14
kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Dari sini dapat disimpulkan, dengan pembelajaran kooperatif dapat memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang dan kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk
menghargai satu sama lain.
3 Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana
masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari materi
pelajaran. Mereka juga harus mempelajari keterampilan interpersonal agar dapat bekerja bersama secara produktif. Keterampilan ini dikenal sebagai keterampilan
kooperatif. Lundgren membagi keterampilan kooperatif dalam tiga tingkatan, yaitu:
12
a Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi berbagi tugas, mendorong partisipasi, dan mengundang orang lain untuk berbicara.
b Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi medengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, dan menerima tanggung jawab.
c Keterampilan kooperatif tingkat akhir, meliputi mengelaborasi, memeriksa ketepatan dan menetapkan tujuan.
Keterampilan kooperatif ini bertujuan untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar
anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan.
e. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu: penjelasan materi, belajar dalam kelompok, penilaian, dan pengakuan tim.
13
12
Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 133
13
Sanjaya, op. cit., h. 248
15
1 Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa
akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok tim. Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau
perlu guru menggunakan metode demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih
menarik siswa.
2 Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pembelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-
masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam model pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-
perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial- ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan
akademis, Anita Lie mengatakan bahwa kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan
satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama,
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar peer tutoring dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar
ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru
mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar sharing informasi dan pendapat,
mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
3 Penilaian
Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes
individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes
16
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki
nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
4 Pengakuan Tim
Pengakuan tim team recognition adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih
mampu menigkatkan prestasi mereka.
f. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana telah diketahui bahwa tidak ada satu model pembelajaran pun yang paling baik di antara model pembelajaran yang lain. Demikian halnya dengan
model pembelajaran kooperatif ini, tentu memiliki keunggulan dan kelemahan.
1 Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:
14
a Melalui model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b Model
pembelajaran kooperatif
dapat mengembangkaan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d Model pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggungjawab dalam belajar. e Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif
14
Hamruni, op. cit., h. 129