119
vila di ka wasan Puncak. Pemerintah, pihak swasta dan masyarakat sebe- narnya dapat membuat pola kerja sama yang baik. Empat agen da yang
diajukan oleh Tommy Firman dalam dimensi pengem bangan organisasi di kawasan Jabotabek adalah:
1. Sejauh manakah pihak swasta dapat dimanfaatkan untuk men- dorong pembangunan ekonomi dalam kondisi keter batasan
anggaran pembangunan pemerintah?; 2. Bagaimanakah mengembangkan pendekatan manajemen baru
yang dapat mengakomodasi dan mengantisipasi di namika per- tumbuhan ekonomi;
3. Bentuk kerja sama yang bagaimanakah yang dapat dikem bangkan antara pemerintah, pihak swasta dan masyarakat untuk me-
minimalisasi konlik kepentingan; 4. Bentuk desentralisasi yang bagaimanakah yang dapat di limpahkan
kepada Daerah Tingkat II untuk meningkatkan kemampuannya dalam merespons pertumbuhan daerah perkotaan.
E. Pemerintahan di filipina dan Jepang
Kemudian bagaimana dengan pemerintahan di Filipina dan Jepang dalam menata dan mengelola daerah urban mereka? Metro-Manila
Region atau National Capital Region NCR di Filipina secara geograis terdiri dari tujuh kota berdekatan dan sepuluh kotamadya. Luas wilayah
Metro-Manila adalah 636 km
2
dengan jumlah penduduk 8.940.000 pada tahun 1994. Metro-Manila menempati posisi 18 dunia sebagai
metropolis terbesar dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk 3 selama tahun 1990-an. Pertumbuhan isik Metro-Manila dicirikan oleh
pola linier di mana perkembangan mengikuti jalan raya utama. Pada tahun 1995 Metro-Manila Development Authority MMDA didirikan,
dan menetapkan Metro-Manila sebagai pengembangan khusus dan wilayah administratif. Pengambilan keputusan dan pembuatan ke-
bijakan kekuasaan telah diberikan kepada MMDA. MMDA diberikan kekuasaan pengembangan perluasan metro, diawasi dan dikoordinasikan
tanpa berkewajiban terhadap otonomi unit pemerintah daerah. Berdasar kan catatan Oreta, MMDA terdiri dari Dewan Metro-Manila
120
yang terdiri dari walikota dari tujuh kota dan sepuluh kotamadya, Kepala Departemen Transportasi dan Komunikasi, Departemen
Pekerjaan Umum dan Jalan Raya, Departemen Pariwisata, Departemen Anggaran dan Manajemen, Perumahan dan Pembangunan Perkotaan,
Dewan Koordinasi, dan Kepolisian Nasional Filipina. Kepala Depar- tment tidak memiliki hak memilih. Ketua Dewan dan yang diangkat
oleh Presiden tersebut berada dengan pangkat, hak, dan keistimewaan khusus dari seorang menteri kabinet. Ketua dibantu oleh manajer
umum dan tiga asisten manajer umum: satu untuk Keuangan dan Administrasi, satu untuk Perencanaan, dan satu untuk Operasi. Semua
diangkat oleh Presiden. Struktur Organisasi MMDA dapat di lihat pada Gambar. 2.13.
Gb. 2.13. Struktur Organisasi Metro-Manila Development Authority MMDA Sumber ; Oreta 1996, h.166
Laquian mencatat bahwa terdapat lima tingkatan pemerintahan di Metro-Manila. Pada tingkat tertinggi adalah pemerintah pusat dimana
memegang kewenangan yang cukup besar dan kekuasaan sebagai Metro Manila di ibukota negara. Pada tingkat metropolitan, pemerintahan
dilaksanakan oleh Metro-Manila Development Authority MMDA. MMDA bukanlah unit kerjasama dari pemerintah, namun pengem-
bangan khusus dan unit administratif di bawah pengawasan langsung dari Presiden Filipina. Kemudian kotamadya dan Unit Pemerintah
Daerah yang disebut kota masing-masing dipimpin oleh seorang Walikota dengan Dewan Kota yang memiliki lembaga hukum sendiri,
dan barangay atau unit lingkungan dalam Metro-Manila. MMDA ber- wenang terhadap perencanaan, pengawasan, dan koordinasi beberapa
121
pelayanan dasar metro-wide. MMDA menyediakan beberapa layanan dan dapat melaksanakan peraturan yang berhubungan dengan layanan
ini:
• Perencanaan pembangunan • Transportasi dan pengelolaan lalu lintas
• Pembuangan limbah padat dan pengelolaan • Pembaharuan perkotaan, zonasi, dan perencanaan tata guna lahan
• Kesehatan dan sanitasi, perlindungan perkotaan, dan pengendalian
populasi • Keamanan publik
Namun demikian menurut Porio, MMDA memiliki otoritas yang sangat sedikit di lapangan karena tidak dapat menimpa otoritas lokal
dan tidak memiliki sumber daya keuangan. Sementara fungsi metro- wide seperti perencanaan yang komprehensif, kontrol dalam peng-
gunaan tanah, lalu lintas dan manajemen transportasi, pengendalian banjir dan drainase, serta pembuangan limbah padat telah ditempatkan
di bawah yurisdiksi MMDA. Penggunaan lahan harus dikoordinasikan pada 17 kota di Metro-Manila, namun setiap kota bertindak inde-
penden, sehingga koordinasi infrastruktur yang terjadi menjadi buruk. Sisi terang dari Manila adalah keterlibatan masyarakat sipil. Reformasi
politik telah mengukir peran kunci untuk LSM Lembaga Swadaya Masyarakat di Filipina dan untuk Urban People’s Organizations UPOs
dalam membentuk pembangunan perkotaan dan politik.
Vogel mencatat populasi Metropolitan Tokyo di Jepang adalah 12 juta jiwa dan diatur oleh Tokyo Metropolitan Government TMG.
Daerah Metropolitan Tokyo memiliki populasi yang tumbuh sangat pesat selama tahun 1960 hingga 1980-an, namun selama tahun 1990-
an menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Karena konsentrasi berbagai politik, keuangan, perdagaangan, industri dan kegiatan lainnya, setiap
hari masuknya penduduk ke kota dari prefektur sekitarnya menciptakan tantangan besar untuk Tokyo Metropolitan Government TMG.
Setiap hari 2.72 juta populasi datang ke kota Tokyo dari daerah sekitarnya.
Tokyo Metropolitan Government merupakan otoritas khusus dengan pengaturan yang berbeda dari pemerintah daerah lainnya di
122
Jepang. Tokyo Metropolitan Government adalah unit pemerintahan sendiri terdiri dari 23 bangsal khusus entitas umum daerah khusus 39
kotamadya, 26 kota besar dan 5 kota kecil, dan 8 desa. Secara teoritis tidak ada kewenangan pemerintah daerah metropolitan di Jepang.
Tokyo Metropolitan Government memiliki dua sayap pemerintahan, legislatif dan eksekutif. Terdiri dari 127 anggota yang dipilih secara
langsung oleh warga untuk jangka waktu empat tahun. Presiden dipilih diantara anggotanya. Presiden mewakili DPR, dan memiliki komite
yang berbeda untuk hal-hal yang berbeda. Majelis adalah lembaga pembuat keputusan dasar-dasar TMG. Tokyo Metropolitan Govern-
ment juga memiliki Gubernur yang memiliki kontrol keseluruhan urusan-urusan, wewenang dan tanggung jawab untuk menjaga
integritas kolektif administrasi kota. Tokyo Metropolitan Government juga memiliki prinsip-prinsip pemerintahan yang sangat spesiik.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.2. Prinsip-prinsip Spesiik Pemerintahan Tokyo Metropolitan
Government
No Prinsip-Prinsip
No Prinsip-Prinsip
1 Revitalisasi Tokyo
14 Revitalisasi Industri
2 Pembaharuan Perkotaan
15 Mengupgrade Program Sosial
3 Merintis Pembaruan Proyek Perkotaan
16 Reformasi Kesejahteraan
4 Promosi Pariwisata
17 Reformasi Perawatan Kesehatan
5 Kebudayaan Tokyo
18 Reformasi pendidikan
6 Jaringan Asia dari Kota-kota 21
19 Pengukuran Keamanan publik
7 Pembatasan Kendaraan Diesel
20 Pengelolaan Krisis
8 Aksi lingkungan
21 Menjaga Keamanan Pangan
9 Meningkatkan Transportasi
22 Oposisi terhadap Pemindahan Ibukota
10 Perluasan Bandara Haneda
23 Transportasi bebas hambatan yg eisien
11 Yokota berdasarkan Rencana Aksi
24 Supplai Air bersih
12 Halus Tokyo 21: Operasi Expanded
25 Mempertahankan Sistem Pembuangan Limbah
13 Meningkatkan Eisiensi Pelabuhan
26 Pencegahan Kebakaran di Tokyo
Sumber : Talukdes Sirajul Haq. ‘Managing Megacities : A Case Study in Metropolitan Regional Governance in Dhaka, PhD hesis, ISTP, Perth: Murdoch University,
h.124-125. 2006.
Tokyo Metropolitan Government masih harus menanggapi isu-isu keberlanjutan seperti yang terjadi di semua Megacities. Khan men-
jelaskan bahwa masalah sanitasi perumahan dan lingkungan, kebutuhan perlindungan dan bekerja untuk mendesentralisasikan kota dengan
menciptakan sub-pusat, dalam rangka mencapai keseimbangan antara
123
Tokyo dan kota-kota lain dan kota. Meskipun TMG telah diberi tanggung jawab mandat dan strategis untuk pengembangan Tokyo dan
serta mengkoordinasikan kegiatan pembangunan, namun kebutuhan yang dibutuhkan adalah kemampuan meningkatkan koordinasi di
Daerah Metropolitan Tokyo sementara pada saat yang sama juga harus dapat meningkatkan pemerintah daerah yang efektif yang responsif
terhadap warga negara.
Tabel 3.3. Perbandingan Pemerintahan di 4 Kota Besar di Asia
No
Prinsip Tata Kelola
Pemerintahan
institusi PemerintahanPengaturan Kota-kota besar di Asia dan wilayah Perluasan
Metro Manila capital Region
Tokyo Metropolitan
Region bangkok
Metropolitan Region bMR
JAbOdETAbEK Region
1 Daerah geograi
dengan pertanggung
jawaban yang jelas dari
pemerintahan yang mencakup
daerah perluasan Ya.. Metro-Manila
Development Authority
MMDA adalah kekuasaan untuk
merencanakan, mengawasi, dan
koordinasi pengembangan
dan pelayanan dasar metro-wide
Tidak.. Namun Tokyo Metropolitan
Region diperintah oleh sistem
pemerintahan lokal dan luas dan
Mayors Summit Tidak, Bangkok
Metropolitan Region BMR adalah istilah
perencanaan namun belum menjadi
realitas politik Tidak..
JABODETABEK adalah istilah
perencanaan dan hanya ada
direncana pengembangan
metropolitan JABODETABEK
2
Fungsi perencanaan strategis yang dapat
memberikan visi untuk bagaimana
kota dapat mengatasi masalah
penggunaan lahan secara berkelanjutan
Ya, Metro-Manila Development
Authority MMDA Ya, Pemerintah
Pusat dan Tokyo Metropolitan
Government TMG memiliki rencana
strategis untuk seluruh daerah Tokyo
Tidak, Meskipun pemerintah pusat
mempunyai rencana struktural untuk BMR
melalui agen-agen pemerintah pusat
Ya, Bappenas Pemerintah pusat
melalui JABODETABEK,
namun implementasinya hanya
dilakukan pada tingkat Jakarta
3
Fungsi perencanaan hukum yang dapat
mengontrol pengembangan
untuk memastikan ‘kebaikan bersama’
agar konsisten dengan rencana
strategis Tidak, 7 kota dan
10 kotamadya memiliki kekuatan
hukum namun tidak pada level MMDA
Ya, TMG dan Pemerintah daerah
dari Saitama, Chiba, dan Kanagawa
semua mempunyai proses yang
bersangkut paut dengan hukum
Tidak, BMA dan Propinsi Nonthaburi,
Pathumthani, Samut Prakan, Samut
Sakhon, dan Nakhon Pathom memiliki
kekuasaan yang sesuai dengan UU namun
tidak pada BMR Tidak, DKI Jakarta dan
kotamadya Bogor, Bekasi, dan Tangerang
memiliki kekuasaan berdasarkan hukum
namun tidak pada skala regional
4
Fungsi pengembangan
fasilitas yang dapat meningkatkan
koordinasi investasi, kerjasama untuk
struktur infrastruktur dan validasi lokal
Tidak, MMDA memiliki kekuasaan
pengembangan beberapa fasilitas
Sebagian, pertemuan tahunan Walikota
dan proses pemerintahan
nasional Tidak, Lebih dari 50
lembaga berbagi tanggungjawab
perencanaan, pembiayaan, dan
mengelola program-program
pembangunan dan pengoperasian
pelayanan dasar Tidak, hanya prose
pemerintah nasional
124
5
Kekuasaan pengembangan
ulang daerah perkotaan untuk
memandu dan memonitoring lebih
jauh perkembangan di daerah inti
pembangunan kota Tidak,
Pembaharuan kota, zonasi, dan rencana
penggunaan lahan dilakukan oleh
MMDA namun tidak dapat
mengimplementasi Sebagian, TMG
memiliki pertanggungjawaban
pembaharuan perkotaan tanpa
kekuasaan pembangunan kota
Tidak Tidak
6
Proses local yang transparan yang
dapat membantu mendeinisikan
‘kebaikan bersama’ hasil keberlanjutan
dari pembangunan dengan seluruh
pemangku kepentingan
Ya, NGOUPO meningkatkan
kehadiran masyarakat sipil
yang kuat Ya, proses lokal yang
kuat merekatkan kebertetanggan di
pemerintah kota Tidak, hubungan yang
lemah hanya pada masyarakat sipil
Lemah, pemerintah kampung berada di
tempat, namun sering digunakan terutama
untuk administrasi atas bawah
7
Sebuah mekanisme koordinasi untuk
memastikan perencanaan dan
pengembangan yang terintegrasi
Sebagian, MMDA mengkoordinasikan
perencanaan pengembangan
daerah metro-wide tetapi tidak memiliki
kemampuan mewujudkan
sehingga integrasi tersebut hanya
berupa teori Pertemuan Walikota
sekali setahun selama isu daerah
melakukan koordinasi yang
signiikan Ya, Bangkok
Metropolitan Regional Development
Commitee BMRDC mengawasi dan
mengkoordinasikan program-program
pembangunan perkotaan di BMR,
namun tidak di Extended Bangkok
Metropolitan Region Tidak, Bagaimanapun
DKI Jakarta memiliki Dewan Penasehat
yang memberikan saran kepada
Gubernur DKI Jakarta
8 Cara
meningkatkan keuangan untuk
proses-proses di atas termasuk dari
pengembangan lahan
Tidak, Ya, beberapa
mekanisme pembiayaan
menggunakan lahan
Tidak Tidak
9 Hubungan yang
kuat dalam sistem pemerintahan
nasional untuk mengaktifkan
dukungan politik yang baik
MMDA dan Departemen
Perencanaan Ekonomi
Nasional memerankan
peranan yang penting
Ya, TMG dan Pemerintah
daerah dari 3 daerah
administrasi memiliki hubungan
yang kuat pada pemerintah pusat
Tidak, hanya melalui departemen interior
dan kementrian sektoral lainnya
Tidak, hanya sesekali pihak
nasional melakukan intervensi
10 Ketrampilan
profesional dalam keberlanjutan dan
partisipasi local Tidak
Tidak.. Namun Tokyo Metropolitan
Region diperintah oleh sistem
pemerintahan lokal dan luas dan
Mayors Summit Tidak
Tidak
Sumber: Talukdes,Sirajul Haq. ‘Managing Megacities : A Case Study in Metropolitan Regional Governance in Dhaka, PhD hesis, ISTP, Perth: Murdoch University, h.
145-146. 2006.
125 Gb. 2.14. Organizational Structure Of Tokyo Metropolitan Government
126
Catatan:
1. Aprodicio A. Laquian, he Geuernance of Mega-Urban Regions, makalah dipresentasikan
pada International Conference on managing the Mega Urban Regions of ASEAN Countries : Policy Challlenges and Responses, 30 Nov - 3 Dec 1992, Asian Institute of
Technology, Bangkok, 1992. 2.
2. Pornchokchai, S. Global Report on Human Settlements 2003 – City Report: Bangkok.
h., 3-4. 2003. 3.
Robinson, I.M. ‘Emerging Spatial Patterns in ASEAN Mega-Urban Regions: Alternative Strategies’ dalam T.G. McGee dan Ira M. Robinson ed, he Mega-Urban Regions of
Southeast Asia, University of British Columbia, Vancouver. h., 90-1.1995. 4.
Laquian, A. ‘he Governance of mega-urban regions” in he Mega-Urban Regions of Southeast Asia, diedit oleh T.G. McGee and Ira M. Robinson, University of British
Columbia Press, Vancouver, h. 232. 1995 5.
Frederick Gutheim, he Politics of theMetropolis, dalam Harvey S. Perlof, peny., Planning and Urban Community, Pittburgh University Press, Pittburgh, 1961.
6. Jay S. Goodman, he Dynamics of the Urban Government and Politics, Edisi Kedua,
Mac Millan Publishing, Inc., New York, 1980. 7.
Ibid. 8.
G. Shabbir Cheema, Urban Government in Asia, Sage Publication, Baverly Hill, 1989. 9.
Ibid., h. 75 10. Pamudji, Pembinaan Perkotaan, Bina Aksara, Jakarta, 1984.
11. Ira M. Robinson, Emerging Spatial Patterns in ASEANMega-Urban Regions: Alternative Strategies, makalah disampaikan pada International Conference on Managing the Mega
Urban Regions ofASEANCountries: Policy Challenges and Responses, Asian Institute of Technology, Bangkok, 30 Nov - 3 Dec, 1992.
12. Yohanes Basuki Dwisusanto, Alternative Governmental lAdministrative Structures for Land-Use and Environmental Planning in Asian Extended Metropolitan Regions: A Case
Study of fabotabek, Indonesia, Tesis Master, Asian Intitute of Technology, Bangkok, 1990.
13. Ibid 14. Tommy Firman dan Ida Ayu Indra Dharmapatni, Mega-Urban Regions in Indonesia.
he Case of Jabotabek and Bandung Metropolitan; makalah disampaikan pada International Conference on Managing the Mega Regions of ASEAN Countries. Policy
Challenges and Responses, 30 Nov - 3 Dec; 1992, Asian Institute of Technology, Bangkok, 1992.
15. Ibid. 16. Newman, P. and Kenworthy, J. Sustainability and Cities - Overcoming Automobile
Dependence, Island Press, Washington DC. 1999. dalam Talukdes, Sirajul Haq. ‘Managing Megacities : A Case Study in Metropolitan Regional Governance in Dhaka,
PhD hesis, ISTP, Perth: Murdoch University, 2006. 17. Oreta, P.I. ‘City Study of Manila’, 1996, dalam Jefry Stubbs dan Giles Clarke ed,
Megacity Management in the Asian and Paciic Region – Policy Issues and Innovative Approaches, Vol. II, Asian Development Bank, Manila, Philippines
18. Laquian, A. Metro-Manila: People’s Participation and Social Inclusion in a City of Villages http:www.wilsoncenter.orgtopicspubsurbangov.pdf . 2000.
127
19. Porio, E. ‘Urban governance in Southeast Asia: Implications for Sustainable Human Settlements’ in Cities and Governance – New Directions in Latin America, Asia and
Africa, ed dalam Patricia L. McCarney, Centre for Urban and Community Studies, University of Toronto, Toronto. 1996
20. Vogel, R.K.Decentralization and Urban Governance: Reforming Tokyo Metropolitan Government-http:www.wilsoncenter.orgtopicspubsurbangov.pdf . 2000.
21. Khan, S.A. ‘Some notes on planning, development and management of Southeast Asian cities’ in Nagorio Prokton an Urban Afairs Quarterly, Vol. I, No.1 and 2, DMDP,
Dhaka. 1996.
22. Talukdes,Sirajul Haq. ‘Managing Megacities : A Case Study in Metropolitan Regional Governance in Dhaka, PhD hesis, ISTP, Perth: Murdoch University,
2006.
128
129
bAb 4
MANAJEMEN PERKOTAAN
A. Pendahuluan