejahatan/ kenakalan anak-anak/anak muda/muda-mudi. Ciri-ciri dari kenakalan remaja, antara lain: (1)seseorang akan mudah marah jika dia merasa tidak cocok dalam suatu hal, (2) apabila sudah terjerumus dalam hal yang negatif, anak menjadi pemalas, (3) tidak memiliki belas kasihan terhadap sesama, (4) mudah putus asa, (5) tidak memperhatikan penampilan, dan (6) tidak patuh kepada orang tua dan guru.

Adapun jenis kenakalan remaja antara lain:(a) tidak mau patuh kepada orang tua dan guru. Hal seperti ini biasanya terjadi pada kalangan siswa, dia tidak segan-segan menentang apa yang dikatakan oleh orang tua dan gurunya bila tidak sesuai dengan jalan pikirannya. Lari atau bolos dari sekolah adalah pilihan untuk menghindari dari nasihat orang tua an guru. (b) Sering berkelahi.Sering berkelahi merupakan salah satu dari gejala kenakalan siswa. Siswa yang perkembangan emosinya tidak stabil yang hanya mengikuti kehendaknya tanpa memperdulikan orang lain, yang menghalanginya itulah musuhnya. (c) Cara berpakaian. Meniru pada dasarnya sifat yang di miliki oleh para siswa, meniru orang lain atau bintang pujaannya yang sering di lihat di TV atau pada iklan-iklan baik dalam hal berpakaian atau tingkah laku, walaupun itu tidak sesuai dengan keadaan dirinya yang penting baginya adalah mengikuti mode zaman sekarang. (d) Membolos pada jam sekolah. (e) Kenakalan yang menganggu ketentraman dan keamanan orang lain. Kenakalan ini adalah kenakalan yang dapat digolongkan pada pelanggaran hukum, sebab kenakalan ini menganggu ketentraman dan keamanan masyarakat di antaranya adalah: mencuri, menodong, kebut-kebutan, minum-minuman keras, penyalahgunaan narkotika, dan membaca buku-buku porno.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja yaitu kehidupan remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma

453 yang berlaku umum, atau remaja yangperbuatannya menyimpang dari

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

norma-norma agama, hukum, dan adat istiadat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, sehingga meresahkan kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Penyebab Kenakalan Remaja Sebagaimana kita ketahui bahwa kanakalan remaja merupakan

penyimpangan yang bersifat sosial, dan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, nilai-nilai luhur agama, dan norma-norma hukum yang hidup dan tumbuh di dalamnya baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Semua perilaku yang menyimpang bagi siswa itu, akan menimbulkan dampak pada pembentukan citra diri siswa dan aktualisasi potensinya.

Menurut Darajat (2007) sebab-sebab terjadinya kenakalan siswa yang paling menonjol antara lain: (a)kurangnya pendidikan agama, yang dimaksud dengan didikan agama bukanlah pelajaran agama yang diberikan secara sengaja dan teratur oleh guru sekolah saja. Akan tetapi, yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik. (b)Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan. Banyak orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Mereka menyangka bahwa apabila telah memberikan makanan, pakaian, dan perawatan kesehatan yang cukup kepada si anak, telah selesai tugas mereka. Ada pula yang menyangka bahwa mendidik anak dengan keras, akan menjadikannya orang baik dan sebagainya. Sesungguhnya yang terpenting dalam pendidikan si anak, adalah kesuluruhan perlakuan-perlakuan yang diterima oleh si anak dari orang tuanya, di mana dia merasa disayangi, diperhatikan dan diindahkan dalam keluarganya. Disamping itu ia harus merasa bahwa dalam hubungannya dengan orang tua ia diperlakukan adil diantara saudara- saudaanya, ia merasa aman dan tentram, tanpa rasa ketakutan akan dimarahi, diolok atau dibanding-bandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa.Komunikasi antara guru dan siswa sangat mempengaruhi perilaku siswa, siswa yang merasa nyaman pada guru, pasti akan merasa betah di sekolah dan berpikir untuk melakukan tindakan yang menyimpang. (c) Kurangnya pemahaman tentang peserta didik dan kebutuhan peserta didik”.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Faktor-faktor penyebab lainnya dari kenakalan remaja antara lain: reaksi frustasi diri, kurangnya kasih sayang,dan pengawasan dari orang tua, dampak negatif dari perkembangan teknologi modern, tidak adanya media penyalur bakat/hobi, masalah yang dipendam,brokenhome, salah dalam pergaulan serta pengaruh informasi dan teknologi yang negatif.

Akibat Kenakalan Remaja Setiap perbuatan pasti akan ada akibat yang ditimbulkan, begitu

pula dengan kenakalan remaja. Dampak kenakalanremaja pasti akan berimbas pada remaja tersebut. Bila tidak segera ditangani, ia akan tumbuh menjadi sosok yang bekepribadian buruk.

Dampak kenakalan remaja antara lain: (1)kenakalan dalam keluarga. Remaja yang labil umumnya rawan sekali melakukan hal-hal

yang negatif, di sinilah peran orang tua. Orang tua harus mengontrol dan mengawasi putra-putri mereka dengan melarang hal-hal tertentu.Namun, bagi sebagian anak remaja, larangan-larangan tersebut malah dianggap hal yang buruk dan mengekang mereka. Akibatnya, mereka akan memberontak dengan banyak cara. Tidak menghormati, berbicara kasar pada orang tua, atau mengabaikan perkataan orang tua adalah contoh kenakalan remaja dalam keluarga. (2) Kenakalan dalam pergaulan: Dampak kenakalan remaja yang paling nampak adalah dalam hal pergaulan. Sampai saat ini, masih banyak para remaja yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik. Mulai dari pemakaian obat-obatan terlarang sampai seks bebas. Menyeret remaja pada sebuah pergaulan buruk memang relatif mudah, dimana remajasangat mudah dipengaruhi oleh hal-hal negatif yang menawarkan kenyamanan semu. Akibat pergaulan bebas inilah remaja, bahkan keluarganya, harus menanggung beban yang cukup berat. (3) Kenakalan dalam pendidikan: Kenakalan dalam bidang pendidikan memang sudah umum terjadi, namun tidak semua remaja yang nakal dalam hal pendidikan akan menjadi sosok yang berkepribadian buruk, karena mereka masih cukup mudah untuk diarahkan pada hal yang benar. Kenakalan dalam hal pendidikan misalnya, membolos sekolah, tidak mau mendengarkan guru, tidur dalam kelas, dan lain-lain.

Remaja yang melakukan kenakalan-kenakalan tertentu pastinya akan dihindari atau malah dikucilkan oleh banyak orang. Remaja tersebut hanya akan dianggap sebagai pengganggu dan orang yang tidak

455 berguna.Akibat dari dikucilkannya ia dari pergaulan sekitar, remaja

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

tersebut bisa mengalami gangguan kejiwaan. Hal yang dimaksud gangguan kejiwaan bukan berarti gila, tapi ia akan merasa terkucilkan dalam lingkungan sosial, merasa sangat sedih, atau malah akan membenci orang-orang sekitarnya.Dampak kenakalan remaja yang terjadi, tak sedikit keluarga yang harus menanggung malu. Hal ini tentu sangat merugikan, dan biasanya anak remaja yang sudah terjebak kenakalan remaja tidak akan menyadari tentang beban keluarganya.

Masa depan yang suram dan tidak menentu bisa menunggu para remaja yang melakukan kenakalan. Bayangkan bila ada seorang remaja yang kemudian terpengaruh pergaulan bebas, hampir bisa dipastikan dia tidak akan memiliki masa depan cerah. Hidupnya akan hancur perlahan dan tidak sempat memperbaikinya. Kriminalitas bisa menjadi salah satu dampak kenakalan. Remaja yang terjebak hal-hal negatif bukan tidak mungkin akan memiliki keberanian untuk melakukan tindak kriminal. Mencuri demi uang atau merampok untuk mendapatkan barang berharga.

Itulah beberapa dampak kenakalan remaja yang sudah semestinya harus dihindari. Peran orang tua atau keluarga, guru di sekolah, dan juga teman-teman, adalah orang-orang yang sangat berperan penting dalam kehidupan remaja. Keikutsertaan mereka dalam mengontrol seorang remaja, bisa berdampak cukup besar demi mencapai masa depan yang lebih cerah.

Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara (1962) mengatakan bahwa pendidikan berarti

daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tumbuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras.Sementara Zamroni (1992) memberikan definisi pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar, disengaja, dan positif untuk menuntun hidup jasmani dan rohani anak didik dengan memberi kesempatan kepadanya untuk mengembangkan bakat menuju terbentuknya kepribadian yang utama, serta untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Karakter yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan ataupun tempaan lingkungan dan juga orang–orang yang ada di sekitar lingkungan tersebut. Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa tempat, seperti di rumah, sekolah, dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Pihak–pihak yang berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan teman sebaya.

Karakter seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. Bila seseorang selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara, suka menolong, atau pun menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku seseorang buruk seperti suka mencela, suka berbohong, suka berkata yang tidak baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga buruk.

Pengertiankarakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Koesoema(2010) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.

457 Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya(perasaannya).

Pendidikankarakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Pendidikankarakter merupakan sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhuryang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-orma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Peran Guru dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah

masyarakat hanya akan berhasil apabila ada kerja sama dan dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga. Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu di sekolah bergabung dalam bagian-bagian yang melakukan hubungan yang harmonis. Terutama hubungan antara guru dan orang tua siswa.

Guru sebagai salah satu komponen di sekolah tidak hanya menitik beratkan pada transfer ilmu kepada siswanya tetapi juga harus bisa membentuk karakter siswa yang jauh dari hal-hal negatif, sehingga para siswa layak menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang. Saardiman (2010) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru, yaitu:

1. Informator: sebagai pelaksana mengajar dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

2. Organisator: guru sebagai organisator, pengelolah kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen- komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3. Motivator: peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta rein- forcement untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjadi dinamika dalam proses belajar-mengajar. Peranan guru sebagai moti- vator ini sangat penting sebgai dalam interaksi belajar-mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam arti personalisasi dan sosialisasi diri.

4. Pengarah/director: jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita- citakan.

5. Inisiator: guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh aleh anak didiknya.

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

6. Transmitter: dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidik dan pengetahuan.

7. Fasilitator: berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalm proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini sesuai dengan semboyang “Tut Wuri Handayani”.

8. Mediator: guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa.

9. Evaluator: sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Dalam dunia pendidikan guru memiliki peran penting dalam membimbing siswa untuk menjadi siswa yang baik, siswa yang patuh terhadap aturan, dan mampu mengukir prestasi, walau tidak semua siswa bisa atau mau menjadi yang seperti yang diharapkan, contohnya ada siswa yang tidak mau belajar dengan aktif. Ketika hal ini terjadi guru harus bekerjasama dengan orang tua untuk memberikan bantuan bimbingan kepada siswa. Orang tua dan guru harus memiliki hubungan dalam konteks yang demikian erat seperti (a) guru hendaknya selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan orang tua/wali anak didik dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan pribadi anak. (b) Segala kesalahfahaman yang terjadi antara guru dan orang tua/wali anak didik, hendaknya diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mutlak harus mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa, karena siswa berada disekolah waktunya sangat terbatas, untuk memantau perkembangan siswa. Baik dari segi pengetahuan, maupun sikap guru harus lebih aktif untuk bertanya kepada orang tua tentang bagaimana kehidupan siswa di luar sekolah.Namun, guru juga berkewajiban untuk memberikan laporan dan penjelasan kepada orang tua tentang perkembangan yang dialami oleh siswa, sehingga jika ada permasalahan yang dialami oleh siswa akan lebih mudah untuk mencari solusinya.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Hubungan kerjasama antara guru dengan orang tua dalam mengatasi kenakalan siswa sangatlah dibutuhkan. Kendala yang dialami oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa adalah kurangnya partisipasi dan kerjasama dari sebagian orang tua siswa, lemahnya motivasi dari dalam diri siswa dan rendahnya minat belajar, kurangnya bantuan dari masyarakat sekitar, mudah dan murahnya akses teknologi, lemahnya pengawasan orang tua.

Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa adalah dengan memberikan keteladanan, memberikan pendidikan agama, melakukan pendekatan psikologis, membuat tata tertib dan memperkecil peluang siswa untuk melakukan pelanggaran tata tertib, melakukan kerjasama dengan semua warga sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar, mengadakan pengawasan lebih ketat, dan menciptakan lingkungan kelas dan sekolah yang menyenangkan, sehingga membuat siswa betah dan nyaman ketika berada di kelas dan di lingkungan sekolah.

Sebagi sebuah upya nyata yang telah dilakukan guru (wali kelas) dalam mengatasi kenakalan remaja di SMPN 21 Malang sebagai berikut.

1. Guru berdiri di pintu gerbang dan menyambut kehadiran siswa di sekolah dengan senyuman di pagi hari, untuk memberikan motivasi belajar agar siswa selalu ceria dan semangat dalam mengikuti pelajaran di kelas.

2. Guru menjalin hubungan dengan siswa seperti layaknya sahabat, sehingga siswa tidak canggung dalam mengutarakan masalah yang dihadapi yang berhubungan dengan pelajaran atau teman,dengan menggunakan media sosial.

3. Guru juga menjalin komunikasi dengan wali murid dengan membentuk paguyuban antar kelas, sehingga informasi dari sekolah lebih mudah dan cepat tersampaikan ke orang tua melalui media sosial (WA).

4. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk selalu melakukan hal yang positif misalnya untuk melatih jiwa sosial siswa, di dalam kelas ada “celengan ceria”, dimana siswa memasukkan uang seikhlasnya setiap hari dan dibuka setiap bulan. Hasilnya di bawa ke panti asuhan dan program nasi bungkus untuk dibagikan kepada yang berhak sebagai wujud syukur dan berbagi dengan sesama, dan ini dilakukan oleh siswa bersama orang tua dan guru.

5. Istighosah bersama antara siswa, orang tua dan guru, sehingga siswa merasa nyaman ketika berdoa didampingi oleh orang tua masing- masing dan ini dilaksanakan sebulan sekali.

Pendidikan Karalkter dan Peran Guru di Sekolah dalam Mengatasai Kenakalan Remaja

6. Outbound dengan tujuan melatih kerjasama, kekompakan antar teman dan orang tua masing-masing siswa.

Itulah sekelumit contoh dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan di sekolah kami, sehingga dengan kegiatan-kegiatan tersebut para siswa dengan mudah terdeteksi secara dini apabila melakukan pelanggaran.Orang tua dan guru juga dengan mudah mengontrol kegiatan siswa. Mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak- anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Guru bagi para remaja adalah orang tua, guru sekolah, dan lingkungan tempat ia dibesarkan. Apabila sang guru sudah memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya “kenakalan remaja” yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja.

DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. 2006. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama.

Jakarta: PT Golden Terayon Press. Daradjat, Zakiah. 2007. KesehatanMental. Jakarta: Gunung Agung. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dewantara, Ki Hadjar. 1962.Karya Ki Hadjar Dewantara.Yogyakarta: Taman

Siswa. Echols, John M. Kamus Inggris Indonesia (An Engglish-Indonesian

Dictionary). Jakarta: PT Gramedia. Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah

Pertama. Jakarta: Gramedia. Koesoema, Doni.2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Global. Jakarta:Grasindo. Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali

Pers. Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial.Yogyakarta: Tiara

Wacana.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Berkarakter Kebebasan Tunggal Ika

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47