pelaksanaan kegiatan dan administrasi pendidikan, penelitian pendidikan, dan pengabdian kependidikan”.
6
Dengan adanya kegiatan Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT ini sangat bermanfaat sekali dimana calon guru dilatih dan dipersiapkan untuk
bisa menjadi guru yang profesional dalam hal kependidikan terutama dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Karena guru merupakan salah satu
komponen yang menentukan keberhasilan siswanya dalam proses pembelajaran yang diwujudkan dengan hasil belajar siswa yang memuaskan.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
7
Belajar merupakan usaha yang benar-benar dilakukan seseorang secara sadar melalui apa yang dipelajari di dalam kehidupannya dalam
berinteraksi dengan orang lain dan menyadari adanya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dirinya, yaitu perubahan tingkah laku yang positif.
Dengan belajar yang pada awalnya seseorang tidak bisa menjadi bisa, ketika seseorang itu ulet dalam belajar semakin bertambah pula kecakapannya dalam
melakukan sesuatu. Karena belajar itu sifatnya kontinu, seperti sebuah pribahasa mengatakan tajamnya pisau karena diasah. Yaitu seberapapun pisau
itu tumpul, tetapi karena selalu diasah lama kelamaan semakin tajam. Ibaratnya seperti itulah belajar, jika dilakukan terus-menerus akan semakin
pandai pula kemampuan potensi-potensi yang dimiliki. Hasil belajar peserta didik di sekolah dapat dilihat dari berbagai aspek,
baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama pelaksanaan PPKT, ketika
peserta didik menguasai materi yang diajarkan dalam arti dia mengerti apa yang dijelaskan gurunya, maka akan tampak dari sikapnya yang aktif di kelas,
serta rasa ingin tahu yang besar terhadap mata pelajaran yang diajarkan. Berbeda dengan peserta didik dimana penguasaan materinya lemah maka
6
Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT, Jakarta: laboratorium FITK UIN Jakarta, 2015, h. 5.
7
Slameto, Belajar Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 2.
sikap yang ditunjukannya akan pasif di kelas, malas-malasan dan tidak terampil dalam belajar.
Banyak metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajar untuk meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa. Calon guru
bisa mengembangkan berbagai kreativitas yang dimiliki masing-masing mahasiswa dengan potensi dan bakat yang berbeda-beda dalam mengajar.
Mengajar bukan suatu pekerjaan ringan, ketika seorang guru atau calon guru mengajar dengan sungguh-sungguh, dengan kompetensi yang ia miliki yaitu
kompetensi kepribadiannya sudah mantap, kompetensi pedagogisnya sudah melekat di dalam dirinya, lalu kompetensi profesionalnya selalu diasah dan
dikembangkan, dan yang terakhir kompetensi sosialnya pun mendukung, maka tidak diragukan lagi hasil belajar atau prestasi siswanya sesuai dengan
apa yang diharapkan. Karena pada umumnya ketika seorang siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, mereka akan memiliki persepsi
positif terhadap kemampuan yang dimiliki guru praktik dalam proses pembelajaran. Dan sebaliknya, siswa akan memiliki persepsi negatif ketika
calon guru yang mengajar tidak diiringi dengan tanggung jawab yang baik, dimana ketika mengajar semaunya, asal-asalan, dan tidak berkompeten.
Bambang Sulistio dalam Samwiel mengemukakan bahwa: “Tingkat ke-profesionalitasan guru di seluruh Indonesia dari segi
kompetensi profesional dan pedagogik yang dilihat dari hasil UKG bisa dikatakan masih rendah. Terbukti dari rata-rata yang dihasilkan
yaitu hanya 40, yang masih jauh dari nilai yang dikehendaki pemerintah yaitu 70 poin. Samwiel mengemukakan bahwa peranan
lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi mempunyai andil yang cukup besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan
meningkatkan kualitas lulusannya terutama calon guru yang profesional”.
8
8
Samwiel Agus Nugraha, 2013, “Penguasaan Computer Pedagogik Mahasiswa Calon Guru Dalam Pelaksanaan Program Pengalaman PPL”, skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung: Perpustakaan UPI, 2013. h. 4.
Mengenai penjelasan di atas, bahwa masih rendahnya kompetensi yang dimiliki guru untuk kedepannya harus dibenahi dengan meningkatkan
kualitas calon guru yang profesional dalam proses belajar-mengajar. Azhar mengemukakan bahwa:
“Mahasiswa calon guru masih menjadi pembicaraan di sekolah tempat mahasiswa praktek mengajar yang dikenal praktek pengalaman
lapangan PPL. Sebagai contoh kasus, Ketua UPT PPL Universitas Negeri Jakarta Fakhrudin Arbah dalam Novenderi mengaku banyak
dapat kritikan dari pihak sekolah tempat mahasiswa praktek pengalaman lapangan PPL. Menurut Fakhrudin Arbah fenomena
yang mesti dibenahi ternyata kualitas mengajar mahasiswa masih rendah, dan sampai sekarang masih banyak mahasiswa yang
mengeluhkan kemampuan mengajarnya. Sebaiknya semua permasalahan ini segera diselesaikan, jangan terus dibiarkan. Hal
serupa juga dirasakan oleh daerah-daerah lain di Indonesia”.
9
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana kompetensi calon guru dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah kaitannya dengan keberhasilan belajar siswa. Untuk dikaji menjadi sebuah judul penelitian, oleh karena itu penulis mengajukan
penelitian skripsi dengan judul: “Pengaruh Persepsi Siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT terhadap
Hasil Belajar Sosiologi Studi Kasus Sekolah MA di Wilayah Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Masih adanya sebagian guru praktik yang kurang berkompeten, dilihat dari keempat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
2. Adanya persepsi siswa yang kurang baik tentang kompetensi guru PPKT dalam kegiatan belajar-mengajar.
9
Azhar, “Kondisi LPTK Sebagai Pencetak Guru yang Profesional”, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 2009. h. 2.
3. Guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT yang tidak profesional akan menyebabkan kegiatan belajar-mengajar tidak efektif
dan efisien sehingga hasil belajar siswa rendah. 4. Pengaruh persepsi siswa MA tentang Kompetensi Guru Praktik
Profesi Keguruan Terpadu PPKT terhadap hasil belajar sosiologi.
C. Pembatasan Masalah
Keterbatasan peneliti dalam segi waktu, tenaga dan biaya, serta untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus dan
terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penelitian dibatasi pada
“Pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT terhadap hasil belajar sosiologi”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka pertanyaan penelitian ini yaitu “Apakah terdapat
pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT terhadap hasil belajar sosiologi?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut maka penelitian ini
mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa MA
tentang kompetensi guru Praktik Profesi Keguruan Terpadu PPKT terhadap hasil belajar sosiologi.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan yang luas mengenai perkembangan pendidikan yang berkaitan
dengan pengaruh persepsi siswa MA tentang kompetensi guru Praktik
Profesi Keguruan Terpadu PPKT terhadap hasil belajar sosiologi. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik, dengan kompetensi guru PPKT yang berkualitas proses belajar-mengajar diharapkan lebih menyenangkan dan
memotivasi siswa untuk lebih giat belajar sehingga hasil belajarnya lebih baik.
b. Bagi guru, sebagai landasan untuk mengukur hasil belajar siswa dilihat dari pengalaman kompetensi guru PPKT dalam kegiatan
belajar mengajar. c. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan pemikiran untuk
kedepannya bahwa pentingnya pengembangan kompetensi guru di sekolah untuk peningkatan hasil belajar siswa.
d. Bagi Lembaga Pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Jakarta sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya agar kualitas calon guru lebih ditingkatkan lagi.
11
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Persepsi Siswa tentang Kompetensi Guru PPKT
1.
Hakikat Persepsi a.
Pengertian Persepsi
Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sejak individu
dilahirkan, sejak itu pula individu langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak itu pula individu menerima langsung stimuli
atau rangsang dari luar dirinya. Dalam rangka individu mengenali stimulus merupakan persoalan yang berkaitan dengan persepsi.
1
Pendapat ini menekankan bahwa terjadinya persepsi dikarenakan ada stimulus atau rangsangan dari luar diri seseorang.
Menurut Desmita persepsi adalah “proses kognitif yang
kompleks untuk menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang realitas yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan
sesungguhnya”.
2
Sedangkan menurut Chaplin dalam Desmita mengartikan persepsi sebagai “proses mengetahui atau mengenali
objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”.
3
Selanjutnya menurut Robins dalam Rafy persepsi adalah “suatu proses cara masing-masing individu mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan.
4
Adapun menurut S arlito, persepsi adalah “proses
perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi
1
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, Yogyakarta : Andi, 2003, h. 53.
2
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, h. 119.
3
Ibid., h. 117.
4
Rafy Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, h. 294.
indrawi”.
5
Pendapat ini menekankan bahwa persepsi adalah suatu proses perolehan dan penafsiran masing-masing individu tentang
suatu informasi yang ada pada indera mereka. Adapun menurut Bimo Walgito, persepsi merupakan “suatu
proses yang didahului oleh proses penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima, yaitu alat indera ”.
6
Menurut Agus Abdul Rahman, p ersepsi adalah “proses
pemaknaan terhadap stimulus. Jika stimulusnya berupa benda disebut object perception dan jika stimulusnya berupa manusia
disebut social perception ”.
7
Sedangkan menurut Ikhwan Lutfi persepsi adalah “pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus indrawi sensory
stimuli”.
8
Dari berberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses
bagaimana seseorang memaknai, memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan suatu stimulus atau informasi melalui alat indera baik
stimulus berupa benda object perception dan stimulus berupa manusia sosial perception.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Sukadji dalam dalam Ikhwan faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:
1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Interpretasi seseorang
tentang apa yang dilihatnya dipengaruhi oleh karakteristik
5
Sarlito W. Sarwono, Eko A. Meinarno, Psikologi Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2011, h. 24.
6
Bimo Walgito, Psikologi Kelompok, Yogyakarta : Andi, 2010, h. 25.
7
Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, h. 79.
8
Ikhwan Lutfi, dkk, Psikologi Sosial, Jakarta: lembaga penelitian uin, 2009, h. 25.
individual, seperti
sikap, motif,
kepentingan, minat,
pengalaman, dan harapan. 2.
Sasaran persepsi, dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. Sasaran persepsi orang dapat disebabkan karena kesamaan,
kedekatan, kebetulan atau penggeneralisasian. 3.
Faktor situasi, misalnya kehadiran seseorang dengan pakaian renang di tepi pantai tidak mengherankan, tetapi bila
berpakaian renang disituasi yang tidak ada hubungannya dengan berenang maka akan sangat menarik perhatian, karena
bukan hal yang wajar.
9
Selanjutnya menurut Bimo Walgito faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:
1. Faktor internal. Keadaan individu sebagai faktor internal
karena apa yang ada di dalam diri individu akan mempengaruhi dalam mengadakan persepsi, baik yang
berhubungan dengan segi kejasmanian maupun dari segi psikologis seseorang.
2. Faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagi faktor
eksternal, karena kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi dan stimulus yang kurang jelas akan
berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Sedangkan lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga
akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia.
10
Menurut Sarlito Wirawan faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:
1. Perhatian
Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita
9
Ibid., h. 26-27.
10
Walgito, op. cit., h. 54-55.