xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil MAN 2 Bogor
Lampiran 2 Profil MA Al-Mukhlishin Ciseeng Bogor
Lampiran 3 Data Responden dengan Nilai Angket Variabel X dan Y
Lampiran 4 Angket Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru PPKT
Lampiran 5 Instrumen Wawancara
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 8 Tabel Frekuensi Per Item Variabel X
Lampiran 9 Hasil Analisis Data
Lampiran 10 Tabulasi Angket Lampiran 11 Surat-Surat
Lampiran 12 Foto Pengisian Angket Lampiran 13 Biodata Penulis
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan erat kaitannya dalam sebuah kehidupan. Bangsa-bangsa yang maju dan modern
ialah bangsa yang selalu memperhatikan dan mengutamakan aspek pendidikannya. Karenanya pendidikan salah satu kunci utama kriteria
kemajuan dan kemunduran perkembangan suatu bangsa dan negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
1
Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.
2
Kemudian menurut Muhibbin Syah, pendidikan dapat diartikan sebagai “sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.
3
Selain itu pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah diartikan sebagai “tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1. h. 2.
2
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. 1, h. 204.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003, h. 10.
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
4
Dari berbagai definisi tentang pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang sudah terkonsep
dengan matang untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki setiap anak didik. Pendidikan juga suatu usaha yang dilakukan seseorang melalui
metode-metode tertentu dengan jalan pengajaran dan pelatihan untuk mengembangkan dan menggali setiap potensi-potensi yang ada pada diri
seseorang agar memperoleh pengetahuan yang luas dan sebagai pedoman hidup dalam bersikap dan bertingkah laku di masyarakat. Dengan pendidikan
diharapkan kedepannya menjadi manusia yang sukses dengan tujuan hidupnya yang tinggi sehingga dapat meraih kebahagiaan yang hakiki.
Berbicara mengenai pendidikan sangat erat kaitannya dengan adanya seorang pendidik dan peserta didik. Di sini peranan seorang pendidik lebih
besar, karena kedudukannya sebagai seseorang yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik. Karena
mendidik bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan nilai-nilai saja, tetapi juga dapat mengembangkan dan menggali spiritual keagamaan,
kecerdasan, kecakapan, pengendalian diri, keterampilan dan kepribadian peserta didiknya ke arah yang lebih baik.
Sebagai seorang pendidik guru mempunyai peranan penting di sekolah. Dimana menjadi seorang guru memiliki tugas dan tanggung jawab
yang besar, karena tugas guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi sebagai pengajar, dan pembimbing. Ketiga hal tersebut dapat dilihat perbedaannya,
tetapi tidak bisa dipisahkan karena antara satu dengan yang lainnya saling terkait.
Guru merupakan salah satu komponen yang paling menentukan keberhasilan dalam sistem pendidikan secara menyeluruh. Oleh karenanya
guru memegang peranan utama dalam proses pembangunan pendidikan, sebab guru adalah orang pertama yang berhubungan langsung dengan
4
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 4.
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kemampuan profesional dalam mendidik. Sebagai seorang guru
yang profesional harus bisa menyesuaikan dirinya diberbagai lingkungan agar dapat berinteraksi dengan baik terhadap peserta didiknya. Dimana guru harus
memiliki sikap terbuka kepada peserta didik baik dalam hal positif maupun negatif, berjiwa mandiri agar menjadi contoh untuk anak-anak didiknya, peka
dalam arti memahami kondisi peserta didiknya, dan selalu melihat ke depan untuk perkembangan peserta didiknya.
Seiring perkembangan zaman dalam era modern ini, dunia pendidikan mengalami pembenahan dan perkembangan yang signifikan, ditandai dengan
banyaknya orang yang berlomba-lomba dalam meningkatkan persaingan mutu dan kualitas dirinya. Sehingga secara langsung menuntut semua pihak
diberbagai bidang dan sektor pembangunan untuk meningkatkan kompetensinya.
Dalam dunia pendidikan khususnya guru sebagai tenaga pendidik harus ditingkatkan kompetensinya, yaitu kompetensi guru profesional. Guru
yang profesional adalah guru yang mempunyai kompetensi-kompetensi tertentu dalam mengajar sebagai syarat mampu melaksanakan tugas-tugas
dalam proses pembelajaran dengan tujuan agar menciptakan guru-guru yang berkualitas sehingga terwujudnya pendidikan yang berkualitas pula. Maka
dari itu seorang guru dituntut untuk mempunyai empat kompetensi guru profesional yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang terwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Undang-
Undang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 192005 menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis, profesional,
dan sosial. Keempat kompetensi guru diuraikan sebagai berikut:
1. Kompetensi kepribadian: merupakan kemampuan profesional yang mencerminkan kepribadian mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 2. Kompetensi pedagogis: meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. 3. Kompetensi profesional: merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
4. Kompetensi sosial: kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua
atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
5
Dari empat definisi kompetensi guru profesional di atas, penulis menyimpulkan ketika seorang guru mempunyai kompetensi kepribadian
dalam mengajar, segala bentuk-bentuk tindakan dan perilaku yang dilakukan guru akan sesuai dengan aturan atau norma-norma yang berlaku. Sehingga
mencerminkan suatu kepribadian yang mantap dan bisa menjadi teladan bagi peserta didik.
Kemudian guru juga dituntut kemampuannya untuk mempunyai kompetensi pedagogis, di sini guru harus bisa memahami berbagai macam
karakter anak didiknya, dan harus mempunyai kemampuan dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran agar terbentuknya suasana belajar
yang kondusif. Selanjutnya kompetensi profesional, di dalam kompetensi ini guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas diberbagai
hal dalam proses pembelajaran agar terciptanya peserta didik yang aktif,
5
Syamsul Bahri Thalib, Psikologi Pendidikan: Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, Jakarta: Kencana, 2010, h. 273-276.
inovatif, dan kedepannya diharapkan bisa menjadi penerus bangsa yang berkualitas.
Kemudian yang terakhir kompetensi sosial, dimana dalam kompetensi ini guru harus mampu berinteraksi dengan baik dengan semua orang yang
berhubungan dalam proses pendidikan. Ketika terciptanya komunikasi yang baik tujuan proses pembelajaran yang diharapkan akan tercapai.
Sehubungan dengan apa yang telah diuraikan di atas tentang kompetensi guru profesional, untuk kedepannya diharapkan lulusan tenaga
pendidik harus lebih berbobot dan berkualitas. Maka dari itu calon guru masa depan harus dibekali perangkat kompetensi yang sudah terencana dan
dipersiapkan sematang-matangnya. Lembaga pendidikan guru dalam hal ini sangat berperan penting,
karena harus mampu menyiapkan tenaga guru yang berkompeten agar harapan dan cita-cita bangsa dapat terwujud. Terutama dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru agar profesi keguruan dapat berfungsi dengan sebaik- baiknya sesuai dengan apa yang diharapkan bangsa.
Dengan demikian, berkaitan dengan masalah ini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan LPTK memiliki kepentingan yang sangat besar, yaitu harus membekali lulusannya dengan perangkat
kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan para lulusan dalam upaya lulusannya menjadi pendidik
profesional dan sesuai pula dengan kebutuhan zaman yang selalu berubah. Untuk itu mahasiswa diberi seperangkat pengetahuan dan pengalaman di
lapangan tentang proses atau kegiatan pendidikan lainnya melalui mata kuliah Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT.
Berdasarkan buku panduan Praktik Profesi Keguruan Terpadu bahwa PPKT adalah “mata kuliah intrakurikuler aplikatif dan terpadu dari seluruh
pengalaman belajar ke dalam program pelatihan untuk mempersiapkan mahasiswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan keguruan,
pelaksanaan kegiatan dan administrasi pendidikan, penelitian pendidikan, dan pengabdian kependidikan”.
6
Dengan adanya kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT ini sangat bermanfaat sekali dimana calon guru dilatih dan dipersiapkan untuk
bisa menjadi guru yang profesional dalam hal kependidikan terutama dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Karena guru merupakan salah satu
komponen yang menentukan keberhasilan siswanya dalam proses pembelajaran yang diwujudkan dengan hasil belajar siswa yang memuaskan.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
7
Belajar merupakan usaha yang benar-benar dilakukan seseorang secara sadar melalui apa yang dipelajari di dalam kehidupannya dalam
berinteraksi dengan orang lain dan menyadari adanya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya, yaitu perubahan tingkah laku yang positif.
Dengan belajar yang pada awalnya seseorang tidak bisa menjadi bisa, ketika seseorang itu ulet dalam belajar semakin bertambah pula kecakapannya dalam
melakukan sesuatu. Karena belajar itu sifatnya kontinu, seperti sebuah pribahasa mengatakan tajamnya pisau karena diasah. Yaitu seberapapun pisau
itu tumpul, tetapi karena selalu diasah lama kelamaan semakin tajam. Ibaratnya seperti itulah belajar, jika dilakukan terus-menerus akan semakin
pandai pula kemampuan potensi-potensi yang dimiliki. Hasil belajar peserta didik di sekolah dapat dilihat dari berbagai aspek,
baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama pelaksanaan PPKT, ketika
peserta didik menguasai materi yang diajarkan dalam arti dia mengerti apa yang dijelaskan gurunya, maka akan tampak dari sikapnya yang aktif di kelas,
serta rasa ingin tahu yang besar terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Berbeda dengan peserta didik dimana penguasaan materinya lemah maka
6
Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT, Jakarta: laboratorium FITK UIN Jakarta, 2015, h. 5.
7
Slameto, Belajar Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 2.