Mekanisme Implementasi Desain Kelembagaan
penyediaan infrastruktur merupakan tugas pokok dan fungsi anggota tim teknis yang berkaitan dengan dukungan pemerintah.
Aktor yang dominan pengaruhnya dalam hal ketersediaan dana adalah Lembaga Keuangan Mikro LKM 0,473 dan Tim Teknis 0,266. Keberadaan
koperasi yang dekat dengan pengolah mempermudah kegiatan operasional. Waserda Warung Serba Ada meyediakan peralatan untuk nelayan maupun
pengolah. Sistem penangguhan pembayaran dan simpan pinjam cukup membantu pengolah yang belum memiliki modal untuk membayar ongkos produksi.
Ketersediaan dana LKM juga merupakan bantuan dana pengembangan lunak dari Tim Teknis, seperti BI, DKP, dan Diskoperindag. Dana ini hanya sebagai bantuan
dana pengembangan yang tidak mengurangi peran LKM sebagai lembaga yang menggerakan perekonomian mikro.
Aktor yang dominan pengaruhnya dalam hal pengembangan teknologi adalah perguruan tinggi 0,390 dan Tim Teknis 0,365. Tim teknis dan
perguruan tinggi diharapkan dapat berkoordinasi untuk perbaikan teknologi pengolahan agar sesuai dengan standar food safety dan GMP Good
Manufacturing Practices. Hubungan antar elemen di tingkat hirarki ke 3 tersaji pada Tabel 36.
Tabel 36. Bobot dan Prioritas Pengolahan Horizontal Elemen Tingkat 3 Aktor
DK DP
DA PT
KM 0,383
0,282 0,174
0,144 TK
0,358 0,399
0,266 0,365
LKM 0,177
0,228 0,473
0,101 AK
0,082 0,091
0,086 0,390
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
b. Alternatif
Strategi kebijakan yang pertama adalah pendampingan dan penguatan kelembagaan masyarakat dengan aktor yang paling berperan adalah kelompok
masyarakat pengolah ikan teri 0,451. Model pengelolaan co-management manajemen kolaborasi antara masyarakat dengan stakeholders dapat diterapkan
dalam pengembangan klaster ikan teri Pulau Pasaran. Pengolah dilatih untuk peka terhadap permasalahan dan memiliki motivasi tinggi untuk memecahkan masalah
melalui pertemuan kelompok secara informal. Strategi ini dapat dijalankan jika
pengolah sudah mengalami perubahan pola pikir untuk memecah sistem rantai pasok yang selama ini kurang menguntungkan. Pola pikir pengolah ini tentu saja
tidak dapat secara singkat dicapai jika output akhirnya tidak jelas. Kepastian insentif yang didapat adalah perubahan sistem pasok yang juga didukung oleh
kelompok pemerintah, perbankan, dan akademisi. Strategi kedua, yaitu pengembangan infrastruktur dengan aktor yang
berperan adalah Tim Teknis 0,126. Pembangunan infrastruktur merupakan kewenangan kelompok pemerintah karena dana yang digunakan telah dianggarkan
untuk pembangunan daerah. Pengembangan infrastruktur seperti sistem pengelolaan limbah produksi, sanitasi, dan transportasi merupakan bentuk
dukungan pemerintah untuk mengembangkan Pulau Pasaran. Hal ini berkaitan dengan master plan kota Bandar Lampung yang akan menjadikan Pulau Pasaran
sebagai City Tour. Strategi ketiga, membuka akses pemasaran dengan aktor yang berperan
adalah Lembaga Keuangan Mikro LKM 0,306. Peran LKM dalam membuka jejaring dimulai dengan permodalan yang memadai dari pihak pendonor dana
pinjaman lunak. Hal ini sangat krusial karena industri perikanan memiliki tingkat resiko yang tinggi. Resiko ini terbentuk karena tingkat ketergantungan dengan
alam dan hasil tangkapan yang tinggi. Pemutusan rantai permodalan antara pengolah dengan pedagang pengumpul tidaklah mudah, karena selama ini akses
pemasaran dibentuk oleh hubungan kepercayaan keduanya. LKM dapat mengintervensi sistem dengan membentuk sistem pemasaran mandiri dalam
negeri maupun luar negeri. Sistem ini dapat terbentuk jika modal memadai dan produk olahan ikan teri sudah memenuhi standar kualitas ekspor dengan teknik
pengolahan yang menjalankan konsep best practices. Selain itu, aspek Sumber Daya Manusia SDM juga diperlukan untuk
menjalankan manajemen pemasaran. SDM yang berkualitas dibentuk dengan cara pendampingan masyarakat yang berkaitan dengan strategi pertama. Aspek law
enforcement dan trust harus secara konsisten dijalankan untuk keberlanjutan sistem pemasaran. Hal ini dikarenakan LKM adalah lembaga keuangan yang
dekat dengan masyarakat dan diharapkan menjadi tonggak perekonomian lokal.
Strategi keempat, pemberian kredit usaha dengan aktor yang berperan adalah LKM 0,209. Pemberian kredit usaha sejalan dengan strategi membuka
akses pemasaran. Pemberian kredit dapat terlaksana jika prilaku oportunis dari masing-masing pengolah dapat dikurangi. Hal ini berkaitan dengan moral hazard
yang dapat mengganggu sistem. Usaha pengolahan ikan yang layak dan dapat diterima oleh pihak perbankan dapat mempermudah pengolah mengakses
permodalan. Strategi kelima adalah pelatihan dan transfer teknologi dengan aktor yang
berperan adalah akademisi dari perguruan tinggi 0,178. Teknologi yang digunakan tidak harus teknologi yang canggih dan terbaru. Teknologi yang
dibutuhkan pengolah adalah yang tepat guna dan mudah dijangkau seperti perbaikan tempat penjemuran ikan yang bebas dari lalat dan kucing. Peran
perguruan tinggi adalah mensosialisasikan hasil penelitian yang dapat diaplikasikan secara langsung oleh pengolah. Pihak perguruan tinggi dapat
berkoordinasi dengan kelompok pemerintah yang membidangi aspek tersebut untuk melakukan pembinaan teknis maupun non teknis kepada pengolah. Tabel
37 secara lengkap menyajikan hubungan antar elemen di tingkat hirarki ke 4. Tabel 37. Bobot dan Prioritas Pengolahan Horizontal Elemen Tingkat 4
Alternatif KM
TK LKM
AK PM
0,451 0,408
0,343 0,435
PI 0,065
0,126 0,076
0,055 PH
0,247 0,249
0,306 0,220
PK 0,150
0,132 0,209
0,112 PT
0,087 0,086
0,067 0,178
Sumber : Hasil Analisis Data 2013