Biomarker Pajanan Merkuri Penambangan Emas Tanpa Izin PETI 1. Definisi PETI

kesehatan pekerja tersebut. Pajanan atau pemaparan akibat kerja tersebut dihubungkan dengan proses kerja yang disebut dengan indeks atau indikator pajanan Idris, 1998. Menurut UNEP dan WHO 2008, biomarkers yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya paparan merkuri terhadap manusia adalah rambut, darah. jaringan dan darah plasenta, urin, kuku dan air susu manusia ASI. Kadar merkuri dalam darah menunjukkan adanya paparan yang baru atau untuk kasus jangka pendek. Hal ini disebabkan karena waktu paruh merkuri dalam darah hanya 3 hari. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan pengambilan sampel sesegera mungkin setelah terjadinya paparan IPCS, 2003. Begitupun halnya untuk darah pada plasenta dan jaringan plasenta yang juga dapat digunakan untuk mengetahui paparan terakhirsaat ini. Untuk urin, merupakan biomarker yang tepat untuk paparan merkuri anorganik, tetapi tidak untuk merkuri organic. Hal ini dikarenakan merkuri organik direpresentatifkan hanya sedikit pada urin IPCS, 2003. Sedangkan, rambut dapat digunakan untuk mengetahui paparan jangka panjang, khususnya untuk methylmercury . Hal tersebut dikarenakan merkuri yang telah berada di rambut tidak kembali lagi ke darah UNEP dan WHO, 2008. Rambut merupakan salah satu jaringan tubuh yang dapat mengakumulasi berbagai logam berat, termasuk merkuri, sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat kontaminasi merkuri di dalam tubuh manusia yang terpapar terus-menerus Tritugaswati et al., 1986; Cakrawati, 2002. Hal tersebut sejalan dengan Soepanto et al. 1992 dalam Cakrawati 2002 yang menyatakan bahwa tingkat kandungan merkuri di dalam rambut merupakan salah satu indicator tingkat kandungan merkuri di tubuh. Selain itu, kandungan merkuri di dalam rambut dapat digunakan untuk menilai kondisi penduduk yang berkaitan dengan pemaparan merkuri. Pada rambut, konsentrasi merkuri dapat meningkat dengan adanya paparan dari uap merkuri di lingkungan. Hal tersebut dikarenakan adanya adsorbsi langsung. Selain itu, pemeriksaan rambut sangat penting dilakukan untuk pajanan metil merkuri dari makanan IPCS, 1990. Menurut WHO 1991 dalam Warsono. S 2000, rambut merupakan media indikator yang berguna untuk menggambarkan orang yang keracunan Hg. Hal tersebut dikarenakan konsentrasi Hg di rambut kepala yang terjadi pada saat pembentukan rambut, setara dengan konsentrasi Hg di dalam darah. Akan tetapi belum diketahui hubungan antara konsentrasi rambut, darah, dan urin. Selain itu, menurut WHO 1996 merkuri juga merupakan indikator spesimen yang sangat baik pada rambut, dibanding logam-logam lain W. Hartono, 2003. Rambut lebih banyak digunakan sebagai indikator akumulasi merkuri. Hal tesebut berdasarkan kadar merkuri dalam rambut yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kadar merkuri dalam urin, keringat, tinja maupun darah. Selain itu, rambut secara unik juga dapat digunakan untuk membedakan antara kontaminasi internal dengan eksternal. Untuk mengetahui adanya kontaminasi internal ditunjukkan dengan rambut bagian dalam yang selalu tertutup rapat oleh pakaian. Sedangkan kontaminasi eksternal ditujukan untuk kontaminasi total, yaitu kontaminasi internal dan eksternal Sasmito dan Kamal, 2002.

2.2.7 Metode Analisis

Terdapat banyak metode yang tersedia untuk menganalisis kadar merkuri dengan menggunakan biomarker yang salah satunya berupa rambut. Beberapa metode yang digunakan, seperti Atomic Fluorescence Spectrometry AFS, Neutron Activation Analysis NAA, dan Cold Vapour Atomic Absorption Spectrometry CVAAS. Akan tetapi, metode yang paling banyak digunakan adalah Cold Vapour Atomic Absorption Spectrometry CVAAS ATSDR, 1999; IPCS, 2003; UNEP dan WHO, 2008. CVAAS ini memiliki sensitivitas yang memadai untuk pengukuran merkuri pada tingkat sub-ppm, juga ke tingkat sub-ppt dibandingkan dengan Neutron Activation Analysis NAA, yang memiliki batas deteksi kurang bagus. Oleh karena tingginya tingkat sensitivitas yang dimiliki oleh CVAAS, maka sampel berupa rambut yang dibutuhkan hanya sedikit beberapa helai saja. Sedangkan, untuk metode Atomic Fluorescence Spectrometry AFS memiliki kelemahan, yaitu memerlukan sampel berupa rambut yang cukup banyak. Sampel yang dibutuhkan untuk dianalisis adalah sekitar 5-10 mg, sedangkan untuk mendapatkan resolusi spasial untuk tujuan biomonitoring, dibutuhkan sekitar 100-150 helai rambut. Besarnya jumlah sampel tersebut dapat mengganggu responden UNEP dan WHO, 2008.

2.2.8. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Menurut Widowati et.al. 2008, upaya pencegahan yang harus dilakukan terhadap pencemaran limbah merkuri sebagai dampak dari kegiatan PETI diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menerapkan sistem pertambangan tertutup dengan tujuan memperkecil keluaran Hg dari dalam tanah. Hal ini adalah sebagai bentuk dari pemilihan teknik penggalian yang ramah lingkungan. 2. Mengganti penggunaan Hg dalam proses pengolahan emas menjadi menggunakan mikroba, contohnya adalah Thiobacillus feroxidans Bapeldada Sulut, 2002. Adapun cara yang perlu dilakukan sebagai bentuk penanggulangan terhadap pencemaran limbah merkuri di lingkungan sebagai dampak dari kegiatan PETI adalah diantaranya adalah sebagai berikut Widowati et.al., 2008: 1. Memindahkan sedimen yang telah tercemar oleh Hg dan mengisolasinya dengan membuat bak pengendap yang selain berfungsi sebagai tempat pengisolasi sedimen, tetapi juga dapat menjadi tempat isolasi bagi material lainnya yang telah tercemar oleh Hg . Untuk uap

Dokumen yang terkait

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri Dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor

4 43 140

Keracunan Merkuri (Hg) pada Unggas

0 6 64

Analisis residu merkuri (Hg) pada ikan mas (Cyprinus carpio) berdasarkan jarak pusat pencemaran di desa Cisarua, kecamatan Naggung, kabupaten Bogor

0 10 59

Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor (Studi Kasus : Desa Cisarua, Malasari, dan Bantarkaret di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor )

11 48 219

Pola Kesempatan Kerja di Daerah Pertambangan Emas Gunung Pongkor ( Studi Kasus : Desa Bantar Karet, Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor )

0 4 10

Analisis buangan berbahaya pertambangan emas di Gunung Pongkor (Studi kasus : Desa Cisarua, Desa Malasari, dan Desa Bantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

0 29 429

Eksternalitas Negatif Pencemaran Sungai Kampar Akibat Kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI)

0 11 100

Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 7 89

Studi Pencemaran Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Fe, dan Hg) pada Daun Singkong di Daerah Pengolahan Emas Tanpa Izin, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

0 6 80

Peranan Pemerintah Kabupaten Dalam Penertiban Penambangan Emas Tanpa Izin (Studi : penambangan Emas Tanpa Izin Di Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan).

0 0 6