MENJADI GENERASI ( TIDAK) BERKARAKTER
MENJADI GENERASI ( TIDAK) BERKARAKTER
Erna Pratiwi SMP Al –Ikhlash Lumajang
Ketika mengoreksi tugas siswa klas VII di Sekolah seorang teman guru terhenyak melihat sebuah tulisan yang isinya bikin bulu kuduk kita merinding. Apa tulisan itu?
“Aku bunuh kamu Er!!!” Wali kelas, jelas-jelas merasa horor membaca tulisan itu, mengapa
karena Er itu kebetulan adalah nama depan sekaligus nama panggilan saya sebagai kesiswaan di sekolah kami. Ibu wali kelas ini bertanya- tanya sudah dihukum dengan cara apa siswa itu sehingga begitu dendamnya terhadap saya. Akhirnya dengan berbagai macam pendekatan bu wali kelas ini menggali sedalam –dalamnya mengapa siswa kelas 7 ini sampai menulis kata-kata seperti itu di buku tugasnya. Pendekatan itu membuahkan hasil ternyata nama itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan saya tetapi tetapi nama itu adalah nama ibunya yang kebetulan nama depannya sama dengan saya. Tapi lagi-lagi ibu wali kelas ini semakin heran mengapa anak seusia ini sudah berani mengancam ibunya. Hasil pendekatan kepada siswa tadi ternyata jawabannya adalah dia merasa muak dan bosan terus menerus diomeli. Dilarang ini, itu, dan semuanya serba tidak boleh. Hanya boleh begini dan begitu sesuai keinginan orang tua.
Setelah mengetahui hal itu, ibu wali kelas bercerita panjang lebar kepada saya tentang tulisan itu dan saya menyarankan untuk konsultasi
dengan BK (bimbingan konseling) agar mendapat penanganan yang tepat sesuai Job Desk di sekolah kami.
Pembaca sekalian ini benar-benar terjadi dan baru awal bulan Nopember 2016 terbaca di kelas. Sekolah kami adalah sekolah swasta dengan mengedepankan ISLAMI sebagai Visi paling utama sehingga RPP dan PBM terkonsep dengan tambahan muatan berupa QA (Quality Assurance) sebagai jaminan mutu dalam pembelajaran di sekolah kami. Seperti contohnya kegiatan kami di pagi hari adalah dari siswa dan
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
seluruh komponen sekolah melaksanakan ibadah sholat Dhuha bersama dilanjutkan dengan membaca Al-Quran. Kami berasumsi sebelum membaca apapun, mendengar apapun, dan melihat apapun kami lebih dulu melihat, membaca dan mendengarkan Al-Quran. Dengan harapan segala kegiatan yang kami lakukan selalu diwarnai dan bersumber dari Al-Quran. Tetapi, apa yang bisa kita lihat dari salah satu siswa kami yang meulis ancaman kepada Ibunya?
Masa remaja merupakan peralihan antara masa anak-anak dengan dewasa dimana masa peralihan tersebut biasanya ada batasan usia remaja biasanya ada rentangnya yaitu antara 12 – 21 tahun. Selama periode itu banyak perubahan yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan hormonal dan perubahan fisik. Perubahan hormonal nyatanya amat mempengaruhi perubahan fisik dan kehidupan emosional seseorang. Kita lihat tahapan perkembangan remaja, para ahli Psikologi mengelompokkan menjadi dua, yaitu masa puber (12 – 18 tahun) dan masa remaja adolesen (19 – 21 tahun).
Masa pubertas diawali dengan masa pra puber tas (12-14 tahun) pada masa ini banyak yang akan kita dapati pada saat mengamati mereka ,dan penemuan itu penuh kejutan yang tidak kita sangka – sangka karena mereka telah berubah, mereka bukan lagi “gadis kecil” atau “bocah laki- laki kecil”. Paling tidak itulah menurut mereka. Pada masa ini anak mulai perubahan hormon seksual. Walaupun secara fisik mereka masih terlihat seperti anak-anak, tetapi mereka tidk suka diperlakukan seperti anak-anak. Bisa kita coba dengan berusaha mencium anak laki-laki anda yang berusia 12 tahun di depan teman-temannya. Kemungkinannya adalah dia akan menarik diri dan menatap anda dengan kesal. Padahal satu atau dua tahun lalu dia masih senang dipeluk dan dicium di depan umum. Mereka mulai bersikap kritis terhadap kondisi atau orang – orang yang ada di sekitarnya. Beberapa anak mulai menyukai lawan jenisnya jadi jangan heran kalau ‘gadis kecil’ anda selalu bercerita tentang Adi, teman sekelasnya yang menurut dia pintar.
Masa renajan Awal antara usia (14-16 tahun). Pada masa ini mereka masih mengalami perubahan Hormonal, sementara perubahan fisik mereka semakin kentara. Gadis kecil kita mulai mendapatkan menstruasi dan tubuhnya semakain mekar ,sementara si bocah laki- laki kecil “pecah” suaranya, jakunnya mulai nampak dan mereka mengalami
393 mimpi basah. Perubahan hormonal yang masih terjadi dalam tubuh
Menjadi Generasi (Tidak) Berkarakter
mereka mempengaruhi kondisi psikologis mereka, mereka jadi labil. Perubahan fisik yang terjadi membuat mereka cemas. Terlebih bila wajah mereka mulai berjerawat. Banyak remaja yang sangat merasa terganggu dengan jerawatnya. Hal ini dapat dipahami karena pada masa ini remaja mulai peduli pada penampilannya. Selain itu seringkali mereka menjadi sensitif. Hal-hal sepele/hal kecil begitu mudah membuat mereka tersinggung atau memusuhi anda (seperti kasus ilustrasi di atas) Mereka cenderung memberontak terhadap kita dan terhadap aturan- aturan yang kita buat. Mereka cenderung senang berkelompok (peer group). Remaja merasa mendapat banyak kesenangan dengan kelompoknya , dalam kelompoknya mereka bebas. Solidaritas mereka juga sangat tinggi. Mereka berkelompok kadang memiliki “rahasia”, bahkan bahasa atau sandi – sandi khusus. Tidak jarang gank ini lebih mempengaruhi mereka ketimbang keluarga atau kita sebagai orang tua mereka. Jadi jangan heran kalai mereka mulai sulit diajak menghadiri acara keluarga, mereka sudah asyik dengan kelompoknya bahkan sudah memiliki jadwal kegiatan sendiri dengan kelompoknya.
Akhir masa pubertas masa dialami remaja berusia 17-18 tahun, perubahan fisik mereka mulai matang. Tubuh atau penampilan mereka sudah sama dengan orang dewasa. Pada masa ini anda benar-benar telah kehilangan sosok boch kecil atau gadis kecil anda. Sekarang mereka bisa jadi sudah lebih tinggi, lebih tangkas atau lebih gagah daripada kita. Bahkan mungkin lebih pintar dari kita. Namun secara Psikologis kondisi kejiwaan mereka masih belum matang. Walau kadang- kadang sifat kekanak – kanakan mereka masih sering muncul.
Pembaca sekalian manusia mengalami berbagai tahap perkembangan dalam hidupnya, dalam setiap tahap perkembangan seseorang perlu “mempelajari” beberapa hal agar perkembangannya sempurna. Menurut sorang ahli Psikologi dalam proses perubahan itu perlu mempelajari setidaknya 5 hal yang prinsip, yaitu:
1. Remaja mampu menerima perubahan kondisi fisiknya .
2. Remaja harus dapat bergaul baik dengan teman sejenis maupun lawan jenis
3. Remaja harus mampu menerima kemampuan diri secara positif, dan juga kelemahannya.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
4. Remaja dengan kondisi psikologis yang belum matang perlu selalu didampingi dan diperkuat penguasaan dirinya.
5. Remaja selalu ingin memiliki kebebasan emosional (pada tahapan ini selalu terjadi pertentangan dengan orang tua) sehingga perlu selalu dikomunikasikan.
Bila kelima hal ini kita pahami maka Insya Allah kita tidak akan menjumpai siswa .anak atau remaja kita yang mencoret/menulisi bukunya dengan perkataan penuh dendam kepada ibunya. Banyak orang kurang bersimpati ketika membicarakan remaja. Dalam kepala mereka remaja adalah sekelompok orang muda yang sok tahu, penuh kesombongan, suka coba–coba, banyak tingkah dan menyebalkan. Dr. James E. Gardner, penyusun buku Memahami Gejolak Masa Remaja mendapat komentar dari seorang rekannya, bahwa menulis buku untuk menolong orang dengan anaknya yang masih remaja adalalah isapan jempol belaka, sebab tak ada gunanya. Mengapa timbul banyak sekali masalah pada usia remaja? Apa sebenarnya yang terjadi saat seseorang memasuki dunia remaja?
Dari uraian di atas sudah jelas bahwa pada saat seorang anak mengalami perubahan baik perubahan psikis maupun perubahan hor- monal akibat matangnya organ – organ seksual. Pada diri remaja itu sendiri ada beberapa yang mengalami kebingungan tersendiri. Dan masa ini jelas mereka menghadapi banyak persoalan, merasa ditinggalkan, tidak diperhatikan, selalu dikekang. Kadang, remaja memberikan reaksi terhadap kegalauan dan kegelisahan lewat tindakan. Mereka acapkali berontak dan melawan segala bentuk otorika. Bila tanpa arahan, mereka menjadi bertindak sesuka hatinya dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi dengan kelompoknya.
Lalu bagaimana seharusnya ? Sebenarnya yang dibutuhkan remaja adalah bantuan dan dukungan memasuki masa dewasanya. Perubahan jaman memiliki pengaruh kuat pada diri seseorang baik dalam berpikir, menentukan langkah kehisupan ke depan ataupun berinterkasi dengan sesama. Bagaimana hubungan perubahan masa sekarang dengan para remaja sebagai generasi penerus bangsa. Kita lihat jika dulu perilaku yang tidak sopan berbicara dengan orang tua tanpa memandang wajahnya, maka sekarang hal itu seperti lumrah saja terjadi. Dahulu, saat anggota keluarga berkumpul dalam suasana santai tak mungkin rasanya masing-masing berdiam diri tanpa suara, tapi saat ini hal itu sudah menjadi fenomena, perubahan zaman.
395 Perubahan zaman telah pula mengubah gaya hidup para remaja,
Menjadi Generasi (Tidak) Berkarakter
dimanapun mereka berada, di desa ataupaun di kota besar. Umumnya, para remaja kita sangat akrab dengan mediadan teknologi. Tak heran kemudian pebisnis media dan teknologi melihat kelompok usia remaja sebagai target pasar yang cukup memguntungkan. Kita lihat gaya hidup remaja memang telah berubah. Dulu para remaja lebih banyak mengisi waktu dengan kegiatan–kegiatan bersama teman- teman maupun dengan keluarga. Di rumah, berolahraga, main ini itu atau bahkan belajar bersama. Tapi sekarang mereka justru semakin banyak menghabiskan waktu dengan media dan teknologi. Media ini bisa berupa Internet berupa Fb, BBM, Line, WA, Instagram dan media sosial lainnya. Sedangkan dibidang teknologi remaja kita sangat memahami dan cenderung mahir menggunakan Laptop, HP dan teknologi lainnya.
Persoalannya kemudian adalah muatan yang disajikan dari media dan teknologi yang ada benar-benar telah melenceng jauh dari tujuan pendidikan yang kita harapkan .Kemampuan media untuk menanamkan nilai-nilai baik dan buruk inilah yang membuat kehawatiran banyak kalangan. Sangat wajar dan manusiawi kekhawatiran orang tua terhadap perubahan jaman ini. Tapi kalau kita hanya merasa khawatir saja tanpa melakukan tindakan apapun maka tujuan kita untuk menciptakan remaja yang berkarakter tentunya hanya menjadi angan – angan saja. Lalu apa yang harus kita lakukan. Kalau kita lihat potret remaja saat ini tentunya tidak beda jauh dengan ilustrasi awal yang penulis paparkan. Cerita tentang kebrutalan remaja dan remaja pengguna Narkoba. Banyak penyebab munculnya persoalan yang menimpa remaja, mulai dari media massa yang tidak mendidik, nilai-nilai yang mulai bregeser, sampai konspirasi untuk menghancurkan moral remaja. Di tengah situasi seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi kita, orang tua dan guru, yaitu memberikan bekal yang cukup bagi remaja agar tetap terjaga fitrahnya.
Memberikan bekal merupakan kewajiban orang tua yang mau tidak mau harus dilakukan namun tidak semua orang tua mampu melakukannya dengan baik karena memang tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Mengutip perkataan seorang ahli yang mengatakan bahwa orang tua seringkali tidak mempunyai imu yang cukup bahkan bekal yang cukup untuk menjadi orang tua. Akibatnya kita mendidik anak sepertinya coba- coba saja. Kadang kita mengacu kepada bagiamana orang tua kita dulu mendidik kita. Tetapi ternyata tidak cukup, jadi banyak kekeliruan-
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
kekeliruan yang kita lakukan dalam mengasuh anak- anak kita yang sudah remaja.Hal ini harus disadari dan dibenahi bersama. Untuk membekali remaja kita supaya menjadi remaja yang berkarakter. Hal yang paling penting di perbaiki adalah aspek psikolosial terutama disiplin dan komunikasi. Kenapa Komunikasi, ada yang salah dengan komunikasi kita, setidaknya ada dua kesalahan dalam komunikasi yang kita lakukan yaitu ;
1. Orang tua yang terlalu Sibuk Pada kasus ini sering kali orang tua yang terlalu sibuk cenderung
berbicara serba terburu-buru karena ingin cepat selesai yang hendak dibicarakan. Contoh “Kamu sudah makan belum? ‘Ayo cepat makan!, “ Gimana PR sudah dikerjakan?.” Kamarmu sudah Rapi?
Orang tua menginginkan anak menyeleseikan segala sesuatunya dengan cepat sehingga isi pembicaraan kebanyakan hanya perintah. Kita tidak duduk bersama – sama anak dan berpikir tentang bagaimana cara menyampaikan sesuatu atau keinginan kita kepada mereka dengan baik. Dalam kondisi terburu - buru seperti itu, jangankan untuk mendengarkan perasaan anak, mendengarkan perkataan secara lengkap saja tidak sempat dilakukan. Apalagi sampai membaca bahasa tubuh anak. Sebaliknya, anak juga tidak bisa mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh ibunya. Anak tidak mampu mengingat semuanya karena disampaikan dengan terburu-buru.
2. Kebutuhan dan keinginan Orang Tua berbeda dengan kebutuhan dan keinginan Anak.
Sebelum menyampaikan kepada anak sebaiknya orang tua bertanya dulu kepada dirinya, ini kebutuhan siapa, kebutuhan orang tua atau kebutuhan anak. Menginginkan anak menjadi pintar atau menjadi soleh misalnya adalah kebutuhan orang tua. Oleh karena itu orang tua harus menyampaikan kepada anak dengan baik agar anak juga merasa apa yang disampaikan orang tua adalah kebutuhannya juga. Hal lain yang sering dilakukan orang tua adalah orang tua cenderung memerintah, menyalahkan, meremehkan dan cenderung membanding-membandingkan ketika orang tua bercerita. Gaya seperti ini alih- alih melancarkan komunikasi, tetapi justru membuat komunikasi semakin buruk. Hasil komunikasi yang seperti ini menjadikan anak tidak memiliki konsep diri yang positif. Akibatnya anak akan menganggap dirinya tidak cukup berharga. Konsep diri yang negatif ini sangat beresiko. Mengapa? Jika konsep dirinya negatif mereka menganggap diri mereka tidak berharga.
397 Bekal apa yang harus Kita berikan kepada mereka
Menjadi Generasi (Tidak) Berkarakter
Selain konsep diri yang positif ternyata agar remaja kita berkarakter adalah dibekali dengan sembilan aspek yang menurut bebeapa ahli dan beberapa bacaan yang penulis baca kesembilan aspek itu adalah dimulai dari faktor utama, yaitu Kesehatan, tauhid, ibadah, akhlak, hubungan sosial, emosi, kecerdasan, keterampilan hidup sampai masalah seksual. Remaja harus diberi batasan yang jelas. Mereka harus diberi rambu-rambu yang jelas, mana perbuatan dosa, mana yang tidak. Kehidupan sehari – hari nya harus memiliki batasan – batasan yang jelas dan tegas. Selain itu mereka juga memerlukan penjelasan yang masuk akal dan nalar tentang batasan yang diberikan.
Dalam kaitannya dengan masalah seksual, kita sebagai orang tua harus selalu memperhatikan anak. Pembekalan yang memadai, akan membuat anak-anak siap menghadapi lingkungan di sekitarnya. Dan kita sebagai orang tua tetap tidak melupakan pengawasan kita terhadap mereka. Remaja tidak bisa dilepas sepenuhnya, namun yang mesti diingat, dalam melakukan pengawasan hendaknya orang tua menghindari intimidasi. Remaja tetap harus diperlakukan dengan respect. Mereka tetap harus dihargai hak dan privasinya. Remaja sudah memasuki tahap
7 yang ketiga dari periode pentahapan pendidikan anak versi Ali bin Abi Thalib, yaitu menjadikan menjadikan mereka sebagai teman. Sekali lagi pendekatan pada remaja ini sesungguhnya bukan sekedar mengatakan mana boleh dan mana tidak boleh tetapi harus diberikan pengertian. Sebab, kalau nggak boleh jadinya mereka akan curi-curi. Kita khawatir bisa terjadi double standard (standar ganda), lalu mereka menjadi “munafik”. Di depan orang tua terlihat seperti baik-baik saja, tetapi di luar kita tidak tahu apa yang mereka lakukan. Hemat saya, lebih baik mereka jujur, kita ajak bicara baik-baik apa yang seharusnya boleh dan tidak boleh, mereka tahu atau tidak, apa yang mereka suka dan apa yang tidak mereka suka itu kita bisa bicarakan bersama. Akhirnya upaya seperti itu menjadi sangat bagus, karena kerja sama dengan orang tua juga baik. Artinya, orang tua itu harus sering banyak dialog.
Akhirnya, marilah kita sebagai orang tua jangan sampai kecolongan. Kita sebagai orang tua hanya bisa membekali dengan sesuatu yang kita mampu, artinya sesuai jangkauan kita. Marilah kita selalu mendoakan anak-anak kita supaya mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.
Menyelamatkan Masa Depan Generasi Emas Bangsa
Nilai Balasan Sentuhan Cium Tangan Guru dan Anak terhadap......