Kota susunan Pemerintah Kota di indonesia berdasarkan undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

109 memberikan kewenangan pengawasan kepada propinsi sebagai wakil pemerintah terhadap kabupaten dan kota. Kewenangan dirubah men- jadi urusan pemerintahan Pasal 14 ayat 1 adalah: a. perencanaan dan pengandalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah soaial; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan; l. pelayanan kependudukan dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; pelayanan adminis- trasi penamanan modal; n. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan o. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan.

1. Kota

Secara spasial dan demograis, kota adalah wilayah “urban”, yang membedakannya dengan kabupaten yang wilayahnya masih didominasi oleh daerah “rural”. Walaupun dalam UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah tidak ditemukan perbedaannya, namun secara alamiah kita dapat melihat perbedaan antara keduanya. Pemerintah Daerah Kota terdiri atas Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Kota lainnya. Menyikapi perubahan pemerintahan daerah dengan diberlakukannnya UU No. 221999, untuk melaksanakan kewenangan Daerah Kota dibentuklah dinas-dinas dan kantor di lingkungan Pemerintah Kota. Sebagai contoh kita dapat melihat dinas-dinas dan kanor di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta berikut ini: 110 • Dinas Pertanian dan Kehewanan Perda No. 16 Tahun 2000 • Dinas Perekonomian Perda No. 17 Tahun 2000 • Dinas Pengelolaan Pasar Perda No. 18 Tahun 2000 • Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Perda No. 19 Tahun 2000 • Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Perda No. 20 Tahun 2000 • Dinas Kesehatan Perda No. 21 Tahun 2000 • Dinas Pendidikan dan Pengajaran Perda No. 22 Tahun 2000 • Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Perda No. 23 Tahun 2000 • Dinas Pertanahan Perda No. 24 Tahun 2000 • Dinas Tata Kota dan Bangunan Perda No. 25 Tahun 2000 • Dinas Prasarana Kota Perda No. 26 Tahun 2000 • Dinas Kebersihan, Keindahan dan Pemakaman Perda No. 27 Tahun 2000 • Dinas Perhubungan Perda No. 28 Tahun 2000 • Dinas Ketertiban Perda No. 29 Tahun 2000 • Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Perda No. 30 Tahun 2000 • Kantor Penanggulangan Kebakaran Perda No. 35 Tahun 2000 • Kantor Pengendalian dampak Lingkungan Perda No. 36 Tahun 2000 • Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Perda No. 37 Tahun 2000 • Kantor Arsip dan Pengolahan Data Elektronik Perda No. 38 Tahun 2000 • Kantor Pelayanan Pajak Daerah Perda No. 39 Tahun 2000 • Kantor Pemuda, pemberdayaan Perempuan dan Olah Raga Perda No. 40 Tahun 2000 • Kantor Hubungan Masyarakat dan Informasi Perda No. 41 Tahun 2000 Melihat keberadaan dinas-dinas dan kantor di atas, tampak jelas bahwa Pemerintah Kota mempunyai keleluasaan dalam mengatur tata organisasi pemerintahannya disesuaikan dengan kebutuhan kota. Tetapi pemerintah kota masih saja menghadapi berbagai masalah terutama dalam pelayanan publik seperti perumahan, sektor informal 111 dan penanganan kaum miskin perkotaan. Terdapat kecenderungan bahwa masalah-masalah kemasyarakatan yang riil justeru ditangani secara koordinatif antarinstansi, yang pada kenyataannnya sering tidak dapat menyelesaikan masalah. Keleluasaan yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 ternyata menyebabkan terjadi penggemukan jumlah dinas dan lembaga di hampir seluruh daerah. Pemerintah lebih lanjut mengeluarkan regulasi baru yang mengatur jumlah dinas, badan dan kantor dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang membatasi jumlah dinas, badan dan kantor, termasuk di kota-kota.

2. Kawasan Perkotaan