Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Ekonomi Kelembagaan Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung

conduct. Level aksi kolektif merupakan aturan untuk aksi berupa kebijakan di masa mendatang, sedangkan level konstitusi merupakan prinsip-prinsip bagi pengambilan keputusan kolektif masa mendatang. Aturan pada level konstitusi biasanya tertulis secara formal dan dikodifikasi. Kerangka analisis kelembagaan menurut Ostrom et al 1997 adalah sebuah kerangka berpikir yang dapat membantu mengidentifikasi variabel yang relevan untuk dikembangkan serta menyediakan bahasan yang lebih luas mengenai spesifik teori pembahasan yang akan digunakan. Langkah dalam pendekatan analisis kelembagaan adalah dengan mengidentifikasi unit konseptual yang disebut arena aksi dengan fokus kepada analisis, prediksi, dan penjabaran dari kebiasaan serta outcomes yang mutlak didapatkan. Arena aksi terdiri dari situasi aksi dan komponen aktor. Situasi aksi dapat dicirikan dengan menggunakan beberapa variabel, yaitu partisipan, posisi, aksi, potensial outcomes, fungsi pemetaan aksi terhadap outcomes, informasi, serta biaya dan manfaat setiap aksi dan outcomes. Komponen lain, aktor, merupakan partisipan pada situasi aksi yang memiliki preferensi, informasi, kriteria pemilihan dan sumberdaya. Langkah selanjutnya dalam kerangka analisis kelembagaan adalah mengevaluasi outcomes yang didapatkan menggunakan kriteria evaluasi. Kriteria evaluasi sangat berkaitan erat dengan konsep efisiensi dan pareto optimal. Konsep lainnya yang juga berhubungan adalah prinsip keadilan sangat penting dalam menentukan tipe aturan yang dipertimbangkan untuk diterapkan dalam suatu komunitas. Kriteria aturan yang diturunkan kepada generasi di masa mendatang tanpa pengenalan substansi eror masih menjadi kriteria lainnya. Kerangka analisis kelembagaan dapat diilustrasikan pada Gambar 2.

2.2.1 Tata Kelola Sumberdaya Perikanan

Terdapat tiga pilar kelembagaan dalam manajemen perikanan menurut Jentoft 2004, pertama, pilar kebijakan the regulative pillar yang mengatur tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh pelaku perikanan, misalnya peraturan mengenai kuota tangkap dan alat tangkap yang diperbolehkan. Kedua, pilar normatif the normative pillar yang menjelaskan mengenai implementasi kebijakan perikanan yang memperhitungkan resiko pada pelaku sektor perikanan yang erat kaitannya dengan moral. Ketiga, pilar kognitif the cognitive pillar yang berperan sebagai aturan perikanan yang dinamis dan komplek. Gambar 2. Kerangka Analisis Kelembagaan Sumber : Ostrom et al 1997

2.3 Definisi Biaya Transaksi

Menurut Williamson 1985 diacu dalam Rachman 1999 biaya transaksi adalah biaya untuk menjalankan sistem ekonomi dan biaya untuk menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan. Biaya transaksi adalah biaya yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang melakukan pertukaran dalam dunia yang informasinya tidak sempurna, banyak aktor yang berprilaku oportunis, dan rasionalitas para pelakunya terbatas. Lebih lanjut North 1991 menyatakan bahwa biaya transaksi adalaha ongkos untuk menspesifikasikan dan memaksakan kontrak yang mendasari pertukaran, sehingga dengan sendirinya mencakup semua biaya organisasi politik dan ekonomi mengutip laba dari perdagangan pertukaran. Biaya transaksi adalah biaya melakukan negoisasi, mengukur, dan memaksakan pertukaran. Karakteristik transaksi yang mempengaruhi besaran biaya transaksi menurut Williamson 1996 adalah ketidakpastian yang terkait dengan produksi, supply, demand, fluktuasi harga, iklim, dan kondisi lapang, frekuensi yang bergantung pada keadaan dan Atributes of Physics Atributes of Community Rules in use Action Arena Action Situations Actors Pattern of interactions Outcomes Evaluation Criteria