MEMBANGUN GENERASI MUDA YANG BERKARAKTER ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN

MEMBANGUN GENERASI MUDA YANG BERKARAKTER ISLAM MELALUI PEMBELAJARAN

Intan Ayu Sari Dewi Pengamat Pendidikan/ Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Bangsa kita yaitu bangsa Indonesia terkenal dengan karakter ketimurannya. Karakter ketimuran merupakan watak budaya bangsa bukan hanya sekedar slogan semata, karakter bukan merupakan suatu bawaan melainkan suatu sikap atau sifat yang memang harus diubah menuju yang terbaik. Karakter yang terbaik tumbuh dari manusia yang berkualitas. Jika kekayaan sirna, maka sesungguhnya tidak ada yang hilang karena karakter mengutamakan kekayaan budi pekerti. Jika kesehatan yang hilang, maka sesuatu telah hilang karena suatu karakter memerlukan kesehatan jiwa dan raga yang ada pada diri individu. Jika karakter yang hilang, maka segalanya telah hilang karena karakter merupakan suatu roh dalam kehidupan. Manusia yang memiliki kualitas terbaik merupakan manusia berkarakter yang dalam filsafat pendidikan mencakup ideografis dan dimensi nomotetis. Individu yang ideografis memiliki kemampuan yang memanfaatkan rambu–rambu nomotetis, yaitu norma kebangsaan.

Bung Karno mengatakan bahwa karakter merupakan salah satu pendukung utama dalam pembangunan bangsa. Bangsa Indonesia harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character build- ing), karakter inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan jaya serta bermartabat (Soedarsono, 2009). Jika character building tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa Kuli. Dalam Perspektif filosofis dikatakan bahwa education without char- acter, this is sins the basis for misery in the world, the essence of education is to recognize truth. Let your secular education go hand in hand with spiritual education (Sathya, 2002). Karakter bangsa tercermin dari kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas, antara lain adalah kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan prilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah karsa.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Islam sangat mementingkan pendidikan, dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, generasi muda yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang berakhlak. Sayangnya, sekalipun institusi- institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi- institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang memiliki akhlak mulia. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada pentingnya peserta didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual, dan akhlakulkarimah seperti terabaikan (Syarif dan Ainiyah, 2013).

Suatu karakter dikembangkan melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak dini atau anak–anak melalui pendidikan formal, informal, dan non formal, tujuannya adalah untuk mendorong lahirnya generasi muda yang terbaik, tumbuh dengan kapasitas dan komitmen untuk menjadi generasi muda yang memiliki tujuan hidup yang jelas. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya dalam membangun dan membentuk pola pikir, yang jika tidak dilakukan dengan terencana dan sungguh–sungguh maka akan pupus ditengah jalan. Jika pendidikan karakter berhasil diterapkan dalam suatu lembaga pendidikan, maka akan menghasilkan generasi muda yaitu generasi yang memiliki delapan belas sifat dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter salah satu pendidikan yang mengembangkan nilai–nilai budaya dan karakter bangsa pada diri generasi muda, sehingga memiliki nilai dan karakter dalam pribadinya.

Dalam kondisi saat ini, karakter hanya sebatas wacana (Sukidi, 2005), karakter generasi dididik dalam perspektif nomotetis dan ideografis dengan tujuan untuk melahirkan keempat dimensi karakter, keempat dimensi tersebut meliputi dimensi sikap positif, pola pikir esensial, komitmen normatif, dan kompetensi abilitas berlandaskan IESQ. Kerangka berpikir dalam menciptakan pendidikan karakter adalah bahwa setiap ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tidak dapat bebas nilai atau tidak dapat berdiri sendiri.

Pelajaran matematika dapat dimasukkan pada pendidikan karakter oleh seorang pendidik ketika ia menjelaskan materi pembelajaran yang terkait geometri bangun datar. Dalam hal ini, seorang pendidik mencoba mengajak peserta didik untuk mengenal bilangan pecahan dari bilangan pecahan setengah, sepertiga, seperempat dan seterusnya. Apa yang

361 terjadi apabila suatu bilangan dipangkatkan? Makin tinggi pangkatnya,

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

dua, tiga dan seterusnya, maka makin kecil nilainya yaitu menjadi seperempat, seperdelapan, seperenambelas, dan seterusnya. Kita bandingkan dengan bilangan bulat yang dipangkatkan, semakin tinggi pangkatnya maka semakin besar nilainya. Apa makna dari pernyataan berikut? Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik dapat mengatakan kepada peserta didik bahwa kepribadian seseorang jika belum utuh dan diberi pangkat setinggi apapun, maka akan mengecil kedudukan orang yang diberi pangkat tersebut. Dengan kata lain, seorang pendidik harus memotivasi peserta didik dengan mengatakan lebih baik membangun keutuhan kepribadian terlebih dahulu dengan karakter–karakter yang baik dan terpuji, baru kemudian kita dapat mengejar pangkat. Bukan sebaliknya, mengejar pangkat tanpa dilandasi karakter yang kuat.

Pemaparan diatas merupakan salah satu contoh yang dapat disampaikan oleh pendidik untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan bilangan pecahan. Dari proses pembelajaranlah seorang pendidik dapat berupaya terus menerus menerapkan pendidikan karakter, sehingga menciptakan generasi muda untuk Indonesia.

Pendidikan Karakter di Indonesia Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita

permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat

kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025).

Masa depan suatu bangsa bukanlah sebuah tempat yang akan dituju, melainkan sebuah tempat yang akan dibangun. Lintasan untuk

menuju ketempat tersebut harus dibuat bukan ditemukan. Sebuah karakter menentukan kualitas hidup masa depan, artinya efektivitas dalam menghadapi tantangan masa depan suatu bangsa, membutuhkan karakter yang baik. Karakter generasi muda merupakan kekuatan utama membangun masa depan bangsa.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Harus diakui bahwa sorotan terhadap karakter bangsa saat ini telah semakin mengemuka.Pemerintah semakin gencar mengkampenyekan pendidikan karakter di sekolah setidaknya dapat merubah tingkah laku pelajar agar bertata krama yang lebih baik, mempunyai budi pekerti yang luhur dari sebelumnya.Sorotan itu tidak terlepas dari fenomena globalisasi saat ini, sebuah kondisi dimana mau tidak mau atau suka tidak suka, kita harus memberikan peluang dan akses yang sama kepada segala pihak, termasuk pihak asing, untuk ikut terlibat dalam berbagai percaturan nasional maupun regional di berbagai bidang, berikut segala konsekuensinya.

Tampaknya tidak berlebihan jika bangsa Indonesia selama ini digambarkan sebagai bangsa yang mengalami penurunan kualitas pada pendidikan karakter bangsa. Mulai dari masalah gontok-gontokan, kurang kerja sama, lebih suka mementingkan diri sendiri, golongan atau partai, sampai kepada bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Persoalan ini muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa yang diakui kebenarannya secara universal.Karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa. Sekurang-kurangnya ada 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia, berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri, kreatif, menghargai, dan cakap. 2

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa

Indonesia. 3 Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas,“…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat,

363 adil, dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

dihormati bangsa-bangsa lain. Semangat untuk menjadi bangsa yang berkarakter ditegaskan oleh Soekarno dengan mencanangkan nation and character building dalam rangka membangun dan mengembangkan karakter bangsa Indonesia guna mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Secara spesifik Soekarno menegaskan dalam amanat Pembangunan Semesta Berencana tentang pentingnya karakter ini sebagai mental investment, yang mengatakan bahwa kita jangan melupakan aspek mental dalam pelaksanaan pembangunan dan mental yang dimaksud adalah mental Pancasila (Manullang, 2013).

Pendidikan yang berfokus dalam membangun generasi muda yang memiliki karakter, sikap positif, pola pikir esensial, komitmen normatif dan kompetensi abilitas. Pendidikan di Indonesia masih jauh dari arah pembentukan karakter seperti empat dimensi tersebut. Bahkan boleh jadi belum ada penerapan yang benar dalam membentuk karakter generasi muda di Indonesia.Fenomena yang terjadi adalah ketika pendidikan karakter disosialisasikan, semua pihak menyambutnya dengan antusias namun masih banyak penafsiran yang beraneka ragam tentang sosok ilmu berkarakter yang diharapkan oleh negara. Banyak yang berbicara tentang karakter, namun pemahaman tentang esensi masih belum dipahami bahkan proposal yang diajukan untuk pendidikan karakter masing–masing membuat penafsiran beraneka ragam.

Tujuan dari pendidikan karakter yaitu mendorong lahirnya generasi muda yang baik, tumbuh dengan kapasitas, dan komitmen untuk menjadi generasi yang memiliki tujuan hidup yang jelas (Wiyani, 2010). Pendidikan karakter dikategorikan menjadi 5 tahap sesuai dengan perkembangan generasi muda, yaitu: (1) Adab, mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, serta mengenal mana yang diperintah (yang dibolehkan) dan mana yang dilarang (tidak dibolehkan dilakukan). (2) Tanggung jawab diri, generasi muda dididik untuk bertanggung jawab, terutama dididik untuk bertanggung jawab pada diri sendiri. Generasi muda bertanggung jawab untuk membina dirinya sendiri, generasi muda dididik untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban dirinya sendiri. (3) Caring-Peduli, generasi muda dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama teman–teman sebaya yang setiap hari ia bergaul. (4) Kemandirian,

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

generasi muda dilatih untuk menerapkan hal–hal yang menjadi perintah dan yang menjadi larangan, serta sekaligus memahami konsekuensi resiko jika melanggar aturan. (5) Bermasyarakat, generasi muda dilatih untuk dapat bergaul dimasyarakat dengan berbekal pengalaman– pengalaman yang dilalui sebelumnya (Lidyasari, 2014).

Pendidikan karakter bukanlah berupa materi yang hanya dapat dicatat dan dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek.Akan tetapi, pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran yang teraplikasi dalam semua kegiatan siswa baik disekolah, lingkungan masyarakat, dan dilingkungan keluarga melalui proses pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara berkesinambungan. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan karakter ini menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat dan orangtua. Evaluasi dari Keberhasilan pendidikan karakter ini tentunya tidak dapat dinilai dengan tes formatif atau sumatif yang dinyatakan dalam skor (Yuwono, 2014). Tetapi tolak ukur dari keberhasilan pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang berkarakter; berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif yang teraplikasi dalam kehidupan disepanjang hayatnya. Oleh karena itu, tentu tidak ada alat evaluasi yang tepat dan serta merta dapat menunjukkan keberhasilan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter menjadi salah satu akses yang tepat dalam melaksanakan characterbuilding bagi generasi muda.Generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dengan dibekali iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Ainiyah, 2013).

Dasar Pembentukan Karakter Dari mana perubahan karakter itu dimulai? Al-Quran datang untuk

melakukan perubahan-perubahan positif, mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada keadaan terang benderang (minazzulamâtiilaal-nûr),

yakni mengubah nilai-nilai lama yang tidak relevan kepada nilai-nilai baru yang lebih sesuai dengan perkembangan dan jati diri manusia, yang mengharuskan perubahan individu dan masyarakat kepada sikap yang luhur dan dikehendaki oleh Allah SWT. Perubahan adalah sebuah keniscayaan bagi makhluk hidup khususnya manusia. Dalam konteks itu,

365 Al-Quran memberikan banyak prinsip perubahan yang disebut dengan

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

sunnatullâh. Dengan mempelajari sunnatullâh, sejarah, dan memahami isyarat quraniyah, akan tampak gaya dan cara membentuk prilaku untuk menampilkan sisi positif dari perubahan itu, yang mengandung nilai- nilai inti (corevalues) makna hidup. Perubahan itu diisyaratkan oleh Al- Quran dengan berbagai ayat, antara lain “... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ....”. Dalam merealisir perubahan, Al- Quran menempu prinsip dasar yang dikemukan oleh ayat ini. Kitab suci ini memulai perubahan dengan pendidikan nilai serta pembentukan karakter (character building) yang kemudian pada gilirannya membentuk karakter dan prilaku yang diharapkan. Konsep pembentukan dasar karakter ini merupakan nilai-nilai inti (corevalues) yang mesti ada adalah reformasi pendidikan.

Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik atau buruk. Nilai baik disimbolkan dengan nilai malaikat dan nilai buruk disimbolkan dengan nilai setan. Karakter manusia merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energi positif dan nilai buruk dalam bentuk energi negatif. Energi positif itu berupa nilai-nilai etis religius yang bersumber dari keyakinan kepada Tuhan, sedangkan energi negatif itu berupa nilai-nilai moral yang bersumber dari taghut (Iberani, 2003). Dalam hal pembentukan karakter, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan generasi muda. Pendidikan Islam berperan sebagai pengendali akhlak atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan untuk membentuk karakter Islam suatu generasi muda. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman kehidupan generasi muda dalam sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka akhlak akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan-keinginannya yang timbul (Syarif, 2013).

Generasi Muda untuk Indonesia Secara bahasa, generasi merupakan kata benda yang bermakna masa

orang-orang seangkatan hidup sekalian orang yang kira-kira sama waktu hidupnya angkatan (KBBI, 2002). Dengan demikian, maka istilah dari

“generasi muda” merupakan konotasi atas harapan dimasa mendatang tentang hadirnya generasi-generasi Indonesia yang genius dan unggul dalam segala bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membangun

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

NKRI menjadi bangsa yang besar, kuat, dan berdaulat di mata dunia. Bila demikian adanya bahwa konotasi generasi muda adalah suatu bentuk kaderisasi generasi-generasi Indonesia yang genius dan unggul dimasa depan.

Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa- bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah impian bangsa Indonesia. Meskipun sudah bukan barang baru lagi, namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang berpotensi untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita, serta menggantinya dengan tata nilai pragmatisme dan popularisme asing.

Di era globalisasi yang tidak dapat menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda dapat dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain. Demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita. Dalam hal ini karakter bangsa diperlukan, karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini. Untuk membentengi generasi muda khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh arus globalisasi.

Konsep Pendidikan Karakter Islam Membangun suatu generasi muda yang berkarakter Islam tidak

semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini membutuhkan cara yang tepat, proses yang cukup panjang dan sistematis bahkan ada suatu tembok yang harus dibangun. Tembok tersebut adalah akhlak dan aqidah, akhlak dan aqidah sangat penting karena sebagai tanda bahwa orang tersebut merupakan manusia. Apabila tidak mempunyai akhlak, maka ia bukanlah seorang manusia. Setidaknya ada beberapa profil yang harus terinternalisasikan dalam diri seorang generasi emas sebagai berikut.

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

1. Salimul Aqidah (aqidah yang bersih)

2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)

3. Matinul Khuluq (akhlak yang mulia)

4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)

5. Mutsaqqul Fikri (intelek dalam berfikir)

6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)

7. Harishun ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

8. Munadhdhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)

9. Qodirun ala Kasbi (mampu berusaha sendiri/mandiri)

10. Nafi’un lighairihi (bermanfaat bagi orang lain) Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman

Rasulullah SAW. Hal ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan substansi makna dari karakter Islam sama dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya membahas tentang perbuatan prilaku manusia. Al-Ghazali menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu adanya pemikiran dan pertimbangan (Rusn, 1998). Akhlak sering disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai karena dengan ilmu tersebut akan diperoleh pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan jiwa; bagaimana cara memperolehnya dan bagaiman membersihkan jiwa yang telah kotor (Suwito, 2004).

Antara akhlak dan karakter mengisyaratkan substansi makna yang sama yaitu masalah moral manusia tentang pengetahuan nilai-nilai yang baik,serta seharusnya dimiliki seseorang generasi muda dan tercermin dalam setiap prilaku serta perbuatannya. Prilaku ini merupakan hasil dari kesadaran generasi muda. Generasi muda yang mempunyai nilai-nilai baik dalam jiwanya serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari disebut generasi muda yang berakhlak atau berkarakter. Akhlak atau karakter dalam Islam adalah sasaran utama dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang keutamaan pendidikan akhlak salah satunya hadits berikut ini: “ajarilah anak-anakmu kebaikan, dan didiklah mereka” (Ulwan), konsep pendidikan didalam Islam memandang bahwa manusia dilahirkan dengan membawa potensi lahiriah yaitu, (1) potensi berbuat baik terhadap alam, (2) potensi

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

berbuat kerusakan terhadap alam, (3) potensi ketuhanan yang memiliki fungsi-fungsi non fisik. Ketiga potensi tersebut kemudian diserahkan kembali perkembangannya kepada manusia (Suwito, 2004).

Lebih luas Ibnu Faris menjelaskan bahwa konsep pendidikan karakter dalam Islam adalah membimbing seseorang dengan memperhatikan segala potensi pedagogik yang dimilikinya. Proses tersebut melalui tahapan-tahapan yang sesuai, untuk didik jiwanya, akhlaknya, akalnya, fisiknya, agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya, keindahannya, dan semangat jihadnya (Mahmud, 2003). Hal ini memunculkan konsep pendidikan akhlak yang komprehensif, dimana tuntutan hakiki dari kehidupan manusia yang sebenarnya adalah keseimbangan hubungan antara manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungan disekitarnya. Akhlak selalu menjadi sasaran utama dari proses pendidikan karakter dalam Islam, karena akhlak dianggap sebagai dasar bagi keseimbangan kehidupan manusia yang menjadi penentu keberhasilan bagi potensi pedagogis yang lain. Prinsip akhlak terdiri dari empat hal yaitu, (1) hikmah ialah situasi keadaan psikis dimana seseorang dapat membedakan antara hal yang benar dan yang salah. (2) Syajaah (kebenaran) ialah keadaan psikis dimana seseorang melampiaskan atau menahan potensialitas aspek emosional dibawah kendali akal. (3) Iffah (kesucian) ialah mengendalikan potensialitas selera atau keinginan dibawah kendali akal dan syariat. (4) ‘adl (keadilan) ialah situasi psikis yang mengatur tingkat emosi dan keinginan sesuai kebutuhan hikmah disaat melepas atau melampiaskannya.

Dalam pandangan Islam, Rasulullah telah memberikan contoh yang tepat, beliau dapat menjadi simbol/keteladanan umatnya dalam membentuk karakter yang sempurna. Ada beberapa tindakan Rasul dalam menanamkan karakter terhadap anak bangsa, yaitu: fokus, repetisi, analogi, memperhatikan keragaman, menumbuhkan kreativitas, berbaur, dan aplikatif.

Dalam mendidik karakter generasi muda agar terwujud akhlak yang mulia dalam setiap pribadinya, ada tiga tahapan strateginya (Majid & Andayani, 2011):

1. Moral Knowing, sebagai langkah pertama dalam membentuk karakter, dalam tahapan ini generasi kita diorientasikan tentang nilai- nilai. Artinya; generasi kita dapat memilih dan memilah antara akhlak yang mulia dengan akhlak yang tercela.

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

2. Moral Loving, belajar untuk mencintai tanpa syarat, maksudnya generasi kita termotivasi untuk melakukan nilai-nilai akhlak mulia dengan penuh kesadaran diri bukan karena keterpaksaan

3. Moral Doing, ini merupakan puncak dari keberhasilan akhlak, artinya akhlak yang baik telah dapat diterapkan oleh generasi kita dalam kehidupan sehari-hari.

Penjelasan diatas menggambarkan bahwa akhlak merupakan pilar utama dari tujuan pendidikan karakter didalam Islam. Hal ini senada dengan latar belakang perlunya diterapkan pendidikan karakter disekolah; untuk menciptakan bangsa yang besar, bermartabat dan disegani oleh dunia maka dibutuhkan goodsociety yang dimulai dari pembangunan karakter (character building). Pembangunan karakter atau akhlak tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui proses pendidikan disekolah dengan mengimplementasikan penanaman nilai-nilai akhlak dalam setiap materi pelajaran.

Pembelajaran untuk Membangun Karakter Islam Untuk membangun karakter bangsa, haruslah dimulai dari lingkup

yang terkecil. Khususnya di sekolah, kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah dengan proses kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat mengadopsi semua nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.

Para pendidik sedini mungkin harus menyisipkan nilai-nilai karakter bangsa. Nilai-nilai karakter ini dapat ditanamkan dalam pembelajaran dan juga dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan pramuka,

haiking, penghijauan, olah raga, dan peduli lingkungan, diharapkan melalui wahana itulah kita dapat membangun karakter bangsa.

Pembelajaran merupakan sebuah proses kegiatan belajar agar dapat membangun generasi muda yang berkarakter Islam,sehingga suatu situasi sengaja dirancang secara tersusun untuk membantu dan memudahkan generasi muda dalam memahami materi (Shauqi, 2012). Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut (Komalasari, 2010) yaitu:

1. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi belajar dan tindak lanjut pembelajaran.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

2. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses. Proses tersebut meliputi:

a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan semester hingga alat-alat evaluasi (alat peraga).

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuat. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran akan banyak dipengaruhi oleh strategi dan pendekatan pembelajaran yang telah dipilih atau dirancang.

c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelola. Kegiatan ini dapat berbentuk pengayaan, dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi generasi muda yang berkesulitan belajar.

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan atau proses yang terdapat unsur timbal balik antara peserta didik dan pendidik untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hamalik (2005) mengemukakan

bahwa pembelajaran adalah suatu proses gabungan antara unsur manusiawi, material, fasilitas, peralatan, dan prosedur yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Selain itu,

pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menciptakan suatu kegiatan belajar yang sistematis dan mendidik (Mulyana, 2008:17).

Pendidikan salah satu wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Peran penting dari generasi muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler),pemberdaya karakter(character builders), dan perekayasa karakter (character enginee).

Jika tidak ada pembelajaran dalam pendidikan, maka hasilnya akan seperti sebelumnya, dalam arti kata tidak ada perubahan. Kita menginginkan adanya proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan atau dampak positif pada perilaku dan sikap pelajar kita, sehingga mereka tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya. Belum terlambat untuk menyelamatkan karakter bangsa kita

371 yang sudah terpuruk sekarang ini asal semua komponen bangsa mau

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

dan mampu berupaya untuk membangun kembali karakter bangsa melalui pendidikan yang menginginkan adanya pembelajaran dalam pendidikan tersebut. Dengan pembelajaran yang kontinyu akan mendorong kemandirian dan kebebasan siswa dalam berkreativitas, sehingga dapat melahirkan calon penerus yang lebih berkarakter dan bermoral. Pembangunan karakter dalam bentuk apapun akan memberikan perubahan apabila pendidikan yang dilaksanakan menerapkan adanya proses pembelajaran yang berpotensi semakin tingginya daya saing bangsa dan lebih bermartabat di mata Internasional.

PENUTUP Ada beberapa tindakan Rasul dalam menanamkan karakter terhadap

anak bangsa, yaitu: fokus, repetisi, analogi, memperhatikan keragaman, menumbuhkan kreativitas, berbaur, dan aplikatif. Dalam mendidik karakter Islam generasi muda agar terwujud akhlak yang mulia dalam setiap pribadinya, ada tiga tahapan strateginya yaitu: (1) Moral Knowing, sebagai langkah pertama dalam membentuk karakter, dalam tahapan ini generasi kita diorientasikan tentang nilai-nilai. Artinya; generasi kita dapat memilih dan memilah antara akhlak yang mulia dengan akhlak yang tercela. (2) Moral Loving, belajar untuk mencintai tanpa syarat, maksudnya generasi kita termotivasi untuk melakukan nilai-nilai akhlak mulia dengan penuh kesadaran diri bukan karena keterpaksaan. (3) Moral Doing, ini merupakan puncak dari keberhasilan akhlak, artinya akhlak yang baik telah dapat diterapkan oleh generasi kita dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan merupakan salah satu wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter Islam bangsa yang baik. Melalui

Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Peran penting dari generasi muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler),pemberdaya karakter (character builders),dan perekayasa karakter (character enginee).

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

DAFTRA RUJUKAN Ainiyah, N. 2013. Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam.

Jurnal Al Ulun, Volume 13 Nomor 1. Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara. Iberani S, J. 2003. Mengenal Islam. Jakarta: El-Kahfi. Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT. Refika Aditama. Lidyasari A, T. 2014. Keterlibatan Orang tua Dalam Membentuk Karakter

Anak Bangsa Melalui Pendidikan Karakter. Seminar Nasional Menuju Generasi Emas Berkarakter, Volume 7 ISBN 978-602-70434-0-4.

Manullang, B. 2013. Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045. Jurnal Pendidikan Karakter, Volume 3 Nomor 1.

Mulyana, Enceng. 2008. Model Tukar Belajar (Learning Exchang) dalam Perspektif Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rusn A, I. 1998. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Shauqi, K. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Modul Interaktif Las Busur Manual di SMK Negeri 1 Sedayu. Skripi sarjana, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantar Bangsa, dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia.

Sukidi. 2005. Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ Lebih Penting daripada IQ dan SQ.

Suwito. 2004. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih. Yogyakarta: Belukar.

Syarif, M. 2013. Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Bangsa (Studi Analisis Perilaku Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Palembang). Jurnal Nasional Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah, Volume 1.

Wiyani N, A. 2010. Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia. Yuwono, I. 2014. Pendidikan Matematika dan Pendidikan Karakter Dalam

Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Nasional Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana STKIP Siliwangi Bandung, Volume 1 ISSN 2355- 0473.

373 Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025.

Membangun Generasi Muda yang Berkarakter Islam Melalui Pembeljaran

Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. (Online) http:// www.setneg.go.id (diakses tanggal 15 Nopember 2016) 1.

Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Kontekstual. (Online)http://agupenajateng.net (diakses tanggal 15 Nopember 2016) 2.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Pembentukan Soft Skill di Sekolah Menengah Kejuruan Menjadikan Karakter.....

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47