0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0 35,0
40,0
20 - 30 31 - 40
41 - 50 51 - 60
61 - 70 71 - 80
3,3 36,7
33,3
16,7
6,7 3,3
p e
rs e
n ta
se
Tabel 15. Jenis Alat Tangkap Ikan Teri di Pulau Pasaran Jenis Alat
Tangkap Jumlah yang
Berizin Jumlah yang
Tidak Berizin Total
Jenis Ikan yang
Ditangkap Bagan Perahu
32 -
32 Teri Nilon, Jengki
Bagan Tancap 17
- 17 Teri Nilon,
Jengki Bagan Apung
24 -
24 Teri Nilon, Jengki
Payang 42
- 42 Teri Nasi
Total 153
153
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung 2013
5.5 Karakteristik Responden
5.5.1 Kondisi Umum Responden
Karakteristik umum pengolah ikan teri berdasarkan hasil wawancara 30 pengolah ikan teri yang semuanya berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 36,7
berusia diantara selang 31-40 tahun. Sebagian pengolah berada di usia produktif bekerja dengan rata-rata jumlah tanggungan 4
– 6 orang. Rata-rata usaha pengolahan ikan ini dijalankan dengan modal pribadi, namun ada juga pengolah
yang menjalankan dengan modal usaha turunan keluarga. Sebaran usia responden secara lengkap tersaji pada Gambar 14.
Gambar 14. Sebaran Usia Responden
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0 35,0
40,0 45,0
50,0
0-10 11- 2 0
21-30 31-40
41 - 50 6,7
26,7 20,0
36,7
10,0 20
50
20 6,67
3,33
p e
rs e
n ta
se
Lama Menetap Lama Unit Usaha
Pengolah ikan sebagian sudah mendiami Pulau Pasaran sejak lahir, dan sisanya adalah transmigran dari jawa. Rata-rata pengolah sudah menetap pada
rentang 31-40 tahun dengan persentase sebesar 36,7 dan memulai usaha pengolahan ikan. Usaha pengolahan ikan kering ini rata-rata sudah berdiri selama
11-20 tahun, dengan persentase sebesar 50. Hal ini menunjukkan adanya time lag persiapan dan penyesuaian sebelum Pulau Pasaran menjadi sentra pengolahan
ikan teri. Sebesar 20 pengolah telah mengelola usaha ikan dengan selang 0-10 dan 21-30 tahun. Sebaran lama menetap dan unit usaha tersaji pada Gambar 15.
Gambar 15. Sebaran Lama Menetap dan Unit Usaha Resonden
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
Karakteristik masyarakat Pulau Pasaran yang multikultur dapat dijelaskan dengan persentase sebesar 43,3 pengolah berasal dari Indramayu. Karakteristik
ini dapat menjelaskan bahwa sebagian besar pengolah ikan kering sudah terbiasa dengan aktivitas di sektor perikanan dan kelautan. Sebagian besar masyarakat
Pulau Pasaran juga memiliki ikatan keluarga yang secara sosial terhubungan dengan ikatan darah. Lingkaran ini turut membentuk struktur interaksi dalam
masyarakat yang saling berdekatan. Sebesar 20 pengolah berasal dari Cirebon, yang juga telah terbiasa dengan
sektor perikanan dan kelautan. Persentase yang sama berlaku pada pengolah yang berasal dari daerah lain-lain seperti brebes dan makassar yang bekerja sebagai
pengolah ikan kering di Pulau Pasaran. Sebesar 16,67 untuk pengolah yang
10 20
30 40
50 43,33
20 16,67
20
berasal dari Lampung dapat menjelaskan bahwa masyarakat asli lampung lebih memilih profesi lainnya daripada sebagai pengolah ikan teri. Sebaran asal daerah
responden tersaji pada Gambar 16.
Gambar 16. Sebaran Daerah Asal Responden
Sumber : Hasil Analisis Data 2013
5.5.2 Pendidikan
Berdasarkan hasil analisis dari 30 responden pengolah ikan teri di Pulau Pasaran, sebesar 73,3 rata-rata tingkat pendidikan pengolah adalah tamatan
Sekolah Dasar SD. Sebesar 16,67 pengolah adalah tamatan Sekolah Menengah Atas SMA, dan sebesar 10 adalah tamatan Sekolah Menengah
Pertama SMP. Tingkat pendidikan ini cukup berpengaruh pada saat penerapan teknologi baru pengolahan ikan kering. Masyarakat dengan tingkat pendidikan
selain SD relatif lebih mudah dalam menyerap informasi pada setiap pelatihan. Pengolah yang rata-rata berpendidikan Sekolah Dasar biasanya mengandalkan
pengalaman dalam mengelola usaha ikan kering. Sebaran tingkat pendidikan responden tersaji pada Gambar 17.