Kotamadya sejarah susunan Pemerintah Kota di indonesia dari Orde baru sampai Reformasi

104 Selain melaksanakan tugas-tugas otonomi yang dilimpah kan oleh daerah tingkat II di atasnya, kota administratif sebagai wilayah adminis- tratif pun melaksanakan tugas-tugas dekonsen trasi yang termasuk dalam ruang lingkup urusan pemerintahan umum. Urusan ini adalah urusan pemerintahan yang meliputi bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, penga wasan, dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah. Tugas-tugas pemerintahan umum ini dilaksa nakan oleh walikota administratif.

2. Kotamadya

Secara spasial dan demograis, kotamadya adalah wilayah adminis- tratif “urban”, yang membedakannya dengan kabu paten yang wilayah- nya masih didominasi oleh daerah “rural”. Walaupun dari Departemen Dalam Negeri pembedaan antara kabupaten dan kotamadya belum ditentukan secara jelas, na mun secara alamiah kita dapat melihat perbedaan antara ke duanya. Organisasi pemerintah kotamadya di Indonesia dapat di katakan mempunyai susunan yang sama. Pemerintah Daerah Daerah Tingkat II Kotamadya terdiri dari Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Untuk melaksanakan tugas tugas otonomi daerah dibentuklah dinas-dinas daerah. Namun sebagaimana dibahas dalam Bab II, organisasi pemerintah ko tamadya terlalu lambat menyesuaikan diri dengan perkem bangan masyarakat yang ada. Sebagai contoh kita dapat melihat dinas-dinas otonom Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Yogyakarta berikut ini: • Dinas Kesehatan Perda No. 8 Tahun 1985; Dinas Peternakan Perda No. 9 Tahun 1985; Dinas Pertanian Perda No. 10 Tahun 1985; Dinas Pasar Perda No. 1 Tahun 1987; • Dinas Kebersihan dan Pertamanan Perda No. 5 Tahun 1989; • Dinas Tata Kota Perda No. 10 Tahun 1990; • Dinas Pendapatan Daerah Perda No. 10 Tahun 1990; Dinas Kebakaran Perda No. 7 Tahun 1990; • Dinas Pekerjaan Umum SK. Walikotamadya No. OGKD 198G. 105 Melihat keberadaan dinas-dinas otonom di atas, tampak jelas bahwa beberapa dinas seperti Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan kurang relevan keberadaannya di suatu kota madya. Seharusnya dinas- dinas otonom yang bertugas mem berikan pelayanan publik kepada masyarakat kota dapat di pertimbangkan untuk dibentuk. Pelayanan- pelayanan publik seperti perumahan, sektor informal dan penanganan kaum miskin perkotaan memerlukan pengelolaan serius dan me nuntut dibentuknya organisasi tersendiri yang dapat me mecahkan masalah tersebut. Terdapat kecenderungan bahwa masalah-masalah kemasya- rakatan yang riil justru ditangani se cara koordinatif antarinstansi, yang pada kenyataannya sering tidak dapat menyelesaikan masalah. Seperti masalah sektor informal di Kotamadya Yogyakarta, yang ditangani secara ko ordinatif antarinstansi antara lain oleh Bagian Perekonomian, Dinas Sosial Daerah Tingkat I, dan Dinas Pekerjaan Umum.

3. daerah Khusus ibukota Jakarta