Belajar Hakikat Motivasi Belajar

pembelajaran motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang tidak akan mampu belajar apabila tidak ada motivasi dalam belajar dan seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak aka nada aktivitas belajar. Oleh karena itu, dapat penulis simpulkan bahwa motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan semangat siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah, karena motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah dipelajari. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. 2 Prinsip-prinsip Motivasi Belajar Motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Terdapat enam prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yaitu: Pertama motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, maksudnya memberikan dorongan agar siswa lebih semangat lagi pada saat belajar. Kedua motivasi instrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar, maksudnya dorongan dari dalam diri sendiri lebih baik dibandingkan dorongan dari luar. Ketiga motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman, karena biasanya siswa lebih mengharapkan hadiah untuk mendorong semangat siswa dalam belajar.Keempat motivasi sangat berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, siswa yang termotivasi akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Kelima motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar,yaitu dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar. Keenam motivasi juga dapat meningkatkan prestasi dalam belajar, karena siswa yang merasa termotivasi akan menghasilkan hasil yang baik. 28 Kegiatan belajar tidak akan dilakukan tanpa adanya suatu dorongan yang kuat baik dari dalam maupun dari luar. Dalam pembelajaran di kelas siswa lebih mengharapkan mendapatkan pujian dan juga hadiah yang menjadi pacuan dalam belajar dibandingkan dengan memberikan hukuman kepada siswa. Karena biasanya hukuman itu membuat siswa menjadi takut dan malas untuk belajar sedangkan dengan memberikan hadiah siswa menjadi termotivasi lagi untuk belajar dengan bersungguh-sungguh sesuai tujuan yang ingin dicapai. 3 Fungsi Motivasi dalam Belajar Motivasi merupakan hal yang penting untuk mencapai hasil belajar yang baik. Adapun tiga fungsi motivasi yaitu pertama mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan yang berupa dorongan. Kedua menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang ingin dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Ketiga menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus 28 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008, Ed. 2, h.152 dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 29 Motivasi belajar dianggap penting didalam proses belajar dan pembelajaran dilihat dari nilai atau manfaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku siswa. Jadi motivasi berfungsi untuk mendorong seseorang berbuat sesuatu yang lebih baik dan motivasi juga dapat menentukan kemampuan siswa dalam belajar. 4 Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar Menurut Wasty Soemanto, “bahwa guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi dalam bimbingan belajar murid”. Maka dari itu penting adanya bentuk-bentuk motivasi tersebut untuk mencapai tujuan karena motivasi belajar itu sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar siswa dalam kondisi tertentu.Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas yaitu: Pertama memberi angka atau nilai kepada peserta didik, biasanya dengan nilai cukup memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasi belajar mereka untuk yang akan datang. Kedua memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa yang berprestasi tinggi sebagai alat dalam memotivasi. Ketiga 29 Sardirman A.M, Motivasi dalam Pendidikan, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2012, Cet. 21, h.85 kompetisi atau persaingan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar lebih semangat dalam belajar. Keempat ego-involment yaitu dengan menumbuhkan kesadaran rasa tanggung jawab pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga membuat siswa untuk bekerja keras, kelima memberikan ulangan biasanya siswa mempersiapkan diri dengan belajar dari jauh-jauh hari dalam menghadapi ulangan, keenam mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil siswa menjadi lebih giat lagi dalam belajar dan sebagai pacuan untuk lebih baik. Ketujuh yaitu pujian dengan memberikan pujian kepada siswa akan membesarkan jiwa seseorang dan ia akan lebih bergairah lagi mengerjakan tugasnya.Kedelapan memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar tat tertib sekolah sehingga dengan hukuman yang diberikan itu siswa tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran lagi. Kesembilan hasrat untuk belajar, hal ini berarti pada diri anak didik yang memang ada motivasi untuk belajar maka tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Kesepuluh minat, seseorang yang berminat terhadap sesuatu aktivitas maka ia akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dan yang terakhir yaitu tujuan yang diakui sebab dengan memahami tujuan yang ingin dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar. 30 Bentuk-bentuk motivasi ini sebagai faktor pendorong siswa untuk lebih semangat belajar lagi dalam melakukan aktivitas belajar di dalam kelas dan juga sebagai cerminan agar 30 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008, Ed. 2, h.158 siswa dapat menjadi siswa yang lebih baik lagi untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran dengan hasil belajar yang lebih baik. 5 Indikator Motivasi Belajar Menurut Uno 2008, indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari „‟dalam‟‟ diri manusia yang bersangkutan. Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi. b Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu. Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa „‟keberhasilan‟‟ anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya. c Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat. d Adanya Penghargaan Dalam Belajar Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti „‟bagus‟‟, „‟hebat‟‟ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak. e Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya. f Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar. 31 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua aspek yang menjadi indikator pendorong motivasi belajar siswa, yaitu 1 dorongan internal: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, faktor fisiologis dan 2 dorongan eksternal: adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif. 31 Budi Wahyono, Indikator Motivasi Belajar, dalam www.pendidikanekonomi .com201410indikator-motivasi-belajar.html?m=1, di akses pada tanggal 27 Juni 2016. 6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan perubahan dalam diri seseorang yang mengalami perkembangan akan tercapainya pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain: Pertama cita-cita atau aspirasi siswa yaitu motivasi belajar yang tampak pada kenginan anak sejak ia kecil, misalnya keinginan untuk bisa berdiri, berjalan, dan juga berlari. Cita-cita timbul ketika perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Cita-cita juga timbul dibarengi dengan perkembangan kepribadian. Kedua kemampuan Siswa, menurut Monks dan Singgih Gunarsa, “kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas- tugas perkembangan”. Ketiga kondisi Siswa yaitu, kondisi siswa yang dimaksud disini meliputi kondisi jasmani dan rohani yang sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Keempat kondisi lingkungan siswa dimana keadaan lingkungan yang baik akan berpengaruh positif terhadap kondisi siswa, yang termasuk kedalam lingkungan siswa, yaitu keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Kelima unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pmbelajaran yaitu pengalaman belajar dan keadaan lingkungan sekitar siswa sangat berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar seperti, perhatian, perasaan, kemauan, ingatan, dan juga pikiran yang ada pada siswa. Keenam upaya guru dalam membelajarkan siswa, guru merupakan seorang pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Upaya pembelajaran guru itu meliputi: pemahaman tentang diri siswa, penguatan materi, serta mendidik siswa dalam belajar. 32 Dari pemaparan diatas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa meliputi cita-cita siswa itu sendiri dan kemampuan, apabila siswa belajar sesuai dengan keinginan dan kemampuannya, siswa akan berhasil dalam belajar karena tidak terdapat paksaan didalamnya. Kemudian, kondisi jasmani dan rohani siswa yang sehat membuat siswa semangat dalam belajar, dan yang terakhir adalah lingkungan sekitar siswa, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Lingkungan sekitar yang baik akan memberikan dampak yang positif pula bagi perkembangan kepribadian siswa. 6 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut De Decce dan Grawford, terdapat empat fungsi guru sebagai pendidik yang berhubungan dengan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan semangat anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insetif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang untuk tercapainya tujuan pengajaran. 33 Kegiatan belajar anak didik tidak terlepas oleh seorang guru bagaimana caranya guru itu menciptakan atau memberikan motivasi dorongan terhadap anak didiknya agar tercapainya tujuan pembelajaran. Motivasi belajar itu dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental pembelajar dalam belajar. Maka 32 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006, Cet. 3, h.97-100 33 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008, Ed. 2, h.169 dari itu dalam pembelajaran perlu adanya motivasi yang berupa dorongan untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran.

4. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang termuat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia mulai dari tingkatan dasar, menengah, hingga tingkat perguruan tinggi. Secara garis besar materi-materi yang terdapat dalam Pendidikan IPS berkenaan dengan kehidupan sosial dalam masyarakat. Berikut ini akan penulis uraikan secara mendalam tentang pendidikan IPS. Ilmu pengetahuan sosial adalah perpaduan dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang ditujukan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan. 34 Beberapa ahli pendidikan di Indonesia juga mengemukakan pengertian IPS, berikut pengertian IPS menurut beberapa ahli; 1 Sistrunk Masson mengemukakan IPS sebagai suatu pengajaran yang membimbing seseorang ke arah menjadi warga Negara yang cerdas, efektif, produktif dan berguna bagi bangsa dan negara. 35 2 Kosasih Djahiri, IPS merupakan ilmu pengetahuan yang menggambungkan cabang-cabang ilmu sosial dengan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan aturan untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. 36 34 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 3. 35 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 6. 36 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006, h.7 3 Muhammad Nu‟man Somantri, Pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah. Dari penjelasan tentang IPS diatas dapat dikemukakan bahwa IPS merupakan perpaduan dari ilmu-ilmu sosial secara umum yang ditarik menjadi mata pelajaran yang lebih simpel dan nyata berdasarkan keterkaitan dalam hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan menjadi lebih konkrit dan tidak sebatas pada kajian-kajian teoritis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan IPS yaitu untuk membantu peserta didik dalam menguasai, memahami, dan mengembangkan kemampuan yang berkaitan permasalahan sosial. Melalui IPS tersebut diharapkan peserta didik dapat berfikir secara rasional dan kritis dalam menanggapi isu-isu sosial dan membuat keputusan berdasarkan pada pengolahan informasi. Dengan demikian peserta didik dapat berpartisipasi sebagai warga Negara sesuai kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu untuk membelajarkan materi IPS yang dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan membuat keputusan publik yang baik, diperlukan tenaga pendidik guru atau dosen yang memiliki kemampuan dan penguasaan dalam mengorganisasikan materi-materi tersebut. 37 Menurut Etin Solihatin, pada dasarnya tujuan dari IPS adalah “untuk mendidik dan memberikan bekal kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan 37 Heni Waluyo Siswanto, Studi Efektivitas Pembelajaran Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, Vol. 17, 2011, h.155 lingkungannya sesuai kemampuan yang ada dalam diri siswa sendiri, serta memberikan pengalaman kepada siswa agar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”. 38 Mengenai tujuan dari pendidikan IPS, banyak para ahli yang mengkaitkannya dari berbagai sudut pandang kepentingan dan penekanan tersendiri. Seperti yang dikatakan oleh Gross bahwa tujuan dari IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society ”. 39 Dalam Kosasih Djahiri mengemukakan 5 tujuan pokok pendidikan IPS sebagai berikut: pertama membina siswa agar mampu memahami pengertian atau pengetahuan ilmu sosial. Kedua membina siswa agar mampu memahami dan menerapkan keanekaragaman keterampilan dalam ilmu-ilmu sosial. Ketiga membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai, menghayati adanya keanekaragaman antar sesama. Keempat mengarahkan siswa kearah yang mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta mengembangkan nilai-nilai yang ada pada dirinya. Kelima membina siswa untuk keikutsertaan dalam berpartisipasi kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara. 40 Berdasarkan definisi beberapa pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan IPS, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai 38 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 15. 39 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 14. 40 Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI PRESS, 2006, h. 13 dengan bakat dan mampu memecahkan berbagai persoalan atau masalah-masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat. c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial Karakteristik pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner. Mata pelajaran IPS di SMPMTs memiliki beberapa karakteristik antara lain: pertamaIPS merupakan gabungan dari unsur- unsur sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, kewarganegaraan, bahkan juga bidang humaniora. Kedua standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik tema tertentu. Ketiga standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial. Keempat standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat dan pengelolaan lingkungan seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. 41 Jadi, mata pelajaran IPS ini merupakan gabungan dari ilmu- ilmu sosial yaitu Sosiologi, Geografi, Sejarah, Ekonomi, Politik, dan sebagainya. Ilmu sosial ini mempelajari tentang kehidupan sosial dalam masyarakat seperti: budaya, bumi, perekonomian masyarakat, dan juga kejadian di masa lampau. 41 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta : Bumi Askara,2010 cet.2, h.174-175

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian terlebih dahulu yang telah meneliti mengenai model Snowball Throwing sebagai model pembelajaran diantaranya: 1. Kusumastuti, mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah dasar di Universitas Muria Kudus dengan skripsi yang berjudul ,” Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Koperasi siswa kelas IV SD 3 Karang Bener Kudus”. Tujuan penelitian mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dan menemukan peningkatkan hasil belajar IPS materi Koperasi dengan diterapkannya model pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK. Hasil penelitian pengunaan model pembelajaran Snowball Throwing menunjukan bahwa hasil dari prasiklus 59,10, dan siklus I sebesar 72,72 siklus II mencapai 95,45. Aktivitas guru dan siswa juga mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran. Aktivitas guru pada siklus I memperoleh persentase 67,9 dan siklus II persentase 83,68 terjadi peningkatan sebesar 15,79, dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas belajar siswa siklus I memperoleh persentase 70,5 dan siklus II 84,5 dengan kriteria sangat baik, terjadi peningkatan sebesar 14 sehingga keduanya dikategorikan Sangat Tinggi. Kesimpulan penelitian ini yaitu setelah mengunakan model pembelajaran Snowball Throwing hasil belajar siswa meningkat dan pencapaian nilai KKM berhasil dengan baik, ini berarti pengunaan model pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan hasil

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Penerapan strategi pembelajaran aktif physical self-assessment terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (penelitian tindakan kelas di kelas VIII-4 SMP PGRI 1 Ciputat)

5 38 299

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

1 7 106

Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Termodifikasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas VII.4 Di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

0 3 6

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI 050688 SAWIT SEBERANG T.A 2013/2014.

0 2 20

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

Penerapan Model Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di Kelas VIII SMPN 49 Bandung.

1 5 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 YEHKUNING

0 0 5

MODEL SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VII-A SMP KARTIKA XII-1

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8