ini telah tergabung sekitar 98 anggota koperasi yang terdiri dari masyarakat, pengolah dan nelayan.
Dana jumatan adalah biaya sumbangan untuk pengelolaan masjid di Pulau Pasaran. dana ini digunkaan untuk pembangunan fisik maupun pengadaan sarana
penunjang masjid. Komponen biaya selanjutnya adalah dana pengobatan masyarakat yang kurang mampu. Biaya pengobatan ini dikeluarkan jika
masyarakat yang membutuhkan melapor pada ketua RT, untuk selanjutnya ditindak lanjuti oleh bendahara. Dana operasional Poskeskel adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membayar penggunaan listrik dan PDAM puskesmas. Kelompok pengolah dan masyarakat juga sering mengadakan rapat bulanan
untuk melaporkan arus kas dana ekspedisi. Agenda rapat ini biasanya mengeluarkan biaya administrasi dan konsumsi. Selain itu, pengolah menyisihkan
dana cadangan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang di luar kendali. Pengolah juga membayar upah tenaga kerja untuk penjaga masjid, ustad,
dan karyawan koperasi. Biaya transaksi lainnya adalah biaya informasi pembelian ikan. Pengolah
yang memiliki cukup modal mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari ikan teri yang berkualitas dengan harga terjangkau. Biasanya pengolah menunjuk satu
orang kepercayaan untuk mencari ikan teri hasil bagan ke tengah laut. Biaya lainnya yaitu distribusi hasil olahan ikan terbagi menjadi beberapa komponen,
diantaranya ongkos kuli kering, kuli basah, dan paket pengiriman. Ongkos kuli basah adalah buruh angkut ikan yang sudah dikemas ke kapal pengangkut,
sedangkan kuli basah adalah buruh angkut ikan yang baru didaratkan setelah melaut. Terdapat perbedaan nominal pembayaran antara kedua buruh angkut
tersebut. Buruh angkut basah mendapat pembayaran lebih tinggi karena saat pengangkutan ikan dihitung per keranjang dalam satu gerobak. Buruh angkut
kering dihitung per kardus yang luasannya cukup memakan tempat dalam satu gerobak, sehingga buruh angkut kering memiliki keterbatasan dalam jumlah dus
yang diangkut. Biaya transaksi yang terakhir adalah biaya perizinan. Biaya perizinan yang
dikeluarkan oleh pengolah diantaranya surat kapal dan surat izin usaha perikanan yang dikeluarkan oleh DKP Kota Bandar Lampung. Kapal yang digunakan
pengolah rata-rata berukuran 10 GT. Komponen biaya transaksi pengolah ikan teri tersaji pada Tabel 22.
Tabel 22. Biaya Transaksi Pengolah Ikan Teri Per Tahun No
Biaya Transaksi Nominal Rp
A Biaya Operasional Bersama
1. Iuran Koperasi
1.200.000 2.
Dana Jumatan 3.600.000
3. Dana Pengobatan Masyarakat
3.600.000 4.
Dana Operasional Poskeskel 1.200.000
5. Rapat
3.000.000 6.
Dana Cadangan 1.200.000
7. Upah Tenaga Kerja
19.200.000 B
Biaya Informasi Pembelian Ikan ke Bagan 79.200.000
C Biaya Distribusi Hasil Olahan Ikan
1. Ongkos Kuli Kering
18.955.200 2.
Ongkos Kuli Basah 9.724.000
3. Paket Pengiriman
60.368.940 D
Biaya Perizinan 1.500.000
Total Biaya 202.748.140
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
Berdasarkan tabel diatas, jenis biaya transaksi yang memiliki proporsi paling besar adalah biaya distribusi dan biaya informasi, yaitu Rp89.048.140 dan
Rp79.200.000.
7.3 Rasio Biaya Transaksi
Rasio biaya transaksi yang dianalisis terbagi menjadi dua, yaitu rasio biaya transaksi pemerintah dan pengolah. Rasio biaya transaksi pemerintah akan
mengidentifikasi efisiensi pengelolaan klaster industri, sedangkan rasio biaya transaksi pengolah sebagai tolak ukur efisiensi kelembagaan yang ada di Pulau
Pasaran.
7.3.1 Rasio Biaya Transaksi Pemerintah
Rasio biaya transaksi adalah perbandingan komponen biaya transaksi terhadap total biaya transaksi yang dikeluarkan. Berikut ini adalah hasil analisis
persentase komponen biaya transaksi yang tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23. Komponen Biaya Transaksi Pemerintah Komponen Biaya
Nominal Rp Persentase
Biaya Manajerial 38.400.000
9,48 Biaya Pembinaan
366.506.800 90,52
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
Berdasarkan hasil analisis data yang tersedia pada tabel di atas, persentase biaya transaksi terbesar adalah biaya pembinaan, sebesar 90,52 dari total biaya
transaksi. Persentase ini mengindikasikan bahwa anggaran DKP pada Tahun 2012 dalam pengembangan Pulau Pasaran disalurkan dalam program pembinaan dan
kegiatan perlombaan UMKM. Perbandingan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marasabessy 2011, rasio biaya pembinaan hanya 0,13. Hal ini
mengindikasikan bahwa biaya pembinaan yang dilakukan oleh DKP Provinsi Lampung dan DKP Kota Bandar Lampung ini tergolong cukup besar karena
cakupan kegiatan yang luas dan menyeluruh. Pertama, rasio komponen biaya manajerial, yaitu biaya koordinasi dengan
tim teknis pengembangan klaster ikan teri terhadap total biaya transaksi adalah 0,0198 atau sebesar 1,98. Biaya sosialisasi keputusan memiliki rasio sebesar
0,0247 atau sebesar 2,47. Biaya monitoring implementasi program kerja tim teknis pengembangan klaster ikan teri adalah 0,0059 atau sebesar 0,59. Rasio
biaya rapat sebesar 0,0445 atau 4,45. Rasio komponen biaya manajerial terhadap total biaya transaksi tersaji pada Tabel 24.
Tabel 24. Rasio Biaya Manajerial Terhadap Total Biaya Transaksi Komponen Biaya
Nominal Rp Persentase
Biaya koordinasi 8.000.000
1,98 Biaya Sosialisasi
10.000.000 2,47
Biaya Monitoring 2.400.000
0,59 Biaya Rapat
18.000.000 4,45
Total Biaya Transaksi 404.906.800
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
Rasio komponen biaya manajerial terhadap total biaya manajerial tersaji pada Tabel 25. Rasio biaya tertinggi adalah biaya rapat, yaitu sebesar 0,4687 atau
sebesar 46,87. Tingginya biaya rapat disebabkan karena stakeholders yang terlibat dalam pengembangan klaster ikan teri di Pulau Pasaran cukup banyak. Hal
ini mengharuskan adanya pertemuan rutin untuk perencanaan maupun evaluasi yang lebih baik.
Tabel 25. Rasio Komponen Biaya Manajerial Terhadap Total Biaya Manajerial Komponen Biaya
Nominal Rp Persentase
Biaya koordinasi 8.000.000
20,83 Biaya Sosialisasi
10.000.000 26,04
Biaya Monitoring 2.400.000
6,25 Biaya Rapat
18.000.000 46,87
Total Biaya Manajerial 38.400.000
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
Kedua, rasio komponen biaya pembinaan terhadap total biaya transaksi tersaji pada Tabel 26. Rasio Biaya Pembinaan Pemasaran dalam Negeri adalah
sebesar 0,3640 atau 36,40. Rasio Biaya Pembinaan Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebesar 0,1946 atau 19,46, dan rasio Biaya Pembinaan dan
Perlombaan UMKM adalah sebesar 0,3466 atau 34,66. Tabel 26. Rasio Biaya Pembinaan Terhadap Total Biaya Transaksi
Komponen Biaya Nominal Rp
Persentase Pemasaran dalam Negeri
147.379.800 36,40
Larangan Penggunaan Bahan Kimia
78.800.000 19,46
Pembinaan dan perlombaan UMKM
140.327.000 34,66
Total Biaya Transaksi 404.906.800
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
Rasio komponen biaya pembinaan terhadap total biaya pembinaan tersaji pada Tabel 27. Rasio biaya pembinaan yang paling tinggi adalah Biaya Pembinaan
Pemasaran dalam Negeri sebesar 0,4021 atau 40,21. Tabel 27. Rasio Komponen Biaya Pembinaan Terhadap Total Biaya Pembinaan
Komponen Biaya Nominal Rp
Persentase Pemasaran dalam Negeri
147.379.800 40,21
Larangan Penggunaan Bahan Kimia
78.800.000 21,50
Pembinaan dan perlombaan UMKM
140.327.000 38,28
Total Biaya Pembinaan 366.506.800
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
7.3.2 Rasio Biaya Transaksi Kelompok Pengolah
Biaya transaksi yang dikeluarkan oleh pengolah terbagi menjadi 4 yaitu biaya operasional bersama, biaya informasi, biaya distribusi, dan biaya perizinan.
Tabel berikut ini memperlihatkan rasio masing-masing jenis biaya transaksi terhadap total biaya transaksi.
Tabel 28. Rasio Biaya Transaksi Pengolah Terhadap Total Biaya Transaksi Komponen Biaya