Analisis Kebijakan Analisis Kebijakan Ekonomi Kelembagaan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung

mencapai Rp 9.962.500. Tingkat diskonto 12 memperlihatkan jangka waktu lima tahun biaya keefektifan pemerintah mencapai Rp783.140.270,15 jauh lebih tinggi dibandingan dengan kelompok nelayan yang mencapai Rp25.521.874,33. Penelitian oleh Marasabessy 2010 mengidentifikasi aktor yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan melibatkan pihak pemerintah, swasta, dan nelayan. Biaya transaksi pemberian paket bantuan di Kecamatan Leihitu berupa biaya seleksi sebesar Rp7.025.000, biaya pembinaan sebesar Rp5.300.000, dan biaya monitoring sebesar Rp6.900.000. Penelitian ini memiliki kelebihan karena terdapat kelompok pembanding dalam satu kecamatan Leihitu yang menerima paket bantuan lainnya dalam menganalisis rasio biaya transaksi. Penelitian yang dilakukan oleh Rudiyanto 2011 menganalisis kelembagaan dan biaya transaksi dalam pengelolaan Sea Farming di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil penelitian, total biaya transaksi kelompok sea farming adalah sebesar Rp875.000 per tahun. Biaya tersebut lebih banyak dikeluarkan untuk kegiatan operasional bersama. Efektifitas biaya transaksi mencapai 0,13 yang mengindikasikan penggunaan biaya transaksi tersebut sudah relatif efektif. Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak ada pembanding dalam analisis biaya transaksi, sehingga analisis kualitatif terhadap rasio biaya transaksi terkesan subjektif. Penelitian mengenai Analytic Hierarchy Process dilakukan oleh Arti 2011 untuk menilai strategi kebijakan pemerintah terkait dengan industri kelapa sawit nasional di PTPN IV Medan. Hasil penelitian mengenai analisis faktor yang yang mempengaruhi industri kelapa sawit adalah keamanan berusaha, teknologi produktivitas, investasi, pemberdayaan masyarakat, daya saing, sarana pra saranan, dan situasi politik ekonomi. Hasil analisis kebutuhan AHP masing- masing faktor, aktor, dan tujuan diperoleh strategi kebijakan yang paling dominan dan sangat menentukan adalah penetuan harga tandan buah segar. Penelitian lainnya yang menggunakan metode AHP adalah Ruswandi 2009 yang merumuskan arahan kebijakan pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Indramayu dan Ciamis sebagai masukan bagi pemerintah. AHP digunakan untuk menentukan alternatif kebijakan untuk diterapkan di Kabupaten Indramayu dengan mengembangkan sarana dan pra sarana wilayah pesisir berprespektif mitigasi bencana, sedangkan di kabupaten Ciamis dengan meningkatkan partisipasi stakeholders untuk menghindari peran dominan dalam mencapai optimasi produktivitas wilayah pesisir dan optimasi sistem penyangga kehidupan. Penelitian yang dilakukan oleh Yulistyo 2006 juga menggunakan metode AHP pada analisis kebijakan pengembangan armada ikan berbasis ketentuan perikanan yang bertanggung jawab di Ternate, Maluku Utara. Berdasarkan hasil analisis AHP, alternatif strategi kebijakan yang dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan adalah membangun pasar untuk memasarkan hasil perikanan, membangun fasilitas, dan membangun pelabuhan perikanan nusantara. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan hasil studi literatur mengenai potensi Pulau Pasaran sebagai sentra pengolahan ikan teri kering, didapatkan bahwa Pulau Pasaran dijadikan sebagai kawasan minapolitan melalui pengembangan klaster pengolahan ikan teri. Hal tersebut mempertimbangkan kondisi ekonomi masyarakat di Pulau Pasaran yang hampir seluruhnya berprofesi sebagai pengolah ikan teri dari hulu sampai hilir. Pola rantai pemasaran hasil olahan ikan teri dijual kepada pedagang pengumpul maupun langsung kepada konsumen tanpa ada mekanisme yang baku. Kondisi iklim usaha yang kurang kondusif mendorong dinas-dinas terkait untuk meningkatkan kinerja sektor industri perikanan, sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Pulau Pasaran melalui pendekatan kelembagaan. Strategi penguatan kelembagaan dilakukan melalui tahapan perintisan kegiatan dengan memberikan pelatihan kepada pengolah ikan teri. Pengolah diberikan arahan untuk berorganisasi dan berpartisipasi dalam mengelola sumberdaya perikanan yang ada. Pengolah juga diberikan pembinaan dan pendampingan secara intensif dengan meningkatkan kapasitas manajemen unit usaha bersama. Oleh karena itu, peran stakeholders dari berbagai tingkatan sangat penting untuk memfasilitasi pengolah dalam mengakses sumberdaya lebih efisien. Pembentukan klaster pengolahan ikan teri erat kaitannya dengan pembentukan desain kelembagaan baru di lingkup masyarakat Pulau Pasaran. Analisis kelembagaan dilakukan dengan mengidentifikasi aturan main serta tata kelola yang akan dijalankan pada sistem klaster. Selanjutnya, analisis aktor juga diidentifikasi untuk mengetahui derajat kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor dalam mendukung sistem kelembagaan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pengelolaan klaster. Aspek lainnya yang akan dianalisis adalah biaya transaksi dan rasio biaya transaksi terhadap biaya produksi dan total biaya transaksi. Biaya transaksi akan mengindikasikan ke-efisienan suatu rezim pengelolaan sumberdaya terhadap total biaya transaksi yang dikeluarkan. Ketiga aspek tersebut selanjutnya akan menjadi arahan strategi kebijakan bagi stakeholders sebagai upaya untuk meminimalisasi biaya transaksi dalam