Paradigma Pajanan Merkuri terhadap Pekerja PETI

Hg yang berada di lingkungan. Keberadaan merkuri ini salah satunya dapat disebabkan karena adanya kegiatan PETI. Pada simpul dua, media transmisinya dapat berupa udara, air, tanah sedimen, dan pangan. Orang dapat terpajan uap Hg bila bernafas dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh uap merkuri Hg, menelanmakan makanan atau minum air yang terkontaminasi oleh merkuri Hg, dan melalui kulit yang kontak dengan merkuri Hg. ATSDR, 1999; WHO, 2001; Inswiasri, 2008. Besarnya jumlah kontak yang diterima manusia dari lingkungannya yang mengandung agent penyakit tergantung dari perilaku pemajan, yaitu pada simpul tiga Inswiasri, 2008 Achmadi, 2011. Dalam hal ini variabel pada simpul ketiga dapat berupa: umur, jenis kelamin, status gizi, lama kerja, masa kerja, penggunaan APD, kadar pemakaian merkuri hari, jenis aktivitas PETI, konsumsi ikan, kebiasaan mandi di sungai, konsumsi air yang terkontaminasi merkuri, dan pemakaian kosmetik. Sebagai contoh keterkaitan variabel tersebut terhadap pemajan merkuri, yaitu adanya kontak langsung melalui kulit dalam hal ini dapat terjadi ketika seseorang memiliki kebiasaan mandi di sungai yang telah terkontaminasi dengan merkuri Hg. Untuk mengukur atau memperkirakan besarnya pajanan yang diterima dapat diukur melalui biomarker atau tanda biologi. Biomarker pajanan yang umum dilakukan untuk pemeriksaan kadar Hg salah satunya adalah rambut Inswiasri, 2008. Simpul empat merupakan outcome dari adanya hubungan interaktif antara individu dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya, sehingga menimbulkan kejadian penyakit Achmadi, 2011. Kejadian penyakit yang disebabkan oleh merkuri tersebut, yaitu keracunan merkuri atau tidak. Penetapan kejadian keracunan ini adalah berdasarkan pengukuran pada biomarker berupa rambut pekerja. Setelah hasil pengukuran laboratorium didapat, kemudian kadar merkuri pada masing-masing rambut dibandingkan dengan ketetapan WHO 1990, yang menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam rambut berkisar antara 1-2 mgkg atau 1-2 ppm. Simpul lima merupakan variabel supra sistem yang juga harus diperhitungkan dalam setiap upaya analisis kejadian penyakit Achmadi, 2011. Dalam lingkup kejadian keracunan merkuri akibat dari adanya kegiatan PETI, variabel yang juga harus diperhitungkan dapat berupa kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi baik simpul 1, 2, 3, maupun simpul 4.

2.2.6. Biomarker Pajanan Merkuri

Biomarkers atau biologicalmarkers dapat diartikan sebagai penanda biologis atau jaringan tubuh yang berfungsi untuk mengukur paparan polutan terhadap manusia. Biomarkers merupakan indeks yang sensitif dari paparan merkuri pada masing-masing individu IPCS, 2000; WHO, 2008. Hasil pengukuran merkuri melalui biomarker yang dilakukan pada pekerja dapat memberikan gambaran pajanan atau pemaparan dari suatu hazard, yang dalam hal ini adalah merkuri, terhadap kesehatan pekerja tersebut. Pajanan atau pemaparan akibat kerja tersebut dihubungkan dengan proses kerja yang disebut dengan indeks atau indikator pajanan Idris, 1998. Menurut UNEP dan WHO 2008, biomarkers yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya paparan merkuri terhadap manusia adalah rambut, darah. jaringan dan darah plasenta, urin, kuku dan air susu manusia ASI. Kadar merkuri dalam darah menunjukkan adanya paparan yang baru atau untuk kasus jangka pendek. Hal ini disebabkan karena waktu paruh merkuri dalam darah hanya 3 hari. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan pengambilan sampel sesegera mungkin setelah terjadinya paparan IPCS, 2003. Begitupun halnya untuk darah pada plasenta dan jaringan plasenta yang juga dapat digunakan untuk mengetahui paparan terakhirsaat ini. Untuk urin, merupakan biomarker yang tepat untuk paparan merkuri anorganik, tetapi tidak untuk merkuri organic. Hal ini dikarenakan merkuri organik direpresentatifkan hanya sedikit pada urin IPCS, 2003. Sedangkan, rambut dapat digunakan untuk mengetahui paparan jangka panjang, khususnya untuk methylmercury . Hal tersebut dikarenakan merkuri yang telah berada di rambut tidak kembali lagi ke darah UNEP dan WHO, 2008. Rambut merupakan salah satu jaringan tubuh yang dapat mengakumulasi berbagai logam berat, termasuk merkuri, sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat kontaminasi merkuri di dalam tubuh manusia yang terpapar terus-menerus Tritugaswati et al., 1986; Cakrawati, 2002. Hal tersebut sejalan

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri Dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor

4 43 140

Keracunan Merkuri (Hg) pada Unggas

0 6 64

Analisis residu merkuri (Hg) pada ikan mas (Cyprinus carpio) berdasarkan jarak pusat pencemaran di desa Cisarua, kecamatan Naggung, kabupaten Bogor

0 10 59

Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor )

11 48 219

Pola Kesempatan Kerja di Daerah Pertambangan Emas Gunung Pongkor ( Studi Kasus : Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor )

0 4 10

Analisis buangan berbahaya pertambangan emas di Gunung Pongkor (Studi kasus : Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

0 29 429

Eksternalitas Negatif Pencemaran Sungai Kampar Akibat Kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

0 11 100

Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 89

Studi Pencemaran Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Fe, dan Hg) pada Daun Singkong di Daerah Pengolahan Emas Tanpa Izin, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

0 6 80

Peranan Pemerintah Kabupaten Dalam Penertiban Penambangan Emas Tanpa Izin (Studi : penambangan Emas Tanpa Izin Di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan).

0 0 6