258
maju dengan sangat pesat seperti kota-kota di Jawa yang tidak sebanding dengan kota-kota la innya, telah menimbulkan kesenjangan antar
spasial, antar kota maupun antar daerah.
Kemudian pada tahun 1980, dikeluarkan Peraturan Men teri Dalam Negeri Permendagri Nomor 4 tahun 1980 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kota, agar perkembangan kota lebih terarah. Menurut Permendagri tersebut, terdapat 3 jenis perencanaan kota,
yaitu:
1. rencana Induk atau rencana Umum Kota Master Plan
Yaitu rencana yang disusun secara menyeluruh dan ter padu dengan menganalisis segala aspek dan faktor dalam suatu rangkaian yang
bersifat komprehensif, berupa uraian-uraian dalam teks kebijaksanaan dan langkah-langkah yang bersifat mendasar, yang dilengkapi dengan
data-data serta peta-peta penggunaan tanah. Jadi, rencana induk ini disusun sesuai dengan pola dan karakter masing-masing kota serta luas
wila yah dan ruang lingkup wilayah yang dilayani, yang tergantung pada lokasi sumber daya yang akan dikembangkan dan jenjang kota
tersebut dalam wilayah nasional, regional, propinsi, dan sebagainya. Dari hasil analisis faktor perkembangan kota, di analisis juga pengaturan
tata ruang kotanya, sehingga rencana induk ini dapat lebih memper- lihatkan fungsi-fungsi utama pembangunan kota serta urutan prioritas
faktor-faktor dominan yang perlu dikembangkan.
2. rencana Peruntukan tanah
Rencana ini merupakan tindak lanjut dari rencana induk, yaitu rencana mengenai sub-wilayah kota yang diprioritaskan pengembangan-
nya rencana zonasi dari wilayah kota.
3. rencana Kota terperinci
Rencana Kota Terperinci ini merupakan rencana isik yang secara teknis telah siap untuk pedoman pelaksanaan yang me rupakan peng-
isian dari rencana peruntukan tanah, yang di lengkapi perpetakan tanah serta unsur-unsur kota.
Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 1980 di atas, kota-kota di Indonesia, sampai dengan kota ka bupaten, berusaha
259
untuk menyusun rencana induk kotanya master plan. Dengan master plan ini perkembangan kota lebih terarah, sehingga diharapkan bisa
menghindarkan kota dari kesemrawutan.
Mengingat perencanaan kota merupakan bidang tugas Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum, maka dikeluarkan Surat
Keputusan Bersama SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 650-1595 Nomor: 503KPTS1985 tentang
Tugas-Tugas dan Tanggung Jawab Pe rencanaan Kota. SKB ini mengatur pembagian tugas antara Departemen Dalam Negeri dan Departemen
Pekerjaan Umum. Dalam perencanaan kota, bidang administrasi men- jadi tugas dan tanggung jawab Departemen Dalam Negeri, sedangkan
bidang tata ruang teknik planologi menjadi tugas dan tang gung jawab Departemen Pekerjaan Umum.
Berdasarkan SKB di atas, perencanaan kota sudah menjadi lebih terperinci dan terstruktur, yang terdiri dari Rencana Umum Tata Ruang
Perkotaan, Rencana Umum Tata Ruang Kota, Ren cana Detail Tata Ruang Kota, Rencana Teknik Ruang Kota dan Rencana Struktur
Organisasi dan Tata Laksana Kelembagaan Kota serta Rencana Pembinaan Pembangunan Kota RPPK.
Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan RUTRP merupa kan suatu rencana struktur ruang kota yang disusun untuk menjaga konsis-
tensi perkembangan pembangunan suatu kota pada sebagian, satu atau lebih wilayah otonomi, dengan strategi perkotaan nasional dalam
jangka panjang untuk menjaga keles tarian pembangunan kota dengan wilayah pengaruhnya. Hal ini berkaitan dengan konsep pembangunan
kota pada PJP I sebagai simpul ekonomi, di mana perkembangan kota akan merambat pada wilayah sekitarnya spreads efects trans mission of
growth seperti teori Hirschman atau pun model cen ter pheriphery yang dikemukakan oleh Friedmann. RUTRP ini berisi rumusan tentang
kebijaksanaan pengembangan pen duduk, rencana struktur pemanfaatan ruang kota, rencana struktur tingkat pelayanan kota, rencana sistem
transportasi, rencana sistem jaringan utilitas kota, tahapan pelaksanaan pembangunan, dan indikasi unit pelayanan kota.
Rencana Umum Tata Ruang Kota RUTRK merupakan rencana pemanfaatan ruang kota yang disusun untuk menjaga keserasian pem-
bangunan antar sektor dalam rangka penyu sunan program-program
260
pembangunan kota dalam jangka panjang. RUTRK ini berisi rumusan tentang kebijaksanaan pe ngembangan penduduk, rencana pemanfaatan
ruang kota, ren cana struktur tingkat pelayanan kota, rencana sistem trans portasi, rencana sistem jaringan utilitas kota, rencana kepadatan
bangunan lingkungan, rencana ketinggian bangunan, rencana pe- manfaatan air baku, rencana penanganan lingkungan kota, tahapan
pelaksanaan pembangunan, dan indikasi unit pela yanan kota.
Rencana Detail Tata Ruang Kota RDTRK merupakan rencana pemanfaatan ruang kota secara terperinci yang disusun untuk penyiapan
perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pem- bangunan kota. Wilayah perencanaan RDTRK ini mencakup sebagian
atau seluruh wilayah perkotaan yang merupakan satu atau beberapa kawasan tertentu. RDTRK ini berisi rumusan tentang kebijaksanaan
pengembangan pen duduk, rencana pemanfaatan ruang kota, rencana struktur ting kat pelayanan kota, rencana sistem jaringan pergerakan,
ren cana sistem jaringan utilitas kota, rencana kepadatan bangunan lingkungan, rencana ketinggian bangunan, rencana perpetakan
bangunan, rencana garis sempadan, rencana penanganan bangunan perkotaan, dan tahapan pelaksanaan pernbangunan.
Rencana Teknik Ruang Kota RTRK disusun untuk pe nyiapan perwujudan ruang kota dalam rangka pelaksanaan proyek pembangunan
kota. RTRK berisi rumusan tentang ren cana tapak site plan pe- manfaatan ruang kota, prarencana teknik jaringan utilitas kota, pra-
rencana teknik jaringan jalan, prarencana teknik bangunan gedung, pra rencana teknik bukan bangunan gedung serta indikasi proyek-
proyek.
Dalam perkembangannya, Departemen Dalam Negeri mengeluar- kan peraturan yang berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2
tahun 1987 tanggal 5 Oktober 1987 mengenai Pedoman Penyusunan Rencana Kota. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri ini, struktur
rencana kota sesuai dengan SKB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum, yang terdiri dari RUTRP, RUTRK, RDTRK, dan
RTRK serta dilengkapi dengan Bagian Wilayah Kota BWK merupakan satu kesatuan wilayah dari kota yang bersangkutan, yang terbentuk
secara, fungsional dan administratif dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas umum kota.
261
Dibentuknya bagian wilayah kota tersebut akan dapat lebih mengoptimalkan dan memeratakan fasilitas umum kepada masyarakat
di seluruh wilayah kota. Di samping itu, adanya BWK ini juga dimaksudkan untuk mengurangi ke padatan pada tempat-tempat
tertentu di kota, seperti pusat perbelanjaan, pendidikan, dan sebagainya.
Adanya berbagai perubahan perundangan yang meng atur peren- canaan kota di atas menyebabkan proses terben tuknya Rencana Umum
Tata Ruang RUTR menjadi tersendat -sendat karena senantiasa harus menyesuaikan dengan keten tuan yang baru. Namun pada saat ini,
hampir seluruh ibukota kabupaten di Indonesia telah mempunyai RUTR masing-ma sing.
Tabel 6.1. Peraturan Perundangan yang berkaitan dengan Perencanaan Perkotaan
di Indonesia sejak tahun 1948
Tahun Nama Peraturan
Undang-Undang Tingkatan
Oleh Keterangan
1948 Stadvorming Ordonantie
SVO Ordonasi
Diberlakukan bagi 13 kota di Indonesia
1949 Stadvorming Verordening
Ketetapan Peraturan Pelaksana SVO
1951 Rancangan Perencanaan
Fisik RUU
Cipta Karya, DPU
RUU pada masa kolonial 1970
RUU Perencanaan Kota RUU
Cipta Karya, DPU
1973 Instruksi Mendagri
Nomor 1826 Surat Edaran Depdagri
Bangda SVO dan SVV diberlakukan bagi
seluruh kota di Indonesia 1976
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1976
Surat Edaran Memperkuat Instruksi Mendagri
1980 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 4 tahun 1980 Ketetapan
Depdagri Bangda
Instruksi Mendagri Tahun 1973 di cabut
1982 RUU Perencanaan Kota
RUU Cipta Karya,
DPU Memasukkan aspek lingkungan
1983 Rancangan Perencanaan
Kota Spasial RUU
Cipta Karya, DPU
Menggantikan SVO dan SVV 1984
Pedoman Umum Perencanaan Kota
Surat Edaran DPU 1984
Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Rencana Induk Kota
Surat Edaran DPU 1984
Ketentuan Mengenai Bentuk dan Ciri Rencana Induk Kota
Surat Edaran DPU 1984
Petunjuk Rencana Detail Sepanjang Jalan Arteri
Surat Edaran DPU 1984
Pedoman Konsolidasi Tanah Perkotaan
Ketetapan DPU
262
1985 SKB Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pekerjaan Umum No. 640-159 503
kpts1985 Keputusan
Depdagri dan DPU
Permendagri No 4 th 1980 tidak berlaku lagi, sinkronasi tugas
antara Depdagri dan DPU
1986 Keputusan Menteri PU No.
640-1595 dan 60kpts85 Keputusan
DPU Pedoman bagi SKB Mendagri
dan Men PU 1987
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1987
Peraturan Depdagri
Peraturan ini menggantikan No. 4 Th. 1980
1988 Rencana Keputusan Ruang
Perkotaan Surat Edaran DPU
Sebagai suatu undang-undang tentang perencanaan ruang di
Indonesia 1988
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Th. 1988
Surat Edaran Depdagri Pedoman Pelaksanaan
Permendagri No. 287 1989
Instruksi Mendagri No. 14 Th. 1988
Surat Edaran Depdagri Mengenai wilayah terbuka hijau
1992 Undang-Undang No. 24 Th.
1992 Undang-
Undang Tentang Penataan Ruang
Sumber: Winarso, Urban Planning Legislation in Indonesia, Tesis Master, Asian Ins- titute of Technology, Bangkok, 1988.
Bila perencanaan ruang sebelumnya diatur dengan Pe raturan Menteri Dalam Negeri, maka pada tahun 1992 telah ditetapkan
peraturan mengenai penataan ruang dengan un dang-undang, yaitu dengan Undang-Undang Republik In donesia Nomor 24 Tahun 1992.
Undang-Undang ini meru pakan peraturan yang lebih lengkap dari peraturan yang ada sebelumnya, dan merupakan landasan bagi penataan
ruang di Indonesia, baik yang menyangkut ruang di darat, laut mau- pun Udara. Yang dimaksud dengan perencanaan tata ruang dalam
undang-undang ini adalah mencakup perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang, yang meliputi tata guna air, tata guna tanah, tata
guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya. Adanya penataan ruang ini dimaksudkan untuk terseleng garanya pemanfaatan ruang
yang berwawasan lingkungan, pe ngaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budi daya, serta tercapainya pemanfaatan yang berkualitas
bagi kehidupan bangsa, dengan pengelolaan sumber daya alam, buatan, ma nusia yang seimbang dan selaras dengan kelestarian ling-
kungan.Berbeda dengan peraturan perencanan tata ruang sebe lumnya, dalam undang-undang ini juga telah dicantumkan mengenai hak dan
kewajiban setiap anggota masyarakat dalam bidang penataan ruang pasal 4, 5 dan 6, serta unsur partisipasi masyarakat pasal 12 ayat 1,
263
karena bagaimanapun, tujuan penataan ruang adalah untuk masyarakat, sehingga sudah seha rusnya bila masyarakat juga dilibatkan di dalamnya.
UU No. 32 tahun 2004 telah mengubah pemerintahan yang sebelumnya sentralisasi menjadi desentralisasi, dan hal ini turut mem-
pengaruhi kebijakan pengelolaan terkait dengan penetaan ruang. UU No. 26 Tahun 2007 akhirnya muncul untuk dapat pada masa otonomi
daerah menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 yang sudah tidak sesuai lagi dengan saat ini. Rencana Tata Ruang berdasarkan pada UU No.26
Tahun 2007 Pasal 7 memberikan kewenangan penyelenggaraan pe- nataan ruang kepada pemerintah dan pemerintah daerah, hal ini me-
nanda kan pemerintah daerah memiliki andil untuk dapat melakukan pentaan ruang. Dalam pasal 14 ayat 2 juga disebutkan jika dalam
pentaan ruang disusun secara hirarki baik mulai dari rencana tata ruang wilayah nasional, provinsi, wilayah kabupaten, dan wilayah kota.
Berbeda dengan UU sebelumnnya, dalam UU. No 26 tahun 2007 ini pada pasal 35 dijelaskan pula mengenai penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian intensif dan disintensif, serta adanya pengenaan sanksi.
Pada tahun 2010, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dalam Peraturan ini masya- rakat menjadi partisipasi aktif dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta hak dan kewajiban masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
E. Penggunaan lahan di indonesia