MEMBENTUK GENERASI BERKARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DAN MADRASAH
MEMBENTUK GENERASI BERKARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DAN MADRASAH
Arif Muzayin Shofwan MI Miftahul Huda Papungan 01 Blitar
“Sungguh-sungguh ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Rasulullah bagi orang yang mengharap kasih sayang Allah dan hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzab: 21) Setiap guru bisa dianggap berhasil apabila mampu membentuk anak
didiknya sebagai generasi yang berkarakter. Lebih-lebih seorang guru agama akan dianggap berhasil apabila mampu membentuk anak didiknya
sebagai generasi yang berkarakter sesuai dengan agamanya. Seorang guru agama Islam misalnya, akan dapat dianggap berhasil apabila mampu membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter sesuai dengan ajaran Islam. Hal tersebut tentu saja tidak menjadi suatu masalah bagi kemajuan bangsa dan negara. Sebab negara Indonesia yang memiliki dasar Pancasila dan UUD 45 telah mengakui dan melindungi keberadaan berbagai agama untuk ikut andil dalam membangun bangsa dan menjadikan manusia yang berkarakter. Justru keberadaan berbagai agama tersebut sangat membantu tumbuhnya generasi berkarakter di negara Indonesia yang berbhineka, yakni sebuah negara yang berbeda-beda agama, suku, budaya, etnis, dan semacamnya, tetapi memiliki tujuan yang sama berupa persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pembentukan generasi yang berkarakter bagi peserta didik yang beragama Islam di sekolah maupun madrasah dapat dilakukan oleh seorang guru agama melalui pendidikan agama Islam. Adapun yang termasuk sekolah dalam tulisan ini dapat berupa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan semacamnya. Sedangkan yang termasuk madrasah dapat berupa Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan semacamnya. Pendidikan agama Islam
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
yang dimaksud meliputi tiga komponen, di antaranya: (1) akidah, yakni berupa tauhid dan iman yang tidak terdapat perbedaan bagi umat Islam; (2) ibadah, yakni berisi mengenai tata pelaksanaan ibadah ritual; dan(3) akhlak, yakni menekankan tata cara hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama dan alam semesta (Tholkhah, 2011). Dari ketiga hal diatas yang signifikan dengan tema tentang karakter adalah komponen akhlak.
Seorang pakar pendidikan Islam Abdul Rahman (2012) menyatakan bahwa pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam sangat berkaitan erat dengan misi pendidikan Nabi Muhammad saw yang hanya diutus Tuhan di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak atau karakter umatnya. Masih menurut Rahman bahwa akhlak merupakan bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. Sebab misi dakwah nabi sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu mempertinggi nilai- nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak mulia (akhlaq al-karimah). Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan, yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan kehidupan di akhirat.
Sementara itu, Megawangi (2016) menyatakan bahwa beberapa tolok ukurbagi anak didik atau siswa-siswi apabila mereka telah berkarakter, diantaranya; (1) cinta pada Tuhan dan alam semesta; (2) tanggungjawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3) toleransi dan cinta damai terhadap sesama; (4) baik dan rendah hati; (5) kepemimpinan dan keadilan; (6) kepercayaan terhadap diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; (7)kasih sayang, kepedulian dan kerja sama; (8)hormat dan santun; dan (9) kejujuran. Dengan demikian, seorang guru agama Islam baik di sekolah maupun madrasah dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter melalui pendidikan agama Islam yang diajarkan berdasarkan sembilan tolok ukur tersebut. Selain itu, untuk membentuk generasi berkarakter diperlukan pula pendekatan proaktif, komprehensif, dan intensif (Lickona, 1991).
Signifikansi Pembentukan Karakter melalui Pendidikan Agama Islam
Pembentukan karakter atau pembanguan karakter (character build- ing) sesungguhnya tidak hanya sebatas dalam dunia pendidikan saja, tetapi memiliki spectrum yang lebih luas. Selain itu, character building
481 sesungguhnya merupakan proses berkelanjutan dan terus berkembang
Membentuk Generasi Berkarakter Melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah....
sepanjang hidup manusia (Naim, 2012). Dengan demikian, character building dapat dilakukan di dalam maupun diluar dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan, tentu saja apa yang telah diuraikan Megawangi di atas bukan merupakan satu-satunya tolok ukur dalam membentuk anak didiknya sebagai generasi berkarakter. Namun dalam konteks ini, tolok ukur Megawangi akan menjadi sebuah tawaran tersendiri bagi para guru pendidikan agama Islam untuk membentuk anak didiknya menjadi generasi yang berkarakter.
Sebagai sebuah tawaran, tolok ukur yang dinyatakan Megawangi di atas dapat dijelaskan signifikansinya dengan pendidikan agama Islam di sekolah maupun madrasah sebagai berikut. Pertama, cinta pada Tuhan dan alam semesta. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang memiliki karakter cinta pada Tuhan dan alam semesta dengan cara menjelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Pencipta- lah yang menciptakan alam semesta untuk kebutuhan manusia. Sehingga sebagai bukti bahwa seseorang mencitai Tuhan dan alam semesta di antaranya adalah dengan merawat ciptaan-Nya dengan baik. Seorang guru agama Islam bisa memaparkan isi dari firman Allah swt berikut: “Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu...” (QS. Al-Baqarah: 29). Berdasarkan firman tersebut seorang guru agama Islam bisa menjelaskan kepada anak didiknya agar mencintai Tuhan yang telah menciptakan bumi dan memperuntukkan baginya.
Kedua, tanggungjawab, kedisiplinan, dan kemandirian. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya menjadi generasi berkarakter tanggungjawab melalui firman Allah swt berikut: “Apakah manusia mengira, bahwa dia akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggungjawaban?.” (QS. Al-Qiyamah: 36). Berdasarkan firman tersebut seorang guru agama Islam bisa menjelaskan pada anak didiknya bahwa manusia dilahirkan di dunia memiliki berbagai tanggungjawab yang harus dilaksanakan, di antaranya: tanggungjawab pada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, alam semesta, dan lain sebagainya. Selain itu, seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter disiplin, teguh pendirian dan mandiri melalui firman Allah swt berikut: “Maka tetaplah engkau di jalan yang benar sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu...” (QS. Hud: 112). Berdasarkan firman tersebut seorang guru agama Islam dapat menjelaskan
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
kepada anak didiknya bahwa disiplin, teguh pendirian dan mandiri merupakan salah satu ajaran Islam yang dapat membawa kesuksesan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Ketiga, toleransi dan cinta damai terhadap sesama. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter toleran dan cinta damai terhadap sesama melalui firman Allah swt berikut: “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” (QS. Al- Kafirun: 6). Selain itu, seorang guru agama Islam dapat menjelaskan kepada anak didiknya tentang toleransi dalam berbangsa dan bersuku- suku melalui firman Allah swt: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal...” (QS. Al-Hujurat: 13). Berdasarkan firman tersebut seorang guru agama Islam dapat menjelaskan kepada anak didiknya bahwa Islam merupakan agama yang toleran dan cinta damai terhadap sesama. Islam merupakan salah satu agama yang membawa kebaikan di kehidupan kini dan mendatang tanpa ada keraguan di dalamnya.
Keempat, baik dan rendah hati. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya menjadi generasi yang berkarakter baik melalui suri tauladan dari Rasulullah saw, di antaranya: berlaku jujur (siddiq), dapat dipercaya (amanah), pemaaf (hilm), berbudi luhur (muru’ah), dermawan (sakha’), dan semacamnya. Tak jauh dari itu, seorang guru agama Islam juga mengajarkan sifat-sifat yang harus dihindari dalam pergaulan, seperti iri hati (hasad), dendam (hiqdu), sombong (kibr), berbuat aniaya (zulm), dan semacamnya. Tak jauh dari itu, seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya menjadi generasi yang berkarakter rendah hati melalui firman Allah swt berikut: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh...” (QS. Luqman: 18). Sebab dalam kerendahan hati terdapat kekuatan jiwa yang dapat menjadikan seseorang mampu mengendalikan diri dalam situasi dan kondisi apapun.
Kelima, kepemimpinan dan keadilan. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan melalui sabda Rasulullah SAW berikut: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari). Berdasarkan
483 hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan harus dimulai
Membentuk Generasi Berkarakter Melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah....
dari diri pribadi masing-masing. Selain itu, seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter adil melalui firman Allah swt berikut: “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian berlaku adil dan berbuat kebajikan...” (QS. An-Nahl: 90). Berdasarkan firman tersebut, seorang guru agama Islam dapat membangun karakter anak didiknya agar berperilaku adil kepada siapapun tanpa memandang agama, ras, suku, budaya, dan semacamnya.
Keenam, kepercayaan terhadap diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang memiliki karakter percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah melalui firman Allah SWT: “Maka berlomba- lombalah kamu dalam berbuat kebaikan...” (Al-Baqarah: 148). Firman tersebut menjelaskan agar seseorang percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah dalam berkompetisi pada kebaikan. Tak jauh dari itu, seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter pantang menyerah melalui firman Allah SWT berikut: “Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Dengan demikian, kedua firman tersebut dapat digunakan seorang guru agama Islam dalam membentuk anak didiknya sebagai generasi yang memiliki karakter yang dimaksud sesuai ciri khas Islam.
Ketujuh, kasih sayang, kepedulian dan kerjasama. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter kasih sayang melalui firman Allah swt berikut: “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi kasih sayang bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107). Berawal dari firman tersebut seorang guru agama Islam dapat mengembangkan penjelasan kepada anak didiknya bahwa Islam mengajarkan kepedulian dan kerjasama melalui firman Allah swt: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan ketakwaan dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2). Dengan demikian, seseorang bisa dikatakan memiliki karakter peduli dan mampu kerjasama dengan manusia lainnya apabila dia dapat mengaplikasikan perilaku tolong-menolong (ta’awun) terhadap sesama dalam hal kebaikan dan ketakwaan serta tidak tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Kedelapan,hormat dan santun. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter hormat dan santun melalui sabda Rasulullah saw berikut: “Tidaklah seorang pemuda menghormati kepada orang tua karena tua usianya, melainkan Allah akan membalas dengan penghormatan orang yang menghormatinya karena usianya kelak.” ( HR. Tirmidzi). Berdasarkan sabda tersebut seorang guru agama Islam dapat mengembangkan penjelasan tentang perilaku hormat dan santun melalui beberapa ajaran Islam berikut, di antaranya: QS. Al-Isra: 23 berisi tentang pentingnya perilaku hormat dan santun kepada kedua orang tuanya; QS. Luqman: 18 berisi pentingnya perilaku hormat, santun dan tidak berperilaku sombong terhadap sesama; dan hadist-hadist Bukhari Muslim yang berisi tentang pentingnya berperilaku hormat dan santun terhadap tamu dan tetangga. Selain itu, seorang guru agama Islam dapat mengembangkan cara pembentukan generasi berkarakter hormat dan santun melalui nilai-nilai yang termuat dalam pendidikan agama Islam lainnya.
Kesembilan, kejujuran. Seorang guru agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter jujur melalui sabda Rasulullah saw berikut: “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur...” (HR. Bukhari Muslim). Berdasarkan hadist tersebut seorang guru agama Islam bisa menjelaskan pada anak didiknya bahwa Islam mengajarkan umatnya berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan semua perkara. Tak jauh dari itu, tampak pula bahwa Tuhan memerintah hamba-Nya agar selalu bersama orang-orang yang jujur. Firman Allah swt: “Dan bersamalah kalian dengan orang-orang yang benar atau jujur.” (QS. Taubah: 119). Sebab perilaku dan berteman dengan orang-orang jujur itulah yang dapat membawa kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara dalam kehidupan kini dan mendatang
Demikianlah tawaran tolok ukur yang dapat digunakan seorang guru agama Islam untuk membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter. Selain itu, seorang guru agama Islam dapat pula mengembangkan tolok ukur yang lainnya. Seperti tolok ukur manusia berkarakter yang dikemukakan Tim Penulis Naskah (2010) pada
485 Kementerian Pendidikan Nasional berikut, di antaranya: (1) relegius; (1)
Membentuk Generasi Berkarakter Melalui Pendidikan Agama Islam di Sekolah....
jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) pantang menyerah; (17) peduli lingkungan; (18) peduli sesama. Tak jauh dari itu semua, seorang guru agama Islam dapat mengembangkan berbagai tolok ukur dalam membentuk generasi berkarakter berdasarkan pendapat para pakar lainnya.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru
agama Islam dapat membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter melalui pendidikan agama Islam di sekolah maupun madrasah dengan tolok ukur yang ditawarkan para pakar pendidikan karakter. Apabila seorang guru agama Islam mampu menggali nilai-nilai luhur yang ada dalam pendidikan agama Islam, maka dia akan banyak menemukan berbagai nilai yang signifikan dengan pendapat para pakar pendidikan karakter tersebut. Dengan demikian, pembentukan karakter (character building) melalui pendidikan agama Islam merupakan ciri khas bagi peserta didik yang beragama Islam. Sementara itu, seorang guru agama lain juga berhak membentuk anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter sesuai dengan ciri khas keyakinannya masing-masing. Sebab hal tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 sebagai dasar negara.
DAFTAR PUSTAKA Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. New York: Bantam Book. Megawangi, Ratna. 2016. Membangun SDM Indonesia melalui Pendidikan
Holistik Berbasis Karakter. Makalah diakses dari www.usm.mainc.edu/ psy/gayton pada 10 November 2016.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rahman, Abdul, 2011. Pendidikan Agama Islam & Pendidikan Islam: Tinjauan Epistemologi dan Isi Materi. Jurnal Eksis, 8 (1): 2058.
Tholkhah, Imam, ed. 2011. Buku Pengayaan Guru PAI: Pendidikan Kewarganegaraan, Budaya dan Agama. Jakarta: Kemenag RI.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Tim Penulis Naskah. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur’an Terjemah Per-Kata. Bandung: Syaamil Al-Qur’an.
Menyongsong Generasi Emas Melalui Penanaman Budaya Religius