140
Tabe1 4.2. Perbedaan Mekanisme Formal dan Mekanisme Informal
Formal Informal
Lembaga Pengangkatan
Mandat Pendekatan
Sumber Daya Output
Klien Skill
Dewan PemilihanPengangkatan
Luas Konstruktif
Pajak Provisi Pelayanan
Semua Warganegara Kompetensi
LSM?Parastatal Spontan
Spesiik Kritis
Donasi Swasembada
Kelompok Sadaran Semangat
Sumber: RemyProud’homme, “Management of Megacities: he Institutional Dimensions”,
dalam Jefry Stubbs dan Gile Clarke peny. , Megacity Management in the Asian and Paciic Region, ADB-UMP, Mani la,1996, h. 110.
Perbedaan antara mekanisme formal dan informal bukan nya men- jadi langkah awal untuk membuat jurang perbedaan, namun justru
menjalin kerja sama di antara keduanya. Orga nisasi Rukun Tetangga RT yang memiliki mekanisme informal dapat dimanfaatkan
sedemikian rupa guna membantu peme rintah dalam pelayanan publik perkotaan dan sebaliknya.
Jenis koordinasi ketiga adalah koordinasi antara politisi dengan kaum profesi. Politisi yang diangkat melalui pemilihan umum harus
dapat bekerja sama dengan kaum profesi atau birokrat guna menghindari konlik-konlik ideologi, kebijakan dan kepentingan. Dukungan politik
kaum politisi akan menam bah legitimasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kaum birokrat atau profesi tertentu.
Koordinasi internal terakhir adalah koordinasi antar sek tor, yang dipahami sebagai koordinasi kebijakan antar depar temen atau dinas
terkait. Badan Pertanahan Nasional BPN harus melaku kan koordinasi dengan Departemen Dalam Negeri dalam pe ngembangan lahan ter-
padu.
2. Koordinasi Vertikal
Yang dimaksud dengan koordinasi vertikal adalah koor dinasi antar tingkat pemerintahan, terutama pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Beberapa instrumen dan meka nisme yang lazim diterapkan:
141
subsidi, mandat, pembuatan pe tunjuk pelaksanaan dan teknis juklak dan juknis, asas pem bantuan, dan sebagainya. Di Indonesia, hubungan
atau koor dinasi antara pemerintah pusat dan daerah ini dikenal dengan hubungan kewenangan. Sejauh mana pemerintah daerah di berikan
kewenangan untuk mengelola sumber daya dan sum ber dananya di- sebut dengan otonomi. Selain itu dikenal juga pembantuan oleh
pemerintah daerah dalam menjalankan suatu urusan pemerintah atau yang disebut dengan asas tugas pembantuan.
Otonomi yang dimiliki oleh suatu pemerintah kota me nunjukkan cakupan dan keluasan kewenangannya untuk me laksanakan sendiri
urusan-urusan pemerintahan. Urusan-urus an yang lazim telah diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah
urusan keuangan, pekerjaan umum, pendidikan dasar, pertanian, kehewanan, tenaga kerja, dan pertambangan. Di Indonesia, koordinasi
vertikal ini cukup ru mit jika dimasukkan variabel pemerintah propinsi dalam jaringan koordinasi. Sistem pemerintahan tiga tingkat: dua ting-
kat di pemerintahan daerah Propinsi dan KabupatenKota dan satu tingkat di pusat, sering menghambat pemberian otonomi yang lebih
luas kepada pe merintah daerah pada tingkatan paling bawah. Urusan- urusan pemerintahan secara aktual terakumulasi pada Pemerintah
Propinsi.
3. Koordinasi horizontal
Koordinasi horizontal ini mengacu kepada koordinasi an tara unit- unit politik dalam satu kesatuan daerah perkotaan, baik unit politik
pemerintah daerah maupun unit politik pe merintah pusat. Mekanisme koordinasi horizontal ini dinama kan oleh McGee sebagai tipe
manajemen metropolitan yang tidak mempunyai batasan yurisdiksi wilayah tertentu, namun merupakan satu kesatuan. Remy Proud’homme
dalam istilah yang sama menunjukkan bahwa perlunya penguataan lem baga-lembaga pemerintahan yang berskala metropolitan, baik
dalam menjalankan fungsi khusus maupun fungsi umum. Pembedaan fungsi tersebut didasarkan pada jenis pelayanan publik yang menjadi
tanggung jawab lembaga yang terkait, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
142
Tabel 4.3. Dua Jenis Lembaga dalam Skala Metropolitan
Umum Khusus
Tanggung Jawab Jumlah
Wilayah
Hakekat Tugas Badan yang Memerintah
Keuangan Pendekatan
Banyak Satu
Metropolitan
Politis Dipilih
Pajak Administratif
Satu Lebih dari Satu
Berbagi Lingkupan Sesuai dengan Tugas
Teknis Diangkat
Subsidi Lebih pada Aspek Bisnis
Sumber: Remy Proud’homme, 1996, h. 126.
Pemilahan fungsi-fungsi yang dapat dijalankan oleh lem baga pemerintahan di daerah perkotaan bertujuan untuk mem bedakan
secara lebih jelas antara tugas yang dilakukan oleh lembaga yang bersifat umum dan lembaga yang bersifat khu sus. Lembaga umum menjalankan
fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat politis seperti koordinasi, keamanan, ketertiban, dan pembinaan masyarakat. Sedangkan lembaga-
lembaga yang bersifat khusus menjalankan tugas-tugas teknis seperti pem buatan gorong-gorong kota, pengelolaan sampah, air minum,
listrik, telepon, kuburan, dan sebagainya.
Dalam two tier urban system, di mana terdapat distribusi kekuasaan antara unit pemerintahan yang lebih kecil dengan Pemerintah Metro-
politan, pelayanan publik perkotaan diberi kan sesuai dengan ruang lingkup atau wilayah jangkauannya. Dalam kasus kota metropolitan
Toronto, pelayanan publik da lam skala besar disebut dengan pelayanan dalam skala regional yang mempunyai standar yang sama dan akan
lebih efektif bila dilakukan secara regional. Termasuk dalam jenis-jenis pela yanan regional adalah kepolisian, terminal, ambulan, penye rapan
air, dan pengolahan sampah. Sedangkan pelayanan pub lik yang hanya beruang lingkup kota atau berskala kecil serta sangat teknis dan bersifat
lokal dapat ditangani oleh Pemerintah Kota atau unit pemerintah di bawah Pemerintah Metro politan. Pemilahan fungsi-fungsi pemerintahan
antara Peme rintah Kota dengan Pemerintah Metropolitan dapat dili hat sebagai berikut.
143
Tabel 4.4. Distribusi Pelayanan Pubiik antata Pemerintah Kota dan Pemerintah
Metropolitan di Toronto, Kanada
No. Jenis Pelayanan Jenis Urusan
Kewenangan 1.
Pelayanan Masyarakat
Kesejahteraan Sosial Pusat Kesehatan Anak
Pusat Pertolongan Anak Rumah Orang Jompo
Hotel M
M M
M M
2. Keuangan dan
Pajak Pajak Kekayaan
PeminjamanPegadaian Retribusi
A M
M 3.
Kesehatan Pelayanan Kesehatan Umum
Bantuan untuk Rumah Sakit Pelayanan Ambulan
A MA
M 4.
Perumahan Perumahan untuk Penduduk Usia Lanjut
Perumahan untuk Golongan Pendapatan Menengah ke Bawah
M MA
5. Perpustakaan
Perpustakaan Regional dan Referensi Perpustakaan Lokal
M A
6. Izin dan
Pengawasan Izin Usaha
Izin Pemeliharaan Anjing Izin Menikah
Izin Mendirikan Bangunan M
A A
A
7. Perencanaan
Rencana Umum Izin LokasiPrinsip
Zonasi MA
MA A
8. Kepolisian dan
Pemadam Kebakaran
Kepolisian Pemadam Kebakaran
M A
9. Pendidikan
Dana Pendidikan Administrasi
M A
10. Terminal
Terminal Toronto Pelayanan Terminal
M M
11. Rekreasi
Taman-Taman Regional Taman-Taman Kota
Program Rekreasi Pusat Masyarakat
Kursus Golf Kebun Binatang
Stadion Olah Raga M
A A
A M
M MA
144 12.
Jalan Jalan Bebas Hambatan
Jalan Arteri Jalan Lokal
Jembatan Pemindahan Salju
Pembersihan Jalan Garis Sempadan Jalan
M M
A MA
MA MA
MA
13. Limbah
Sistem Sanitari Sarana Pengolahan Limbah
Sistem Koneksi Drainase
M M
A MA
14. Persampahan
Pengumpulan Daur Ulang
Pengolahan A
MA M
15. Lalu Lintas
Pengatur Lalu Lintas Jalan Kaki
Lampu Lalu Lintas Lampu Jalan
Trotoar MA
MA M
MA MA
16. Air Minum
Puriikasi dan Pumping Sistem Distribusi
Distribusi Lokal Retribusi
M M
A A
17. Lain-Lain
Denda Pengumpulan Dana Statistik
Distribusi Listrik Pembangunan Ekonomi
Grant untuk Organisasi Sosial Pelabuhan Laut
Pelabuhan Udara Parkir
Administrasi Pemilu Peningkatan Lingkungan
Tempat Pameran Pelayanan Ferry
MA A
A MA
MA A
A A
A A
M M
Sumber: Robert A Ricardo, “City Study of .Toronto’, dalam Jefry Stubbs dan Gile Clarke, Megacity Management in the Asian and Paciic Region, Vol II, ADB-Press,
Manila, 1995. h. 360
Dengan adanya pemilahan fungsi-fungsi di atas diharap kan tidak ada konlik kepentingan antara Pemerintah Kota dengan Pemerintah
Metropolitan Toronto.
145
c. Kasus Manajemen Tanah Perkotaan Urban Land Management