23
2 Membangun pengetahuan secara mendalam. 3 Memperlihatkan kemampuan siswa dan menghilangkan kesalahpahaman.
4 Membangun pemahaman konseptual. 5 Mengembangkan kerja tim dan kemampuan bekerja sama.
Selain memiliki kelebihan-kelebihan, model pembelajaran tipe Jigsaw juga memiliki beberapa kekurangan, seperti yang diungkapkan oleh Jill Parker berikut ini:
25
1 Membutuhkan waktu yang lebih lama. 2 Siswa harus dilatih dalam menggunakan metode ini.
3 Membutuhkan jumlah grup yang sama. 4 Dalam pengaturan kelas dapat menimbulkan masalah.
Untuk mengambil manfaat dan mengatasi kekurangan-kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tersebut, maka guru perlu membuat perencanaan-
perencanaan yang sebaik-baiknya, dan juga diperlukan simulasi atau latihan dalam menerapkan model pembelajaran ini.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Kata “hasil” dalam kamus Bahasa Indonesia berarti sesuatu yang menjadi akibat dari usaha. Kata hasil sering dikaitkan dengan kata prestasi, hal ini karena arti prestasi
itu adalah hasil yang telah dicapai. Adapun yang dimaksud dengan hasil belajar sebagaimana dituliskan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer yaitu
“penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui tes”.
26
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
dengan evaluasi hasil belajar baik dengan ulangan maupun tes. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pembelajaran dalam periode tertentu dan merupakan
puncak dari proses belajar.
27
25
http:www.broward.k12.fi.uscistrategies_and_suchstrategiesjigsaw.html
26
Peter Salim dan Yani Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991, h. 359
27
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h. 3-4.
24
Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar menurut penulis merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran sebagai akibat dari perubahan prilaku setelah mengikuti proses pembelajaran berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil belajar itu akan diukur
dengan sebuah tes. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan
perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
28
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil
belajar, yakni a Keterampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni a informasi verbal, b keterampilan intelektual, c strategi kognitif, d
sikap, e keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis besar membaginya membagi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
29
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu peristiwa yang bersifat internal pada diri seseorang setelah meklakukan kegiatan belajar. Suatu
peristiwa ini ditandai dengan perubahan perilaku dan pengetahuan seseorang terhadap apa yang dipelajarinya. Kemudian hasil belajar dapat diperoleh dengan melakukan
proses evaluasi atau penilaian terhadap perubahan perilaku dan pengetahuan tersebut.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Muhibbin Syah terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal faktor dari dalam dan faktor eksternal faktor dari luar.
30
1 Faktor Internal a Faktor Fisiologi
28
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, h. 22
29
Nana Sudjana, loc. cit.
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 132
25
Faktor fisiologi meliputi kondisi fisik dan panca indera. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia
akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b Faktor Psikologi Faktor psikologi meliputi: bakat, minnat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan
kognitif. 2 Faktor Eksternal
a Faktor lingkungan sosial. Faktor lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah dan limgkungan
sosial siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Adapun lingkungan sosial siswa diantaranya
masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Namun lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan letak rumah,
semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
b Faktor lingkungan non sosial. Faktor lingkungan non sosial meliputi kurikulum atau bahan pelajaran, sarana
dan pasilitas, metode pembelajaran, administrasi dan manajemen. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempegaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersifat conserving terhadap ilmu pengetahuan
atau bermotif ekstrinsik faktor eksternal umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seseorang yang
berintelegensi tinggi faktor internal dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya faktor eksternal mungkin akan memilih pendekatan yang lebih mementingkan
kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan siswa
–siswa yang berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan professional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok siswa yang