Kota Administratif sejarah susunan Pemerintah Kota di indonesia dari Orde baru sampai Reformasi

99 menyebabkan polusi udara dan ineisiensi mobilitas horisontal yang dilakukan penduduk kota. Dalam konteks ini, maka pemerintah kota mempunyai peranan yang penting untuk melakukan intervensi pasar guna meluruskan mekanisme yang ada guna kepentingan masya rakat yang luas. Dengan demikian, susunan organisasi mana yang ideal sangat ter- gantung pada situasi ekonomi dan politik dari negara yang bersangkutan serta kepentingan untuk merespons tan tangan yang dihadapi. Organisasi yang kaku harus diubah sede mikian rupa menjadi organisasi yang dinamis. Analisis mana jerial pada bab selanjutnya kiranya dapat menjawab susunan pemerintahan yang manakah yang efektif dan eisien dalam mewujudkan tujuan pemerintahan kota.

c. sejarah susunan Pemerintah Kota di indonesia dari Orde baru sampai Reformasi

Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 ten tang Pokok- pokok Pemerintahan di Daerah ditetapkan bahwa wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam Daerah-dae rah Otonom dan Wilayah Administratif. Sedangkan pasal 3 menyebutkan bahwa daerah-daerah otonom yang dibentuk dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi tersusun atas Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II. Dalam rangka pelak sanaan asas dekonsentrasi, wilayah negara dibagi atas wilayah- wilayah administratif, dari tingkat yang paling tinggi, yaitu Pro pinsi, Kabupaten atau Kotamadya, dan Kecamatan. Dalam pasal 72 ditentukan lebih lanjut bahwa apabila dipandang perlu, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya, dalam wilayah Kabupaten dapat dibentuk Kota Administratif.

1. Kota Administratif

Suatu wilayah kecamatan dapat dinaikkan status menjadi kota administratif, jika secara faktual wilayah tersebut telah menunjukkan ciri-ciri sebagai “kota’”. Direktorat Jendral De partemen Pekerjaan Umum memberikan beberapa kriteria da lam mengkategorikan suatu pusat pemukiman menjadi suatu kota sebagai berikut: 100 a Kriteria Administratif. Ini merupakan kelanjutan dari kebi- jaksanaan pemerintah Hindia Belanda, dalam bentuk kotapraja dahulu. Menurut kriteria ini, maka DKI Jakarta dan semua kotamadya dengan sendirinya dianggap suatu kota. Tapi karena perkembangan keadaan, banyak kotamadya yang perkembangannya sangat lambat dan tidak sesuai lagi dengan kondisi sekarang. Walau pun demikian, statusnya sebagai kotamadya tetap dipertahan- kan. Dengan meningkatkan perkembagan sector pemerintahan, maka ibukota propinsi dan ibukota kabupaten dewasa ini telah tergolong sebagai kota. Disamping itu, beberapa kota yang tidak termasuk golongan atas telah berkembang dengan pesat pula Hal ini disebabkan antara lair oleh perkembangan daerah belakangnya, perk:embangan karena potensi yang ada di kota itu sendiri, a.tau pengarur dari perkernbangan yang pesat dari kota besar di seki- tarnya. Kota-kota tersebut adalah Cimahi, Bitung, dan Ta sikmalaya, yang kemudian diberi status Kota Administratif b Kriteria Ekonomi. Kriteria ini menyangkut perkembangan ekonomi, sehingga membedakannya dengan daerah yang bersifat rural. Ciri-ciri yang biasa digunakan adalah: 1 ting kat kegiatan non-pertanian dan tingkat jasa-jasa publik. Struktur ekonomi di daerah urban lebih tidak tergantung pada sektor pertanian; 2 di daerah perkotaan, pertanian dipusatkan pada tanaman komersial sesuai dengan ke inginan pasar; 3 di kota sangat menonjol peranan sektorjasa dalam ekonomi urban, yang tidak terdapat dalam ekonomi rural. Ini sesuai dengan diferensiasi pekerjaan yang semakin kompleks dalam perkembangan ekonomi modern. c Kriteria jumlah dan kepadatan penduduk. Sampai saat ini, tidak ada standar khusus mengenai jumlah penduduk suatu pusat pe- mukiman untuk digolongkan sebagai dae rah urban atau dijadikan suatu kota. Dalam studi ini dite tapkan bahwa suatu daerah dapat disebut kota di luar pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok apabila berpen duduk minimal 10.000. Sebagai patokan, Jawa, Madura, Bali dan Lombok ditentukan batas 20.000 ke atas. d Kriteria sosial dan prasarana isik. Di samping kriteria di atas, terdapat pusat urban yang boleh jadi tidak memenuhi kriteria- 101 kriteria tersebut, namun tetap memiliki kondisi untuk dijadikan daerah urban Susunan pemerintahan kota administratif dibentuk berda sarkan pada peraturan pemerintah pembentuknya. Selanjutnya, melalui surat keputusan gubernur dari masing-masing daerah ditentukan struktur organisasi dan tata pemerintahan kota ad ministratif. Sebagai contoh, Kota Administratif Dumai yang struktur pemerintahan dan tata kerjanya ditentukan melalui Surat Keputusan Gubernur Riau Nomor 257XII1979 tertanggal 1 Desember 1979 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Kota Administratif Dumai dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Riau Nomor 136V1980 ter- tanggal 30 Mei 1980 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Se- kretariat Wilayah Kota Administratif Dumai. Berdasarkan dua Surat Keputusan tersebut, dapat diklasii kasikan unsur-unsur pemerintahan Kota Administratif Dumai yang terdiri dari: a Pimpinan Pemerintah adalah Walikota Dumai; b Pembantu Pimpinan adalah Sekretaris Kota Administratif, yang membawahi: b.1. Sub Bagian Pemerintahan; b.2. Sub Bagian Pembangunan; b.3. Sub Bagian Perekonomian; b.4. Sub Bagian Administrasi Umum; b.5. Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian; b.6. Sub Bagian Keuangan, c Unsur Pelaksana, yang terdiri dari: c.1. Suku Dinas Pekerjaan Umum; c.2. Suku Dinas Pertanian; c.3. Suku Dinas Kesehatan; c.4. Suku Dinas Pendapatan Daerah; c.5. Markas Pertahanan Sipil; c.6, Seksi Pembangunan Desa; c.7. Seksi Agraria; c.8. Seksi Sosial Politik. d. Pemerintahan Kecamatan 102 Gb. 2.7. Susunan Pemerintahan Kota Administratif Dumai Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa susunan pe merintahan kota administratif berbeda-beda satu dengan yang lain sesuai dengan surat keputusan gubernur dari propinsi kota yang terkait. Untuk sekadar melihat perbedaan tersebut, Kota Administratif Dumai dapat dibandingkan dengan Kota Administratif Purwokerto. Kota Administratif Purwokerto di bentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah PP No. 36 Tahun 1982 tentang Pembentukan Kota Administratif Purwokerto. Pasal 8 PP ini menentukan bahwa perincian struktur organisasi pemerintahan Kota Administratif Purwokerto ditentukan lebih lanjut oleh Menteri Dalam Negeri dengan memperhatikan ke butuhan dan kondisi serta situasi yang bersangkutan, setelah mendapat persetujuan temalis dari Menteri Penertiban dan Pen dayagunaan Aparatur Negara. Oleh karena ketentuan Menteri Dalam Negeri tersebut belum juga terbit, maka Gubernur Kepala Daerah Dati I Jawa Tengah menerbitkan tiga surat keputusan mengenai susunan dan struktur organisasi peme- rintah Kota Administratif Purwokerto. Susunan organisasi pe merintah Kota Administratif Purwokerto sesuai dengan tiga surat keputusan gubernur tersebut adalah sebagai berikut: Unit Pelaksana Kota adalah unit-unit otonom yang ber tugas me- laksanakan urusan-urusan otonomi yang telah di serahkan oleh Daerah Tingkat II Banyumas kepada Kotatif Purwokerto, yaitu Urusan Pekerjaan Umum, Urusan Kesehatan, Urusan Pendapatan Daerah dan Urusan yang termasuk lingkup Pertanian. Untuk itu telah dibentuk Seksi-seksi sesuai dengan ketentuan SK Gubernur Nomor 061.11061982, yaitu Seksi Pekerjaan Umum, Seksi Kesehatan, Seksi Pendapatan Daerah, dan Seksi Pertanian. Dengan demikian, terdapat perbedaan nama unit pemerintahan otonom antara Kotatif Dumai 103 dengan Kotatif Purwokerto, yaitu yang pertama dinamakan Suku Dinas dan yang kedua dinamakan Seksi. Urusan-urusan otonomi yang diserahkan untuk masing masing seksi adalah sebagai berikut: Seksi Pekerjaan Umum berwenang mengurusi: • Garis SempadanRooi; • Pemeliharaan jalan, rambu-rambu jalan dan penerangan jalan; • Taman, tempat kegiatan olahraga, dan tempat hiburan; Kuburan; • Listrik Seksi Kesebatan berwenang mengurusi: • Pemulihan Kesehatan; • Penyuluhan, pembinaan kesehatan, dan pencegahan penyakit; • Pembinaan kesejahteraan ibu dan anak. Seksi Pendapatan Daerah berwenang mengurusi. • Iuran Pembangunan Daerah; • Pajak Radio; • Pajak Jalan; • Pajak Reklame; • Pajak Bangsa Asing; • Pajak Kendaraan Bermotor; • Pajak Tontonan Umum; • Pajak Minuman Keras; • Retribusi Kios dan Pertokoan; • Retribusi Pemotongan Hewan; • Retribusi Parkir Kendaraan; • Retribusi Izin Bangunan; • Retribusi Pasar; • Retribusi Izin Usaha. Seksi Pertanian berwenang mengurusi hal-hal • Bina Program dan Penyuluhan; • Produksi dan Usaha Tani; • Bina Mutu Kesehatan Hewan. 104 Selain melaksanakan tugas-tugas otonomi yang dilimpah kan oleh daerah tingkat II di atasnya, kota administratif sebagai wilayah adminis- tratif pun melaksanakan tugas-tugas dekonsen trasi yang termasuk dalam ruang lingkup urusan pemerintahan umum. Urusan ini adalah urusan pemerintahan yang meliputi bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, penga wasan, dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah. Tugas-tugas pemerintahan umum ini dilaksa nakan oleh walikota administratif.

2. Kotamadya