243
melibatkan perencanaan ekonomi, sosial, dan politik yang hal ini akan dibahas tersendiri.
b. Tujuan-tujuan Perencanaan lahan
Suatu rencana kota harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas. Perencanaan penggunaan lahan land-use plan meru pakan inti dari
perencanaan kota. Dengan menggunakan teori sistem, F. Stuart Chapin dan Edward Kaiser
10
menggambarkan bahwa kota digambarkan sebagai sebuah sistem yang di da lamnya terdapat aktor-aktor dan sub-sistem
yang berinteraksi satu sama lain, yaitu sistem aktivitas activity system, sistem pembangunan lahan land development system, dan sistem
lingkungan environmental system.
Sistem aktivitas atau kegiatan adalah cara individu atau lembaga- lembaga mengorganisasi kegiatan-kegiatan mereka sehari-hari di atas
basis kebutuhan manusia human needs dan berinteraksi dalam waktu dan ruang. Wuiud nyata dari interaksi yang berlangsung di antara
mereka adalah adanya sistem transportasi dan media massa. Sistem transportasi me nunjukkan adanya sistem pengaturan pergerakan
manusia dari satu titik ke titik lain atau dari satu lokasi ke lokasi lain. Jarak sebuah sekolah dasar dari lokasi pemukiman, misalnya, meng-
hendaki adanya pembangunan jalur transportasi di antara ke duanya. Semua aktivitas lembaga dan individu dalam ruang kota merupakan
kegiatan yang kompleks dan tergantung satu sama lain, yang di hubung- kan oleh sistem transportasi kota.
Secara jelas kita dapat mendeskripsikan sistem kegiatan sebagai berikut:
Agen Sistem Aktiitas
Individu dan Rumah
Tangga Aktiitas Kerumahtanggaan, seperti tidur, makan, belanja, merawat
anak, membersihkan pekarangan, dan sebagainya. Aktiitas Sosialisasi, seperti kegiatan keagamaan, pendidikan anak,
upacara keluarga, kegiatan organisasi, dan sebagainya. Interaksi Sosial, seperti mengunjungi tetangga, pertemuan rukun
tetangga, bertamu resmi, dan sebagainya. Aktiitas Rekreasi, seperti olahraga, menonton televisi,membaca,
dan sebagainya.
244 Perusahaan
Lembaga- Lembaga
Kegiatan Produksi Barang, seperti ekstraksi atau pengolahan, transportasi, distribusi, dan lain-lain.
Kegiatan Produk Jasa, seperti pelayaran jasa kepada individu atau lembaga.
Aktiitas Pengembangan Manusia, seperti lembaga-lembaga agama, lembaga pendidikan, rumah sakit, dan lain-lain.
Aktiitas-aktiitas yang berkaitan dengan pelayanan sosial dasar, seperti kepolisian, pemadam kebakaran, air minum, listrik, dan
sebagainya. Aktiitas-aktiitas untuk kesejahteraan golongan-golongan
masyarakat tertentu, seperti kelompok profesional, kelompok politisi, kelompok pekerja sosial, kelompok buruh, dan sebagainya.
Selanjutnya, konigurasi sistem pembangunan lahan mem fokuskan pada proses konversi atau rekonversi ruang untuk kebutuhan manusia.
Digambarkan oleh Chapin dan Kaiser
11
bahwa aktor atau agen pem- bangunan lahan meliputi pemilik lahan land owner, pengembang
developer, konsumen, lembaga keuangan inancial intermederiaries dan instansi pe merintah, dengan peran-peran sebagai berikut:
Agen Sistem Aktiitas
Pemilik lahan Pengembang
Konsumen Lembaga Keuangan
Instansi Pemerintah Pemasaran lahan penawaran, penaksiran harga atau
penyewaan Konversi atau rekonversi lahan mencari lahan untuk
pembangunan, pembebasan, pembiayaan dan sebagainya Pembelian atau penyewaan
Pembebasan lahan dan pembiayaan transaksi pembangunan lahan
Mengatur proses pembebasan dan pembangunan lahan, penyediaan infrastruktur, pengawasan, dan sebagainya
Sistem konigurasi ketiga adalah sistem lingkungan yang mencakup lingkungan abiotik dan biotik, yang secara keselu ruhan menunjang
proses kehidupan manusia. Agen ling kungan dan sistem lingkungannya dapat dilihat sebagai berikut:
245 Agen
Sistem Aktiitas Biotik-Binatang dan
Tumbuhan Abiotik-Air, Udara dan
Benda Proses ekosistem energi emngalir dari matahari ke
tumbuhan, melalui jaringan makanan dan seterusnya Sistem Hidrologi
Sistem Udara Sistem Geologis
Dengan melihat sistem dan sub-sistem yang ada di da lamnya, maka dapat dipahami bahwa perencanan guna lahan merupakan proses
yang kompleks, yang menyinggung kepen tingan banyak pihak yang terlibat di dalamnya, di mana setiap individu atau lembaga mempunyai
kepentingannya sendiri dan saling berhadapan. Dalam hal ini pemerintah berfungsi sebagai pengatur dan pengartikulasi kepentingan
umum. Oleh karena itu, struktur ruang kota dirumuskan oleh Chapin dan Kaiser sebagai:
“urban spatial structure is a conjuncting outcome of the functioning of market and political processes, the one providing the means by which
individuals, irms, and institutions pursue their self interest, and the other, the means by which government articulates and pursues the
common interests.
“Struktur ruang kota adalah produk dari proses berfungsinya pasar dalam politik, yang mana individu, perusahaan dan lembaga-tem-
baga lain berusaha membela kepentingannya sedangkan peme rintah berfungsi mengartikulasikan kepentingan umum.
Pemerintah, dalam hal ini, berfungsi sebagai pengatur segala kepentingan yang saling berbenturan dan mengartiku lasikan
kepentingan-kepentingan umum dalam rencana guna lahan. Kepentingan-kepentingan umum public interests yang bagaimanakah
yang harus diartikukasikan oleh pemerintah? Kepentingan-kepentingan umum tersebut adalah:
• Kesehatan dan keselamatan; • Kenyamanan;
• Eisiensi; • Kualitas lingkungan;
246
• Keadilan; • Ketenangan.
Dalam konteks Indonesia, interaksi sosial atau integrasi sosial antar kelompok etnik yang ada harus menjadi pertim bangan penting.
Kesehatan dan keselamatan penduduk merupakan unsur kepentingan umum yang harus dipertimbangkan dalam penyu sunan
rencana guna lahan. Secara geologis, seluruh lahan di suatu kawasan kota atau perkotaan mempunyai karakteristik geologis yang beragam.
Lahan-lahan yang terletak di bantaran atau daerah aliran sungai DAS mempunyai ciri-ciri khas, yang mempengaruhi habitat yang tinggal di
sana. Daerah ini mempu nyai ciri-ciri geologis, seperti rawan banjir, tingginya tingkat reservasi air tanah, dan lain sebagainya. Rawannya
suatu daerah terhadap banjir menyebabkan daerah tersebut secara nyata merupakan daerah yang tidak aman untuk tempat tinggal atau pe-
mukiman. Dalam penyusunan rencana guna-lahan, studi -studi geologis pendahuluan sangat berguna untuk memberikan rekomendasi kepada
perencana kota untuk mengalokasikan zona-zona mana saja yang aman untuk pemukiman. Suatu kota yang terletak di tepi pantai atau sungai
mempunyai struktur geologis yang khas dan mempengaruhi jenis-jenis penyakit yang diderita oleh penduduknya. Penyakit malaria, kolera,
dan sejenisnya merupakan pertimbangan-pertimbangan penting yang harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah suatu
kawasan layak menjadi kawasan pemukiman. Struktur geologis tepian sungai pun akan mempengaruhi sistem jaringan drainase, yang berbeda
dengan kota yang terletak di daerah pegunungan. Jaringan drainase yang dibangun akan membutuhkan dana yang lebih besar, karena
kecilnya gravitasi air.
Kenyamanan merupakan aspek kedua yang penting da lam peren- canaan guna lahan. Yang dimaksud dengan kenya manan di sini adalah
adanya pertimbangan yang matang dalam mengalokasikan wilayah kota zonasi atas kawasan industri, kawasan pemukiman, kawasan per-
kantoran, kawasan perto koan, kawasan fasilitas sosial, kawasan rekreasi, dan sebagai nya. Penentuan masing-masing kawasan zona selain dida-
sarkan pada studi geologis tanah, juga didasarkan pada kenya manan manusia yang menggunakan ruang kota. Keterjang kauan penduduk
247
yang tinggal di kawasan pemukiman dengan kawasan pertokoan dan fasilitas sosial harus menjadi pertim bangan penting. Demikian pula
jarak antara kawasan pemu kiman dengan kawasan industri. Jarak yang terlalu dekat antara dua kawasan tersebut akan mengakibatkan dampak
negatif terhadap penduduk, terutama dampak lingkungan dari limbah padat dan cair atau polusi udara yang ditimbulkan dari suatu kawasan
industri. Kawasan atau zona penyangga bufer zone biasanya diperlukan untuk mengimbas dampak negatif dari limbah industri yang terletak di
antara kawasan pemukiman dan kawasan industri.
Eisiensi merupakan satu aspek penting dalam peren canaan guna lahan. Yang dimaksud eisiensi di sini adalah selisih optimal antara
input dengan output. Dalam perencanaan ruang, deinisi ini sudah tentu sulit untuk diterapkan secara pasti. Namun, prinsip minimalisasi
biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dan penduduk harus menjadi pertimbangan utama. Distribusi kawasan pertokoan atau fasilitas sosial,
sebagai con toh, harus mempertimbangan keterjangkauan accessibility penduduk dari kawasan pemukiman tertentu. Semakin jauh jarak yang
harus ditempuh, maka semakin besar pula biaya dan waktu yang harus dikeluarkan. Dalam tinjauan ini, peren canaan sistem transportasi
sebagai suatu unsur perencanaan tata ruang merupakan unsur yang sangat penting untuk men capai tingkat eisiensi pergerakan penduduk
dari satu titik ke titik lain.
Kualitas lingkungan menjadi pertimbangan penting pula dalam perencanaan tata guna lahan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
dari adanya suatu kawasan industri menjadi pertimbangan penting sebelum ditentukan suatu kawasan menjadi kawasan industri atau
tidak. Aliran udara, aliran limbah cair, dan lokasi pembuangan atau peng olahan limbah padat hen daknya dijadikan pertimbangan serius.
Studi-studi hidrogeologi dan lingkungan merupakan studi yang harus dilakukan.
Aspek keadilan yang dimaksud adalah adanya peme rataan bagi semua golongan masyarakat untuk memanfaatkan ruang yang ada.
Menteri Dalam Negeri Rudini sewaktu membuka Seminar Internasional mengenai Manajemen Perkotaan di Surabaya, Mei 1992, menekankan
perlunya penyusunan tata ruang yang demokratis, yaitu pelibatan sebanyak mungkin kalangan masyarakat untuk membahas rencana
248
penentuan fungsi tanah dan juga air di perkotaan. Dengan demikian, kepentingan sebanyak mungkin pihak tertampung dan rencana tata
ruang yang ditetapkan juga akan lebih baik.
13
Ramlan Sur bakti mengata kan bahwa setidak-tidaknya output tata ruarig yang demokratik
meliputi tiga hal. Pertama, distribusi barang dan jasa yang menyangkut kebutuhan utama necessities, se perti perumahan, pekerjaan, dan
fasilitas pendidikan dan ke sehatan yang merata kepada semua warga kota. Kedua, proses pembebasan tanah tidak hanya harus transparan
dan melibat kan pihak yang independen, tetapi juga harus dapat meng- angkat derajat hidup pemilik tanah menjadi lebih baik. Ketiga,
penyediaan ruang publik public space yang memadai, baik untuk anak-anak dan remaja maupun bagi orang dewasa.
14
Adanya partisipasi politik para warga kota dalam penyu sunan rencana kota akan membawa dampak positif terhadap output yang akan
dihasilkan. Warga kota harus mengetahui wawasan masa depan kota yang mereka tempati, yang dapat memenuhi kebutuhan material dan
non-materialnya. Semua golongan masyarakat perlu dilibatkan se- demikian rupa dalam proses ini. Segregasi sosial dalam pemanfaatan
lahan harus dihindari. Integrasi sosial perlu dilakukan sedemikian rupa, dimulai dengan alokasi lahan yang relatif merata kepada semua
golongan masyarakat, baik berdasarkan etnik maupun berdasarkan strata ekonomi.
Ekslusivisme beberapa pemukiman di kawasan Jabotabek yang hanya dihuni oleh golongan minoritas Cina menunjukkan adanya
ketidak beresan dalam perencanaan dan pemanfaatan lahan. Walaupun proyek perumahan tersebut dibangun oleh perusahaan swasta, namun
pemerintah kota dapat mengatur sedemikian rupa bahwa pemanfaatan ruang harus diintegrasi kan ke dalam perencanaan sosial
c. faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan, Kota di Negara berkembang