Teori Organisasi Pengetahuan Pengertian

205 Gb. Proses Inovasi Sumber: Everett Rogers, Difusion of Innovations, he Free Press, New York, 1995, h. 391 Dalam tahap agenda setting dan matching merupakan tahapan inisiasi atau pengenalan sebuah keputusan untuk inovasi. Pada tahapan kedua dikenal dengan implementasi yang mana terdiri dari men- deinisikan kembali misi dan tugas yang akan dilakukan, melakukan restrukturisasi lembaga-lembaga, mengklariikasikan dampak—apakah luas atau terbatas,— dan setelah itu inovasi menjadi kegiatan rutin organisasi.

c. Teori Organisasi Pengetahuan

Teori Proses Respon Kompleks dari Stacey dan Pendekatan Relasi dari Miles diatas tidak mengelaborasi lebih lanjut bagaimana sistem mem- fasilitasi komunikasi antar anggotanya dalam proses hubungan satu dengan yang lainnya dan menghasilkan inovasi dalam organisasi. Stacey dan kawan-kawan hanya mengatakan bahwa informasi dan sistem kontrol dalam organisasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas manusia. Dalam kajian sosiologi organisasi, Nokana dan Takeuchi memperkenal- kan sebuah teori tentang inovasi organisasi dari aspek pengembangan pengetahuan dalam organisasi sebagai akibat dari interaksi dan komuni- kasi antar anggota organisasi. Inovasi organisasi pemerintah kota adalah pertumbuhan dan pembaharuan organisasi; jika organisasi tumbuh mengacu kepada sistem pemeliharaan diri organisasi, sedangkan pem- baharuan adalah redeinisi identitas organisasi secara fundamental. 18 Inovasi organisasi mencakup inovasi produk dan proses. Memilih organisasi publik yang dalam hal ini organisasi pemerintah kota 206 sebagai unit analisis mempunyai alasan teoritis dan metodologis ter- sendiri. Organisasi mempunyai tujuan spesiik, struktur konkrit, bondary yang dapat ditentukan, jalur komunikasi yang jelas dan sistem koordinasi terpusat. 19 Birokrasi pemerintah kota sebagai organisasi telah banyak mendapat perhatian peneliti dengan perspektif yang berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, politik, sosial ekonomi dari negara yang bersangkutan. Dalam tabel berikut diilustrasikan model perbandingan studi organisasi publik dengan variabel-variabel terikat: struktur organisasi, kepemimpinan dan kekuasaan, proses internal, goal task dan output. Lingkungan sebagai variabel bebas yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Tabel 5.2. Perbandingan Perspektif Organisasi Pengarang dan unit analisis Variabel bebas Variabel terikat Crozier 1964, organisasi birokratis Sistem sosial dan budaya nilai, sikap terhadap kekuasaan, kontrol sosial, orientasi askriptif Kekuasaan, struktur, proses pengambilan keputusan, hubungan internal, aturan-aturan Esman 1972 Institusi Keterkaitan lingkungan enabling, fungsional, normatif, diffused Kepemimpinan, doktrin, program, sumberdaya, struktur internal Landsberger 1970 organisasi Kesejahteraan sosial, teknologi, sistem kelas dan elit Struktur, peran internal, proses dan output Etzioni 1975 organisasi kompleks Lingkungan sosialisasi, suplai partisipant, proses simbolik Kekuasaan koersif, remuneratif, normatif pola komplian, struktur, goals, komunikasi J.D. Thomson 1967 Organisasi Lingkungan Ketidakpastian, kriteria rasionalitas Kekuasaan, struktur, teknologi, task Sumber: Jamil E. Jreisat, “he Organizational Perspective in Comparative and Development Administration”, dalam Ali Farazmand, Handbook of Comparative and Development Public Administration, Marcel Dekker, Inc, New York, 1990, h. 19. Dengan mengacu kepada teori yang diajukan Nonaka dan Takeuchi, Chun Wei Choo melihat proses inovasi organisasi dimulai dengan perilaku yang dinamakan sense making. Kemampuan organisasi memproses informasi tergantung kepada aliran logistik informasi dan kapasitas menginterpretasi informasi tersebut. Tuomi melihat dari perspektif kontruktivisme, kemampuan interpretasi dilihat dari proses persepsi yang holistic yang disebut dengan sensemaking adalah proses mengkonstruksi dunia dimana seorang aktor hidup, yang berbeda dengan interpretasi, understanding dan atribusi, yang secara rinci: 207 1 S ensemaking sebagai kontruksi identitas secara grounded. 2 S ensemaking sebagai retrospektif. Kreasi pemaknaan adalah proses penuh perhatian pada pengalaman yang baru terjadi. Dengan demikian sensemaking tergantung kepada memori. 3 S ensemaking sebagai mengaktifkan lingkungan yang sensitive. Seseorang tidak pasif terhadap stimulus dari lingkungan tetapi mereka aktif menciptakan sumberdaya menjadi kesempatan bagi- nya. 4 S ensemaking sebagai social. Interaksi social mempengaruhi pe- mikiran dan sungsi social individu melalui symbol-simbol. 5 S ensemaking sebagai proses sedang berlangsung. Manusia senantiasa berada ditengah sesuatu yang menjadi berartti hanya ketika orang yang sama memfokuskan pada masa lalu. 6 S ensemaking difokuskan pada isyarat-isyarat yang diekstrak. Semua pemimpin mengetahui bahwa rencana dan peta yang mereka miliki tidak untuk mencapainya. Oleh karena itu mereka melihat berbagai isyarat yang dihasilkan dari tindakannya sehingga mereka mempelajari dimana posisi saat ini dan seharusnya berada dimana. 7 S ensemaking sebagai hal yang masuk akallogis, pragmatis, koheren, invensi dan instrumentalitas daripada ketepatan. Bilamana kita asumsikan lingkungan politik yang kompleks, per- ubahan peraturan perundang-undangan yang cepat dari Pemerintah dan tantangan lokalitas serta tuntutan masyarakat yang cepat di- konstruksi kan oleh para eksekutif daerah. Pada penelitiannya di WHO, Chun Wei Choo melihat bagaimana penggunaan konwledge dan informasi untuk mengatasi masalah penyakit sphilis dengan vaksinasi massal dengan strategi penyelidikan dan pencegahan. Dalam tahapan sense making, program berhasil menimba pengalaman dari masa lalu tentang penyakit sphilis dan meredeinisikan masalah penyebarannya, karena banyak asumsi tentang penyakit ini salah. 20 Data dan pengalaman menunjukkan bahwa penyakit sphilis tidak menyebar cepat, sehingga tidak perlu vaksinasi yang tidak perlu serta kaum wanita dewasa tidak mudah terkena penyakit. Yang kedua, keberhasilan program adalah pada kemampuan menginterpretasikan pengalaman dan melihat bukti 208 dengan keterbukaan dan pengakaman masala lalu, sehingga prosedur, strandard dan indikator dapat diukur. 21 Pada tahapan selanjutnya adalah penciptaan pengetahuan knowledge creation adalah pengembangan vaksin kering yang lebih mampu, stabil dan portable daripada vaksin cair. Pada mulanya, inovasi dimulai dari tacict knowledge dan observasi pribadi individu-individu yang bekerja dengan alat dan kontruksi sederhana. Pada tahapan ter- akhir, adalah pengambilan keputusan yang merupakan hirarki aturan, rutinitas, objektif dan indikator yang menjadi alat manajemen untuk mengontrol strategi operasional vaksinasi masal, penyelidikan dan pencegahan serta assessment. 22 Studi Hopkin yang dikutip oleh Woo ini menunjukkan bahwa proses inovasi dalam organisasi non-provit pun melalui management of organizational knowledge. Studi dan penelitian kognisi organisasi mengadopsi ide dan pandangan proses informasi ini, dengan memfokuskan pada kognisi manajerial dan team top-management. Model pemikiran organisasi di- kembangkan dengan model cognitive map dan mental model untuk menjawab bagaimana pemikiran organisasi dipetakan atau bagaimana orag memetakan dunianya dengan abstraksi dan symbol. Fiol dan Huf membedakan tiga jenis peta kognitif organisasi, yaitu submap identitas yang menggambarkan cirri pokok dan pembeda orgnisasi; kedua, submap kategorisasi yang menggambarkan kategorisasi manajerial dan struktur; dan ketiga submap causal yang menggambarkan keterkaitan individu dengan kejadian yang terjadi pada waktu tertentu dengan kejadian di waktu yang lain. Dari kerangka teori tentang proses informasi dan bagaimana pengetahuan dikembangkan dalam organisasi. Tabel 5.3. Batasan Kognisi, Pengetahuan dan Intelligen Leont’ev Kognisi dalam arti luas Kapabilitas untuk tindakan efektif Kognisi dalam arti sempit Kapabilitas untuk tindakan self-referensial Knowledge dalam arti luas Struktur yang menghambat dan membimbing tindakan efektif Knowledge dalam arti sempit Struktur yang menghamnbat tindakan self-referensial efektif Intelligen dalam arti luas Kapabilitas menciptakan pengetahuan Intelligen dalam arti sempit Kepabilitas menciptakan pengetahuan self-referensial 209 Dengan mengutip pendapat Karl Weick Anggota organisasi dan organisasi pemerintah kota sebagai kumpulan anggotanya selalu berusaha memahami apa yang terjadi di lingkungannya melalui empat proses yang saling berkaitan, yaitu ecological change, enactment, selection dan retention. Gambar 5.3. Proses Sense-making dalam sebuah Organisasi Sumber: Karl Weick dalam Chun Wei Choo, he Knowing Organization, Oxford University Press, New York, 1998, h. 5. Anggota organisasi berusaha memahami makna perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya dengan memahami dan me- lihat dampaknya pada organisasi. Setelah itu, anggota organisasi men- cari informasi sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal yang dinama- kan dengan enactment melalui rekonstruksi, mengatur kembali, me madu kan dan menghilangkan berbagai objektif darinya. Dalam proses seleksi, seseorang mengesktrak masal lau dan menyeleksi skema interpretasi yang cocok. Sedangkan pada tahap retention, produk dari sensemaking yang berhasil untuk kegunaan masa depan. Dalam teori sense making, ini eksistensi sebuah organisasi adalah memproduksi inter pretasi stabil dari data equivocal awal tentang perubahan lingkungan dengan menjaga keseimbangan antara leksibilitas dan stabilitas. 23 Dengan demikian dalam model sense-making, organisasi pemerintah kota memiliki sistem interpretasi: bagaimana lingkungan eksternal organisasi, bagaimana organisasi memanfaatkanya tergantung pada bagaimana mempersepsi lingkungan dan memasukinya dan me- mahaminya. 24 Penciptaan pengetahuan menjadi pendorong inovasi produk, proses dan kompetensi baru. Sense-making, knowledge creating dan decision making merupakan siklus pembelajaran dan adaptasi, yang disebut oleh Choo sebagai “knowing cycle”. 210 Gambar 5.4 . Knowing Cycle

d. faktor-faktor yang Mempengaruhi inovasi Organisasi Pemerintah Kota