MENYELAMATKAN MASA DEPAN GENERASI EMAS B

KATA PENGANTAR GURU DAN KOMITMEN MENGAWAL MASA DEPAN “PENERUS” BANGSA

Oleh: Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si.

(Wakil Rektor I/Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Malang;

Guru Besar Fakultas Agama Islam)

Sam M. Intrator & Robert Kunzman, dua orang profesor pendidikan dari Smith College Massachusetts dan Indiana University, Amerika Serikat, lewat artikel mereka “The Person in the Profession: Renewing Teacher Vitality through Professional Development (The Educational Forum, Vol.

71, Fall 2006)” dengan lugas menulis bahwa “Teachers are people with biographies and changing life circumstances and not merely repertoires of skills and techniques, the personal realm of teachers has been considered private terrain”. Berdasarkan pandangan tersebut, pribadi guru yang utuh tidak lain adalah model dan teladan, yang bahkan mampu mengubah kehidupan manusia yang lain, dengan ciri khas mereka berupa keyakinan, kepekaan, dan kejujuran.

Kita semua menyadari, tuntutan pendidikan kekinian, terlebih di era “revolusi mental”, menghendaki profesi guru untuk memastikan bahwa peserta didik mereka mampu menaklukan dan meraih masa depan. Dengan kata lain, orang yang menekuni profesi tertua ini adalah orang- orang terpilih, orang-orang yang mampu menciptakan masa depan. Lewat transfer ilmu pengetahuan, pengembangan potensi, dan pembentukan karakter, amanah itu senantiasa dijalankan tiap hari, bahkan rasanya tidak berlebihan bila dikatakan “tiap waktu”.

Guru memiliki peran strategis dan jelas merupakan ujung tombak untuk menyelamatkan generasi. Berhasil atau tidak, baik atau buruk output pendidikan, dipegaruhi oleh bentuk pendidikan, dengan guru sebagai aktor utamanya. Hal ini tentu dengan tidak bermaksud menafikan peran orang tua dan masyarakat dalam satu rangkaian tripusat pendidikan.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

vi (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) Interaksi guru yang erat dan intens dengan peserta didik memberi

makna bahwa guru memiliki pengaruh langsung dalam pikiran dan perilaku mereka. Guru selalu dibutuhkan sebagai salah seorang agen kunci bagi peserta didik, mereka yang dalam level remaja, dalam merespon masalah kekinian kehidupan.

Tentu saja, aktivitas perjuangan mencetak generasi masa depan itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada begitu banyak ranjau kehidupan yang siap meledak hingga meluluhlantakkan niat, ada aneka bentuk jurang dan cadas kehidupan yang siap untuk menghancurkan semangat, dan cukup jamak rintangan yang setiap saat melumpuhkan energi guru, dan tentu saja para peserta didik, remaja, atau generasi muda itu sendiri. Maka, tak heran bila keluhan, rasa cemas, kegalauan, dan kesedihan guru, adalah kabar buruk bagi kehidupan bangsa.

Faktanya, generasi muda bangsa kini dihadapkan pada beragam problema akut, mulai dari rusaknya pergaulan remaja dan menjamurnya tindakan amoral/asusila (penggunaan miras dan narkoba, akses pornografi, free sex, pemerkosaan, pelacuran, aborsi, perjudian, kriminalitas), tawuran, geng motor, bullying, bahkan pembunuhan dan tindakan tidak etis lainnya. Rangkaian perilaku buruk itu senantiasa kita baca dan saksikan di berbagai media massa atau bahkan secara langsung hingga detik ini. Tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan pun kian luntur dan sampai pada titik nadir, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat luas.

Sebagai bahan perenungan, kurang lebih sepuluh tahun lalu kita pernah dikagetkan dengan hasil penelitian PKBI pada tahun 2005 tentang perilaku seksual remaja menyatakan remaja yang telah melakukan hubungan seks pranikah di Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52% dengan kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60% tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan 85% dilakukan di rumah sendiri. Berdasarkan data PKBI (2006) pun didapatkan 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja, sebagian besar dilakukan dengan cara tidak aman, 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR). Kondisi tidak banyak berubah. Hasil penelitian Abadi (2015) menunjukkan aktivitas yang umum dilakukan remaja, yaitu masturbasi/oral seks (18%), berciuman (42%), meraba bagian sensitif pasangannya (30%), serta berhubungan kelamin (20%).

vii Kondisi ini tentu semakin mengkhawatirkan mengingat besarnya

Kata Pengantar Wakil Rektor II UMM

jumlah remaja di Indonesia. Bila kita merujuk dan memadukan data proporsi remaja di dunia, Biro Pusat Statistik, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 maka persentase jumlah remaja adalah 20-30%. Dengan estimasi jumlah penduduk Indonesia sebesar 250 juta orang, maka jumlah remaja adalah 50-75 juta orang.

Arus informasi dan euphoria era globalisasi semakin memperunyam masalah, hingga menjadi sengkarut benang kusut, sebab sinyal kebebasan tanpa batas dan klaim modernitas yang dibawa cenderung di-amini oleh generasi muda. Sebagian dari orang tua justru malah acuh, atau bahkan terbawa arus dengan menganggap itu sebagai sebuah keniscayaan. Sebagian lagi mencoba melakukan tindakan aktif, mencoba reaktif dan berbuat sesuatu yang positif meskipun berat. Pada golongan kedua inilah kita dapat melihat posisi para guru Indonesia. Semangat mereka untuk terus berjuang memastikan setiap anak didik dapat menjadi generasi masa depan bangsa yang membanggakan senantiasa membara. Minimal indikator dari statemen itu adalah kemauan, kesadaran, kepekaan, dan antusiasme mereka untuk memberikan kontribusi berupa artikel dalam buku ini.

Semangat para guru ini tentu harus selalu dipelihara, diwadahi, dan diapresiasi. Universitas Muhammadiyah Malang, dengan jargonnya Dari Muhammadiyah untuk Bangsa, secara sadar memahami hal itu. Sebagai bagian dari bangsa ini, sebagai bagian dari unsur pendidikan, dan sebagai bagian dari pencetak generasi, menjadi dasar Universitas Muhammadiyah Malang untuk memberikan perhatian lebih terhadap niat-niat baik, usaha-usaha positif, dan perhatian setiap bagian dari bangsa untuk ikut terlibat mengurai atau memikirkan sedikit demi sedikit benang kusut problematika bangsa. Oleh karena itu, kami selaku jajaran pimpinan UMM sekaligus secara pribadi sebagai pengamat/ pemerhati pendidikan, menyambut baik dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas penerbitan buku kumpulan catatan, opini, artikel, kajian pemikiran, dan penelitian para guru tingkat SD, SMP, SMA dan sederajat, sekolah luar biasa (SLB), dan pemerhati pendidikan di Jawa Timur yang dikoordinasi oleh Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang. Tentu saja kami meyakini, bahwa meluangkan waktu untuk menulis merupakan sebuah perjuangan sendiri di tengah aktivitas mengajar dan berbagai pekerjaan domestik

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

viii (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) yang menjadi tanggungan para guru setiap harinya.

Insya Allah buku berjudul “Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa: ini akan menjadi oase baru, memperkaya wawasan, dan khasanah pemikiran kita terkait isu kependudukan, pendidikan, dan khususnya remaja sebagai generasi penerus bangsa. Nilai plus-nya adalah bahwa para penulis yang berkontribusi dalam buku ini adalah para pelaku pendidikan dan para guru yang setiap hari berinteraksi dengan remaja. Maka menjadi wajar bila tulisannya pun kebanyakan adalah fakta, kondisi riil, dan pengalaman sehari-hari. Kita seakan-akan ikut merasakan bagaimana kondisi yang begitu miris di ruang-ruang kelas, dan kenyataan pahit remaja di sekeliling kita. Kita ikut merasakan, karena seakan kita berada di ruang dan waktu yang sama dengan para guru. Tulisan mereka tidak melulu teoritis, sebagaimana kebanyakan buku yang bertebaran di rak buku kita. Tentu, dengan tidak menutup mata bila mungkin saja masih terdapat kelemahan dalam penulisan, pengutipan, gaya bahasa, dan kevalidan teori. Hal yang wajar dalam penulisan sosial/kualitatif, yang bisa jadi akan termaafkan bila kita sepenuhnya menghargai semangat dan niat mulia para guru tersebut.

Akhirnya, semoga kerja luar biasa para guru di Jawa Timur dan Tim PSLK UMM ini menjadi tradisi akademik yang akan terus diagendakan, menjadi peneguh komitmen dan peneguh semangat untuk terus mendidik generasi bangsa. Juga, semoga buku ini menjadi amal jariyah bagi kita semua, dari guru dan UMM untuk bangsa Indonesia. Wallahu a’lam.

ix

KATA PENGANTAR KEPALA PSLK UMM

Ide untuk mengajak para guru untuk menulis tema ini diilhami oleh kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2016 yang lalu. Penelitian tersebut dilaksanakan oleh Tim PSLK, yaitu Drs. Atok Miftachul Hudha, M.Pd sebagai ketua dengan anggota Husamah, S.Pd., M.Pd. dr. Rubayat Indradi, MOH serta Sri Sunaringsih Ika Wardojo, SKM, M.PH. Penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran “OIDDE” Sebagai Langkah Promotif dan Preventif Terhadap Seks Pranikah melalui PIK Remaja di Kota Malang dibiayai oleh Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, BKKBN Pusat. Lewat interaksi yang cukup intens dengan puluhan guru dari 16 sekolah (8 SMP dan 8 SMA/SMK) dan hampir 600 siswa se-kota Malang selama hampir 5 bulan, maka ide tersebut semakin kuat. Kami merasa, ada semangat yang luar biasa, energi yang kuat, dan niat yang besar dari para guru (umumnya saat itu adalah guru Bimbingan Konseling dan pendamping kesiswaan) untuk bersama-sama “memastikan” bahwa para siswa yang mereka didik benar-benar berkualitas, mencerminakan generasi masa depan bangsa yang berkualitas.

Atas dasar itulah, maka kami mencoba menyebarkan undangan menulis hanya dengan menggunakan media sosial WhatsApp. Ternyata respon para guru sangat di luar dugaan. Kabar tersebar luas, bahkan sampai ke luar Jawa. Atas berbagai pertimbangan, dan keterbatasan sumberdaya maka tim PSLK hanya membatasi kepesertaan menulis ini untuk pendidik di Jawa Timur (sembari berharap tahun-tahun berikutnya akan dapat dilaksanakan dengan skala luas bahkan sampai level nasional).

Ide untuk menerbitkan buku dengan tema ini sepenuhnya berangkat dari kondisi kekinian bangsa ini, khususnya pada kondisi remaja/siswa/ generasi masa depan bangsa. Mereka sedang mengalami split personality (diri yang terpisah). Dinamika perubahan zaman yang terus berkembang dengan sangat cepat memunculkan pergeseran aspek nilai dan moral dalam kehidupan masyarakat. Dekadensi moral dan sifat buruk yang ditunjukkan siswa semakin jamak kita dengar dan temukan

ix

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

x (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) sehari-hari. Isu-isu moralitas di kalangan remaja seperti penggunaan

narkotika, pornografi, pornoaksi, tawuran pelajar, aborsi perkosaan, perampasan, pencurian, pembunuhan, dan tindakan-tindakan amoral lainnya sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini terus mengancam.

Permasalahan tersebut, menurut hemat kami, bagaimanapun adalah masalah kependudukan yang sangat penting, perlu untuk terus diperhatikan dengan berupaya mencari solusi-solusi ideal, semata demi masa depan bangsa. PSLK UMM berpandangan bahwa sekecil apapun upaya kita untuk memberikan kontribusi penyelesaian masalah tentu akan sangat bermanfaat. Masalah besar tentu akan menuntut keterlibatan dan kepedulian banyak pihak pula. Pada titik inilah alasan mengapa PSLK UMM hadir. Terlebih kampus ini telah menetapkan jargon luar biasa, Dari Muhammadiyah untuk Bangsa.

Akhirnya, tentu sangat patut kami berterima kasih, penghargaan, dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para penulis (para guru dan pengamat pendidikan) yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi pikiran dan ide kreatif-bahkan banyak tulisan berasal dari pengalaman nyata penulis (best practices). Terima kasih pula kami sampaikan kepada Bapa Wakil Rektor I UMM, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si., sekaligus pemerhati dan pelaku pendidikan, yang berkenan memberikan kata pengantar buku ini. Tentu, tidak lupa kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para tim editor PSLK (Arif Setiawan, M.Pd., Fuad Jaya Miharja, M.Pd., Bustanol Arifin, M.Pd., dan Husamah, M.Pd) atas segala kerja kerasnya dalam menyunting naskah sehingga lebih enak dibaca dan memenuhi kaidah yang ada. Terima kasih juga kepada Tim UMM Press atas kerja kerasnya menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat untuk semakin menambah wawasan dan semangat kita dalam isu-isu terkait remaja/siswa generasi masa depan bangsa.

Malang, Maret 2017

Kepala PSLK UMM Husamah, S.Pd., M.Pd.

xi

KATA PENGANTAR EDITOR PENDIDIKAN KARAKTER DAN PROBLEMATIKA REMAJA DALAM SOROTAN GURU

“Berikan aku sepuluh pemuda maka akan kugoncangkan dunia” Ir. Soekarno

Sebaris kalimat di atas dari Bapak proklamasi yang terasa sangat menggema di seantero penjuru negeri. Hampir setiap orang tidak asing dengan kalimat tersebut, bahkan sudah digunakan oleh siapapun untuk memantik api semangat kaum muda. Tidak dapat dipungkiri lagi, memang ucapan Bung Karno tersebut sudah menjadi trendmark dalam segala aspek kehidupan. Di pundak kaum muda semua harapan seolah digantungkan dan ditumpahkan untuk membuat sebuah perubahan besar dalam dirinya maupun di luar dirinya. Filosofi “yang muda yang berkresai” seolah telah menjadi sebuah ilham dalam pemahaman roda kehidupan di setiap prosesnya. Berbekal ucapan Bung Karno dan realita yang ada di lapangan, memang tidak asing lagi kalau di setiap poros kehidupan akan ditemui sosok muda nan kreatif.

Kaum muda memang tidak terlepas dari setiap sorotan, pantauan, dan intaian terhadap bakat dan talenta yang mereka miliki. Berkaca pada kalimat sebelumnya, nampaknya memang benar adanya. Dewasa ini genderang kaum muda seolah telah membuat perubahan mendasar dalam segalam urusan. Salah satunya benar-benar diadaptasi dalam dunia industri sepak bola, tengok saja filosofi “yang muda yang berkreasi” benar-benar menjadi fondasi klub asal Kota Barcelona, dengan akademi sepak bola La Masia-nya. Akademi tersebut telah melahirkan banyak talenta muda nan berbakat seperti Lionel Messi, Andres Iniesta, Xavi Hernadez, dan Gerad Pique. Di pundak merekalah digantungkan dan ditumpahkan semua harapan untuk Berjaya. Tidak main-main buah manis dari kepercayaan itu adalah prestasi yang bergelimang di semua level tertinggi. Terlepas dari dunia industri sepak bola, ada satu hal yang perlu kita pahami dengan baik, yaitu kepercayaan pada kaum muda.

xi

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

xii (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) Tentunya kepercayaan tersebut tidak hanya sekadar kata “percaya”,

melainkan semua pola dan bentuk bimbingan dalam mengarahkan tumbuh kembang kaum muda menjadi lebih bermakna. Investasi tersebut yang nantinya akan berbuah manis seperti halnya filosofi akademi milik Barcelona.

Harapan besar seperti dua paragraf di atas boleh saja kita harapkan menjadi sebuah kenyataan. Hal ini memang tidak jauh api dari panggang, karena banyak talenta muda bangsa ini yang telah menelurkan karya luar biasa dan monumental. Selain itu, banyak juga di antara mereka yang telah berhasil membuktikan diri di tingkat internasional. Nampaknya, kaum muda inilah yang nantinya akan menjadi harapan besar bangsa dalam mengarungi derasnya arus globalisasi, sehingga mampu menjadikan bangsa menjadi lebih berdikari sesuai dengan keinginan para founding fathers. Oleh karena itu, perlu sebuah kesadaran yang teramat dalam dari setiap pemuda bangsa untuk mampu mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut.

Hal inilah yang setidaknya sekarang ini sedang dialami oleh bangsa kita dan nampaknya memerlukan sebuah penanganan yang teramat serius. Perkembangan dan perubahan zaman yang semakin bergerak maju, sehingga memberikan dampak positif yang menuntut setiap individu untuk selalu terus melakukan terobosan baru. Selain itu, dampak negatif juga sangat dirasakan, mulai dari lemahnya kemampuan berpikir kritis, manusia menyukai segala sesuatu yang bersifat instan, dan yang paling parah adalah degradasi moral yang tengah dialami oleh remaja. Nampaknya uraian pada poin terkahir ini bukan sekedar omong kosong belaka, melainkan sebagai kenyataan yang harus dihadapai dan dicarikan sebuah solusi. Apabila hal tersebut tidak segera ditangani, maka dapat dipastikan nasib bangsa ini ke depan hanyalah akan menjadi sebuah sejarah. Oleh karena itu, perlu sebuah langkah nyata dari semua elemen, mulai dari orang tua, guru, dan masyarakat. Tidak dapat dipungkuri apabila peran ketiga elemen tersebut akan sangat signifikan terhadap tumbuh kembang remaja dalam mengarungi kehidupan.

Peran tersebut dimulai dari dari lingkup yang paling kecil, namun memberikan efek yang luar biasa yaitu keluarga. Di lingkup inilah semua nilai positif ditanamkan dan diajarkan dengan baik pada anak. Selian itu, di lingkup keluarga juga diajarkan terkait dengan nilai-nilai yang tidak sepantasnya dilakukan di tengah masyarakat. Kondisi demikian Peran tersebut dimulai dari dari lingkup yang paling kecil, namun memberikan efek yang luar biasa yaitu keluarga. Di lingkup inilah semua nilai positif ditanamkan dan diajarkan dengan baik pada anak. Selian itu, di lingkup keluarga juga diajarkan terkait dengan nilai-nilai yang tidak sepantasnya dilakukan di tengah masyarakat. Kondisi demikian

Kata Pengantar Editor

sampai anak tumbuh dan berkembang menuju fase dewasa. Diharapkan bekal yang sudah diberikan oleh orang tua mampu dijadikan sebagai pegangan dan pedoman hidup, sehingga nanti tumbuh menjadi manusia yang berkarakter.

Aspek kedua yang juga memiliki peran luar biasa dalam tumbuh kembang anak menjadi remaja adalah sekolah. Sebagian besar waktu anak dan remaja dihabiskan di sekolah untuk menuntut ilmu. Dalam prosesnya ternyata siswa tidak hanya belajar dan menuntut ilmu saja, melainkan melakuan komunikasi dan interkasi dengan komunitas dalam lingkup yang sedang. Kondisi inilah yang secara perlahan telah mentrasformasi sekolah menjadi lingkup masyarakat. Dengan demikian, tidak dapat dipungkuri perlu sebuah peran pengendali yang harus dipegang oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai orang tua kedua dan ujung tombak dari harapan sebuah bangsa. Di mana tugas dan kewajibannya adalah mengajar, mendidik, membimbing, dan mengarahkan siswa untuk menjadi generasi yang sukses dunia dan akhirat. Tanggung jawab berat tersebut seolah tidak menjadi halangan bagi guru, sebaliknya malah menjadikan sebuah semangat dalam melaksanakan tugas. Pelayanan dengan sepenuh hati seolah menjadi sebuah jalan lurus yang akan menuntun siswa melewati semua fase pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga siswa dapat menjadi insan kamil seperti halnya cita-cita proklamasi.

Aspek ketiga yang tidak kalah pentingnya dalam membangun karakter remaja adalah masyarakat. Masyarakat dalam hal ini bukan hanya sekedar yang ada di sekitar remaja, melainkan masyarakat yang sifatnya sudah sangat universal. Kondisi ini dilatari oleh semakin berkembang dan mudahnya jalinan komunikasi yang dapat dilakukan dengan orang lain di berbagai belahan dunia. Oleh kerena itu, diperlukan perangkat yang dapat menjaga konsistensi dan keajegan dalam melakukan tindakan. Perangkat tersebut berupa pemahaman etika, sopan santun, dan budi pekerti luhur yang dikemas dalam sebuah nilai karakter bangsa. Berbekal karakter bangsa, diharapkan nantinya setiap penerus bangsa tidak lagi canggung dan kehilangan jati diri dalam melakukan komunikasi yang bersifat universal.

Berbicara mengenai pendidikan karakter, otomatis tidak dapat dilepaskan dari segitiga emas yang menjadi dasar pembentukannya.

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

xiv (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) Perlu kiranya untuk menyiapkan dan membekali SDM dengan semua

perangkat pemahaman terhadap etika, sopan santun, dan budi pekerti luhur yang dikemas dalam sebuah nilai karakter bangsa. Bekal tersebut diharapakan akan mampu membentuk pribadi yang sesuai dengan cita- cita proklamasi. Salah satu langkah yang dapat dilakukan sejak dini adalah mengenalkan, menanamkan, dan membekali generasi penurus bangsa dengan nilai karakter dan falsafah bangasa. Langkah tersebut akan menjadikan nilai positif pada setiap Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bertindak dan bersikap. Bentuk penilaian postif yang tersirat dalam kalimat sebelumnya coba diukir oleh Bapak/Ibu guru dalam sebuah artikel yang menitik beratkan pada pendidikan karakter. Di mata para guru coba diulas secara mendetail tentang pendidikan karakter dan cara mengaplikasikannya. Langkah nyata tersebut perlu dan harus terus mendapatkan dukungan dari semua pihak, agar goresan dan sumbangan ide para guru tidak hanya sekedar menjadi ukiran tulisan yang tidak bermakna. Pemikiran tersebut dapat dilihat dari beberapa intisari goresan guru yang mencoba mengemukan argumentasinya melalui sudut pandang pendidik seperti berikut.

Ainul Yaqin memberikan sebuah ide nyata dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak. Proses tersebut dapat dilakukan melalui prenatal education, kondisi ini diilhami semakin bobroknya karakter yang dimiliki oleh remaja, utamanya karakter profetik. Dalam konsep pemikirannya, coba diulas lebih mendalam mengenai salah satu peran dari segitiga emas yaitu keluarga. Keluarga dianggap sebagai garda terdepan dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak. Hal ini dapat dimulai ketika anak masih dalam kandungan ibu. Semasa hamil orang tua dituntut untuk bersikap proaktif terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Sikap proaktif tersebut dimulai dari hal-hal yang bersifat sederhana dan mengandung nilai profetik, seperti membaca Al-Quran di setiap waktu agar memberikan rangsangan terhadap pola tumbuh kembang otaknya. Selain itu, pola makan dan sumber makanan perlu untuk dijaga, karena pola dan sumber makan itu yang nantinya akan menjadi darah dan daging pada buah hati. Dapat dibayangkan apabila sumber makanan yang dikonsumsi tidak halal, maka akan berdampak pada buah hati dan menjadi karakter bawaan. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran sedini mungkin bagi setiap laki-laki dan perempuan yang akan menikah. Kesadaran yang dimaksud adalah untuk mempertimbangkan orang yang akan dinikahinya, sehingga nantinya Ainul Yaqin memberikan sebuah ide nyata dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak. Proses tersebut dapat dilakukan melalui prenatal education, kondisi ini diilhami semakin bobroknya karakter yang dimiliki oleh remaja, utamanya karakter profetik. Dalam konsep pemikirannya, coba diulas lebih mendalam mengenai salah satu peran dari segitiga emas yaitu keluarga. Keluarga dianggap sebagai garda terdepan dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak. Hal ini dapat dimulai ketika anak masih dalam kandungan ibu. Semasa hamil orang tua dituntut untuk bersikap proaktif terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Sikap proaktif tersebut dimulai dari hal-hal yang bersifat sederhana dan mengandung nilai profetik, seperti membaca Al-Quran di setiap waktu agar memberikan rangsangan terhadap pola tumbuh kembang otaknya. Selain itu, pola makan dan sumber makanan perlu untuk dijaga, karena pola dan sumber makan itu yang nantinya akan menjadi darah dan daging pada buah hati. Dapat dibayangkan apabila sumber makanan yang dikonsumsi tidak halal, maka akan berdampak pada buah hati dan menjadi karakter bawaan. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran sedini mungkin bagi setiap laki-laki dan perempuan yang akan menikah. Kesadaran yang dimaksud adalah untuk mempertimbangkan orang yang akan dinikahinya, sehingga nantinya

Kata Pengantar Editor

Zakiyah mencoba memberikan sudut pandang tersendiri mengenai proses pendidikan karakter pada Anak Berekebutuhan Khusus (ABK). Melalui proses pemahaman yang mendalam terhadap ABK, ia mencoba untuk mengungkapkan bahwa mereka sama seperti anak-anak yang normal. Meraka memiliki hak dan kewajiban untuk diperlakukan sama dengan peserta didik yang normal sebagai salah satu generasi penerus bangsa. Penanaman karakter pada ABK dapat dilakukan semenjak dini dan disesuaikan dengan jurusannya. Bentuk perilaku berkarakter tersebut ditungkan dalam kegiatan-kegiatan kecil yang penuh makna, di antaranya saling membantu, saling menghargai, dan saling menghormati, meskipun mereka beda kebutuhan khususnya. Selian itu, pendidikan karakter juga diterapkan di dalam dan di luar kelas dalam bentuk yang dikemas sedemikian rupa, sehingga ABK pun dapat tumbuh menjadi generasi penerus bangsa. Berbekal pendidikan karakter yang telah dilakukan di sekolah, maka ABK juga dapat menjadi bagian utuh di masyarakat dalam memberikan bukti nyata mengenai pendidikan karakter.

Alfin Faridian memberikan argumentasi mengenai perkembangan generasi muda di era sekarang. Melalui sumbangsi pemikirannya yang diulas lebih mendalam serta terperinci dalam mempersipakan remaja di era digital. Remaja yang dinamai dengan genrazi Z ini merupakan remaja yang mampu menyesuaikan dengan segala bentuk kemajuan zaman dan tantangannya. Generasi tersebut tidak perlu lagi harus saling bertatap muka dalam melakukan segala sesuatunya, hanya cukup dengan kecanggihan teknologi mereka dapat melakukan segalanya dengan baik. Selain itu, sebagian besar identitas diri tidak lagi ditentukan dari nilai- nilai budaya tradisional, melainkan seberapa mampu mereka memiliki, menyebarkan, dan mengetahui banyak informasi. Tentunya dengan kondisi yang demikian perlu sebuah paradigma baru dari para orang tua dalam melakukan pendekatan kepada generasi Z. Hal ini dikrenakan pendekatan dan dukungan penuh kepada generasi Z akan semakin membuat kreatif dan invotaif. Dukungan tersebut juga akan memberikan masukan karakter ke-Indonesia-an, sehingga mereka tidak melupakan budaya nasional yang menjadi dasar falsafah negara dalam setiap beraktivitas.

Lilik Suhartatik mempunyai sebuah pandangan mengenai kesuksesan yang akan didapatkan oleh peserta didik melalui pembinaan soft skill,

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

xvi (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia) di mana soft skill memang merupakan aspek yang tidak dapat dianggap

sebelah mata dalam pembentukan karakter. Dapat dikatakan bahwa karakter yang baik dapat bermula dari soft skill yang dimiliki oleh setiap manusia. Hal inilah yang menjadi objek argumentasi yang diutarakan lebih menyeluruh oleh Lilik melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Seperti yang banyak diketahui, bahwa selama ini SMK mendapatkan stigma sebagai sekolah nomor dibandingkan dengan SMA atau MA. Kondisi demikian tidak berlaku untuk Lilik, yang justru menjadi sebuah poin penting dalam mewujudkan keinginan pemerintah dalam membentuk karakter peserta didik. Proses tersebut dilaksanakan tidak harus dengan cara yang sangat sulit atau berbelit, melainkan melalui cara yang sagat sederhana dan berkesan. Dengan cara tersebut ternyata dapat menumbuhkan soft skill peserta didik menjadi lebih baik lagi, sehingga harapan dalam membentuk pendidikan karakter dapat tercai dengan baik.

Debora Primawati Widayat menguraikan sebuah pandangan bahawa dalam membentuk generasi penerus bangsa yang berkarakter, diperlukan sebuah langkah nyata dalam mengaplikasikannya. Hal ini dapat dimulai dari sebuah aspek yang ternyata dianggap sepele dan kerap dianggap sebelah mata. Aspek tersebut adalah tingkat kedisiplinan diri atau self discipline, sepintas memang terlihat sangat sederhana sekali dan bahkan hampir semua orang mampu dengan mudah untuk mengucapkannya. Akan tetapi, ketika ditantang untuk membuktikan atau melakukanya, banyak di antara mereka yang mengernyitkan dahi. Kondisi yang demikian seolah menimbulkan sebuah pertanyaan besar di dalamnya, kenapa self discipline dapat berkorelasi pada sebuah kesuksesan. Tentunya pertanyaan tersebut dapat diuraikan berdasarkan logika praktis, bahwa sebuah kesuksean tidak akan didapatkan secara cuma-cuma dan begitu saja. Self discipline yang tinggi akan dapat mengantarkan setiap individunya meraih semua keinginan yang dimilikinya. Kondisi inilah yang coba diulas lebih mendalam dan bersifat klinis berdasarkan pengalam penulis yang telah menjadi guru Bimbingan Konseling (BK) dan telah banyak menghadapi karakter peserta didik.

Gagasan serta hasil penelitian yang telah diulas oleh para guru dalam sebuah bungai rampai ini, seolah membuka cakrawala yang selama ini masih terkotak-kotak dalam melihat potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Cakarawala tersebut diharapkan dapat membuka Gagasan serta hasil penelitian yang telah diulas oleh para guru dalam sebuah bungai rampai ini, seolah membuka cakrawala yang selama ini masih terkotak-kotak dalam melihat potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Cakarawala tersebut diharapkan dapat membuka

Kata Pengantar Editor

akan digarap karakternya, sehingga dapat menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Dengan demikian, konsep lama mengenai karakter dan perilaku peserta didik atau generasi muda perlu rasanya untuk mendapatkan penyegaran. Kondisi tersebut dikarenakan banyaknya ruang- ruang yang selama ini belum pernah digarap dan disoroti dengan baik oleh khalayak. Melalui beberapa goresan dan pemikiran guru ini, kita sebagai pembaca diajak untuk menelusuri ruang-ruang yang menjadi lahan garapan guru, di mana lahan tersebut selama ini belum tergarap secara maksimal. Dengan kembali membaca, memahami, dan melakukan perenungan terhadap karya guru tersebut, sudah selayaknya negara, pemerintah, dan masyarakat mulai merapatkan barisan dan bersama- sama menyingsingkan tangan dalam membangun pendidikan karakter terhadap peserta didik, sehingga kelak meraka akan menjadi insan kamil sesuai dengan UUD 1945.

Secara garis besar pemikiran guru mengenai pendidikan karakter, telah memberikan banyak informasi baru pada setiap khalayak. Tentunya dengan membaca perwakilan lima contoh yang telah diulas di atas, belum mampu memberikan sebuah pemahaman menyeluruh mengenai ulasan dan goresan sebanyak lima puluh empat essai lainnya. Setiap pemikiran dan ulasan essai tersebut menunjukkan sebuah keunikan dan kekhasan tersendiri mengenai sudut pandang para guru dalam melaksanakan tugas mulianya. Sisi lain dan peran orang tua kedua seolah mengalir dengan sendirinya dalam ulasannya tanpa perlu diungkapkan dengan dengan nyata. Ciri tersebut seolah telah menjadi sebuah fitrah lahir dan batin bagi seorang guru yang tidak dapat dinafikan oleh apapaun. Tentunya di balik uraian dan ulasan yang mendalam tersebut terselip sebuah harapan besar pada instansi pengambil keputusan untuk menindaklanjutinya. Sekali lagi, ulasan para guru tersebut seolah membuka beberapa fakta tersembunyi yang belum mampu digali lebih dalam oleh khalayak ramai.

Malang, Maret 2017

Editor Arif Setiawan, dkk

Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

xviii (Catatan Kritis dan Sharing Pengalaman Guru Indonesia)

Ciptakan Generasi ‘Z” Cerdas dan Berkarakter

TEMA 1: M EDIA S OSIAL DAN D ILEMA P ROBLEMATIKA K EN AKALAN R EMAJA S ERTA S OLUSIN YA

2 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa

Peran Orang Tua dalam Melindungi Remaja Dari Bahaya Free Sex di .....

PERAN ORANG TUA DALAM MELINDUNGI REMAJA DARI BAHAYA FREE SEX DI TENGAH DERASNYA ARUS TEKNOLOGI INFORMASI

Muryati SMAN 3 Kediri

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Masa ini dapat dikatakan sedang mencari pola hidup yang paling sesuai dan sering melakukan coba-coba walaupun sering melakukan kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orang tua. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua sama-sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.

Remaja merupakan aset masa depan yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Dapat dibayangkan apabila remaja yang menjadi tulang punggung sebuah bangsa tidak memiliki komimen yang tinggi dan moral yang baik. Banyak kegiatan menggembirakan yang telah dilakukan oleh para remaja seperti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa. Selain kegitan yang positif kita juga melihat arus kemerosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian remaja, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Sering dijumpai dalam surat kabar berita tentang seks bebas yang dilakukan oleh anak- anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus kehamilan di kalangan remaja putri, dan penyalahgunaan narkoba yang semakin merajalela. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat dewasa ini. Oleh karena itu, masalah kenakalan remaja mendapatkan perhatian yang serius untuk segera ditangani. Selain itu, fokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan remaja. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam melindungi remaja dari hal-hal negatif seperti free sex dan penyalahgunaan narkoba.

2 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa PEMBAHASAN

Rendahnya Pemahaman Remaja Seks bebas menjadi salah satu permasalahan yang ada di Indonesia. Setiap tahun, permasalahan ini semakin meningkat seiring

berkembangnnya zaman dan teknologi, sehingga mempermudah mengakses situs yang seharusnya tidak dikunjungi. Kesalahan pergaulan juga dapat menyebabkan remaja terjerumus ke dalam lingkaran seks bebas. Hal ini dikarenakan remaja adalah individu yang labil emosinya dan rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman- teman membuat semakin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa. Peran orang tua sangat penting dalam mengendalikan perilaku anak. Oleh karena itu, diperlukan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi yang efektif. Mungkin menjadi tempat curhat bagi anak, mendukung hobi yang diinginkan, tidak terlalu mengekang anak, dan orang tua harus mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan anak diluar rumah adalah salah satu cara, sehingga anak dapat terhindar dari penyimpangan perilaku. Tidak hanya diberi asupan pendidikan formal disekolah, mereka juga harus diberikan pendidikan melalui keluarga, seperti memberikan masukan berupa siraman rohani, pemahaman terhadap etika dan estetika, dan pemahaman terhadap bakat dan minat anak. Oleh karena itu, bagaimana peran orang tua dalam melindungi remaja dari bahaya free sex di tengah-tengah derasnya arus teknologi informasi, perlu dicarikan solusi.

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Peran orang tua dalam melindungi remaja dari bahaya seks bebas

sangat diperlukan, karena hal tersebut merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam perjalanan hidup seorang remaja. Orang tua merupakan inti pembentukan tata nilai seorang remaja. Di dalam keluarga orang tua mempunyai otoritas terhadap pembentukan dan penentuan sistem tata nilai keluarga. Pengajaran tata nilai yang lebih mengedepankan kelimpahan materi dan kemakmuran ekonomi jika tidak dibekali dengan kekuatan iman, akan mendorong anak menjadi hamba keserakahan dan ketamakan. Orang tua dapat memberikan kasih sayang dan perhatiannya terhadap para remaja di dalam lingkup keluarga,

3 sehingga para remaja tidak mencari-cari kasih sayang yang salah dalam

Peran Orang Tua dalam Melindungi Remaja Dari Bahaya Free Sex di .....

pergaulannya di luar rumah. Selain itu, peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan remaja perlu dimaksimalkan, namun jangan berlebihan. Apabila remaja melakukan sebuah kesalahan perlu diperingatkan dan diberikan pendidikan agar mampu mengetahui kesalahan dan tidak mengulanginya kembali. Selain itu, peran orang tua juga sangat diperlukan dalam pembentukan watak dan tata nilai remaja yang kelak menjadi identitasnya. Bagaimanapun setiap anak remaja pasti mempunyai ciri khas masing-masing yang berbeda dengan yang lain. Ada remaja yang pendiam, penurut, mudah bergaul, pemurung, gembira, pembangkang, bahkan pemberontak. Sering kali remaja memandang rumah sebagai penjara dan orang tuanya tidak lebih sebagai mahkluk yang kegemarannya menciptakan peraturan dan larangan. Oleh karena itu, perlu kiranya para orang tua memahami dan mengerti kondisi anak dalam setiap detiknya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui peran sebagai orang tua dengan tujuan sebagai berikut.

a. Tidak salah dalam pergaulan

b. Tidak terjerumus dalam seks bebas

c. Terhindar dari penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang

d. Terhindar dari penyakit atau penularan HIV/AIDS

e. Terhindar dari tindak kriminal

f. Terhindar dari kemalasan

g. Terhindar dari perkelahian

h. Terhindar dari sikap apatis di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Langkah Tepat dalam Medidik Remaja Menjadi Lebih Baik Berdasarkan hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN), 63% remaja di Indonesia pada usia sekolah SMP

dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah pada tahun 2008. Pada tahun 2010 BKKBN mencatat bahwa persentase seks bebas di

kalangan remaja meningkat menjadi 65%. Data ini diperkirakan akan terus bertambah dengan semakin bertambah majunya zaman. Pada dasarnya, ada beberapa faktor yang mendorong remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah. Faktor pertama adalah pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas. Remaja zaman sekarang lebih mengedepankan gaya hidup kebarat-baratan, sedangkan

4 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa gaya hidup kebarat-baratan yang dianut itu terkesan bebas, tidak

mengindahkan tata nilai dan norma yang berlaku di Indonesia. Faktor kedua adalah lingkungan atau keluarga yang mendukung ke

arah perilaku tersebut. Peran orang tua dan lingkungan sekitar turut mempengaruhi perilaku remaja. Jika orang tua dan lingkungan mau peduli dengan keadaan dan kondisi remaja di sekitarnya, maka hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Faktor ketiga adalah pengaruh dari media massa, khususnya peran teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dibuktikan dengan mudahnya akses internet bagi kalangan remaja menuju situs porno. Dengan mudahnya mengakses situs porno, para remaja dapat dengan mudah melihat tayangan yang seharusnya tidak mereka tonton. Mereka juga dengan mudah menyimpan video terlarang tersebut ke dalam smartphone yang dimilikinya. Hal inilah yang mendorong terjadinya seks pranikah di kalangan remaja. Psikologi dan pemikiran mereka selalu tertuju pada tayangan tersebut, hingga tanpa sadar mereka tertarik melakukan seks karena dorongan seksual pada diri mereka memuncak.

Secara fisik aktivitas remaja dapat dipantau oleh orang tuanya, namun secara psikis orang tua harus memahami kebutuhan biologis dan harus mengarahkan sudut pandang anak secara hati-hati. Tentu saja sebagai pertimbangan dapat dilakukan pendidikan seksual dan mengajak anak mengalihkan pandangannya tentang kebutuhan biologis dengan pendekatan religius. Hal ini juga dapat dipelaji dalam Al-Quran yang telah memberikan peringatan keras tentang seks yang disalahgunakan (QS. Al-Isra’: 32) dan sebaiknya seks dilakukan dengan pasangan yang diikat dengan sebuah pernikahan yang sah (QS. Al-Mukminun: 5-7). Hal ini memang sudah menjadi fitrah manusia saling membutuhkan pasangan atau lawan jenisnya (QS. Az-Zariat: 49, Ar-Rum: 21) bukan dengan yang sejenis (QS. Al-A’raf: 80-81). Pendidikan seks yang sehat dalam Al-Qur’an dapat menjauhkan diri dari berbagai penyakit bagi pelaku-pelaku seks yang sah dalam ikatan pernikahan (QS. Al-Baqarah: 222). Selain itu,bagaimana cara agar terhindar dari aktivitas seks yang haram (zina) baik itu berpakaian dan tingkah laku laki-laki atau perempuan yang dapat menjaga setiap titik urat malunya (QS. An-Nur: 30-31, Al-Azab: 59) agar tidak putus. Nabi Muhammad SAW bersabda “Malu itu sebagian dari iman, jika kamu tidak punya rasa malu (urat malunya sudah putus) maka kamu pasti akan berbuat sesuka hatimu”.

5 Agar anak-anak tidak terjerumus dalam perilaku free sex, orang tua

Peran Orang Tua dalam Melindungi Remaja Dari Bahaya Free Sex di .....

harus menjelaskan bahwa apa yang diharamkan (zina), akan dihalalkan pada waktunya (ketika sudah resmi menikah). Tidak hanya itu, kelak jika sudah uzur kemungkinan besar juga tidak lagi membutuhkan hal-hal yang berbau seksualitas. Bahwa kebutuhan insan mengikuti irama kehidupan sesuai dengan usia adalah takdir. Remaja biasanya di saat- saat tertentu justru menjauh dari orang tuanya dan lebih mendengarkan kata-kata temannya yang lebih persuasif. Hal ini dikarenakan ajakan teman dianggap menyenangkan dan terkadang membahayakan. Keduanya sering di luar perhitungan remaja, jika terjadi resiko, orang tua tentu ikut menerima dampaknya. Terlebih masa depan pelaku sendiri yang dipertaruhkan. Oleh karena itu, para orang tua, guru, saudara, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemimpin, perangkat desa/ kelurahan, dan aparatur negara, hendaknya bersama-sama peduli pada remaja, minimal di sekitar lingkungan domisili maupun lingkungan kerja. Hal ini penting sekali dalam memantau dan memberi perhatian baik berupa sapaan, dialog atau komunikasi, dan perhatian pada remaja yang rata-rata malu-malu atau bahkan ada yang tidak peduli pada sekitar. Kepedulian ini untuk menumbuhkan rasa bahwa dirinya diperhatikan/mendapat perhatian, dengan harapan mereka memiliki rasa malu jika mulai melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan atau norma.

PENUTUP Di era globalisasi dan semakin berkembangnya teknologi yang

memengaruhi kehidupan remaja tidak lepas dari yang namanya media sosial. Banyak remaja yang menyalahgunakan teknologi untuk hal-hal negatif seperti menonton hal yang berbau porno. Hal itu yang memicu terjadinya free sexdi kalangan remaja. Kondisi ini terjadi karena kelalaian orang tua dalam mengawasi anaknnya. Terutama keimanan yang dimiliki orang tua biasanya dicontohkan atau dimiliki oleh seorang anak, free sex juga muncul karena kurangnya iman dalam diri seorang anak. Bila anak salah dalam memilih pergaulan, hal itu dapat menimbulkan ajakan negatif dari teman yang mengarah pada free sex.

Sebagai orang tua yang memiliki anak-anak usia dini hingga remaja, tentu sudah menanamkan nilai-nilai adat, budaya, dan religius kepada anak-anaknya. Akan tetapi, dengan adanya laju arus gelombang teknologi

6 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa informasi yang menyebabkan segala sesuatu menjadi mungkin, baik hal-

hal yang positif maupun yang negatif. Rasanya perlu pengoptimalan penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran yang terdapat dalam butir-butir Pancasila.Pancasila sebagai dasar negara sudah lengkap memuat nilai-nilai yang harus ditanamkan pada remaja/generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan peran orang tua sebagai berikut:

1. Sebagai orang tua hendaknya menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada anaknya menjadi sebuah kewajiban.

2. Sebaiknya orang tua sebagai penanggung jawab tertinggi atas perilaku anak-anaknya, dapat membagi waktu antara waktu bekerja dan waktu untuk sang anak.

3. Seharusnya orang tua dapat dijadikan teladan buat anaknya.

4. Orang tua memberitahukan kepada anaknya tentang bahaya free sex agar tidak salah langkah. Bahwa suatu saat nanti hal-hal yang diharamkan saat ini akan halal pada waktunya.

5. Orang tua harus mengetahui dengan siapa anak bergaul.

6. Sebaiknya orang tua mengajarkan dan menerapkan perihal keimanan yang harus dipegang teguh agar anak tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif.

7. Sebaiknya ketika menegur anak, menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan hati, jangan terkesan menghakimi namun mengajari menyadari akan kesalahan.

Pergaulan Bebas Ancaman Generasi Masa Depan

PERGAULAN BEBAS ANCAMAN GENERASI MASA DEPAN

Ellen Landriany SMA Negeri 10 Malang

Membicarakan tentang remaja memang selalu menarik perhatian dari semua kalangan. Tidak hanya karena remaja merupakan sosok unik ketika melewatifase perubahan ragawi maupun mental,tetapi juga dari perubahan non fisik. Menurut Glenn (1999: 239) tubuh akan tumbuh pesat karena ada zat-zat kimiawi bernama “hormon” yang mendesaknya untuk tumbuh. Remaja laki?laki dengan ciri kelamin sekunder seperti: pita suara bertambah panjang dan tebal, suara menjadi lebih dalam, mental lebih agresif, sikap aktif, dan mulai berminat terhadap perkembangan kelamin lawan jenis. Untuk ciri-ciri kelamin sekunder perempuan meliputi panggul bertambah lebar, payudara dan organ reproduksi bertambah besar.

Perubahan non fisik meliputi perubahan perasaan yang tiba-tiba merasa gembira tanpa sebab, ingin marah-marah atau dirundung kecemasan yang tiada henti-hentinya,sangat mudah tersinggung, dan ingin selalu menangis. Pakar psikologi mengatakan pada fase ini dikenal dengan proses pencarianjati diri dan pemahaman diri, serta penjajakan peranan dan kedudukannya dalam lingkungan. Dalam proses pencarian jati diri, remaja membutuhkan kemandirian meliputi “Perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan maupun masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain”. Ada suatu dorongan yang kuat untuk terlepas dari ketergantungan dengan orang tua, keinginan dihargai sebagai orang dewasa dan mempunyai hak terhadap dirinya dalam berkeputusan, serta bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya. Masa remaja adalah masa pembelajaran, masa mencari jati diri, dan masa yang masih labil. Meskipun remaja mendapatkan kesempatan mengembangkan potensi diri, namun tetap memerlukan bekal, bimbingan, dan pengarahan dari orang tua, pendidik, serta dukungan lingkungan yang kondusif. Oleh karena itu, perlu rasanya untuk membekali remaja dengan pemahaman konsep hidup yang benar.

8 Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa Dengan bimbingan, akan membentuk remaja menjadi merasa percaya

diri, karenasecara kemampuanmereka belum teruji dalam menghadapi tantangan hidup. Keterlibatan orang tua, pendidik, dan lingkungan dalam memberikan pengarahan akan membentuk kesiapan mentalnya, karena secara kejiwaan remajamasih labil, mudah kebingungan ketika mengalami kesulitan, dan kegagalan menjalani hidupnya.

Mengambil Keputusan tentang Seks Bagi remaja perempuan atau perempuan muda sangat sulit untuk

mengambil keputusan tentang laki-laki.Kebanyakan orang mulai memiliki perasaan cinta atau seksual bila telah menginjak masa remaja. Perempuan muda dan gadis melakukan hubungan seks karena berbagai alasan, ada yang ingin punya anak atau merasa diinginkan oleh lelaki,sekedar menjalankan tugasnya sebagai seorang istri tanpa menikmatinya, bahkan mungkin juga karena dipaksa, serta ada yang terpaksa melakukan hubungan seks dengan imbalan uang atau imbalan lain yang diperlukan untuk bertahan hidup (Burns dkk, 2005: 72).

Ancaman Penyakit AIDS (Acquuired Immune Deficiency Sindrome) Salah satu penyakit yang disebabkan oleh hubungan seks yang tidak

sehat adalah AIDS. Penyakit tersebut mampu merambah ke semua kalangan dan semua tempat. Namun, yang paling pesat perkembangannya terjadi pada beberapa tempat yang memiliki latar belakang penduduk miskin dan kurang berpendidikan, kelaparan, peperangan, dan pengangguran. Kondisi tersebut membuat runtuhnya tradisi seks yang baik dan hubungan seks dengan pasangan-pasangan barupun menjadi kegiatan yang biasa.AIDS merupakan penyakit yang menyerang kekebalan tubuh, di mana “himpunan kekurangan kekebalan tubuh yang ditularkan“. Penderita penyakit AIDS akan memiliki system kekebalan tubuh yang berbeda dengan manusai normal. Hal ini dikarnekan penyakit AIDS akan menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga penderitanya mudah terserang penyakit dan memiliki kondisi tubuh yang ringkih.

Ibarat sebuah penyakit kanker yang siap memberangus setiap nyawa yang ditemuinya. Setiap tahun kita terperangah dengan semakin meningkatnya orang yang terkena penyakit HIV/AIDS dan pecandu narkoba. HIV/AIDS dan narkoba bukan lagi menjadi endemik ganda yang mengancam kehidupan mereka yang gemerlap, bebas dan para penjaja seks namun sudah mulai masuk dalam ranah kehidupan rumah tangga dan anak?anak.

9 Mencuatnya banyak kasus asusila tersebut, yang perlu digaris

Pergaulan Bebas Ancaman Generasi Masa Depan

bawahi adalah : Pertama, muatan materi agama yang masih minim. Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya muatan materi pengetahuan agama pada kurikulum sekolah umum hanya memberikan tatap muka dalam pembelajaran tiga jam setiap minggu, hal tersebut belum dapat menjadi jaminan peserta didik untuk memahami mau pun mempraktekkan dalam tindakan dan perilakunya. Materi maupun ajaran agama tentu saja tidak hanya menjelaskan masalah ubudiyah yang sifatnya wajib, atau doktrin jihad, namun lebih dari itu ajaran agama mengajarkan kita masalah moralitas, untuk berperilaku baik terhadap orang tua, keluarga, bergaul dengan komunitasnya, menghargai sesama makhluk dan memprilakukan dengan baik lingkungan sekitarnya, terlebih mengenai hubungannya dengan Sang Pencipta. Pada dasarnya seluruh agama yang ada, tidak membenarkan ummatnya melakukan seks bebas.

Menurut pendapat Nelty (2016: 174) pergaulan bebas yang dimaksud adalah pergaulan yang tidak dibatasi oleh aturan agama maupun susila, perilaku yang dilarang oleh agama Islam yaitu Zina. Terkait hukum zina dianggap sebagai puncak keharaman hal tersebut didasarkan pada firman Allah SWT dalam Q.Sal- Isra’ /17- 32 , dalam pandangan hukum Islam perbuatan zina merupakan dosa besar yang dikategorikan sebagai perbuatan yang keji, hina, dan buruk.

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

2. TPM KOTA IPA PAKET B

21 153 17

MatematikaIPS B

0 28 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47