Saluran Pemasaran Karakteristik Pasar

Pulau Pasaran adalah Pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang terbentuk dalam SKPD. Aturan formal yang mengatur tentang pengembangan klaster industri pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran berdasarkan hasil studi literatur ke dinas terkait antara lain : 1 Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005 – 2008 pada sepuluh klaster industri prioritas pada pengolahan hasil laut. 2 Instruksi presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan percepatan pengembangan sektor rill dan pemberdayaan UMKM. 3 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.32 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan di 33 provinsi. 4 Keputusan Menteri Koperasi dan UMKM No.32 Tahun 2002 tentang pengertian klaster. 5 Keputusan Gubernur Lampung No.G89II.02HK2011 tentang Pembentukan POKJA Percepatan Pembangunan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan di Provinsi Lampung Tahun 2011-2014. 6 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.31a Tahun 2010 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Bandar Lampung Tahun 2009-2029. 7 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No.10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2030 Pasal 60. 8 Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.25823HK2010 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Minapolitan Kota Bandar Lampung yang meliputi Pulau Pasaran dan Lempasing. 9 Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.25623HK2011 tentang Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan Pengembangan Klaster Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Pasaran. 10 Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.421III.24HK2012 tentang Delapan Komoditas Unggulan Kota Bandar Lampung. 11 Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No.25III.24HK2012 tentang Pembentukan Forum Koordinasi One Village One Product OVOP Kota Bandar Lampung.

6.2.2 Aturan Informal

Aturan lokal yang berlaku di masyarakat Pulau Pasaran adalah pengumpulan dana ekspedisi dari hasil pengiriman paket ikan teri ke Jakarta. Masyarakat memiliki kesepakatan dengan pihak pengirim paket untuk menyisihkan Rp50kg dari biaya pengiriman paket Rp500kg pada setiap kuantitas ikan kering yang dikirimkan ke Jakarta dalam sekali produksi. Uang yang disisihkan diambil setiap bulannya dan digunakan oleh masyarakat untuk pembangunan Pulau Pasaran. Dana ini diatur oleh perwakilan pengolah ikan yang dipercaya dan cukup berpengaruh di Pulau Pasaran. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan tidak dilaksanakannya pemungutan retribusi oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung, karena masyarakat dapat membiayai kegiatan operasional bersama di Pulau Pasaran.

6.3 Analisis Tata Kelola

Analisis tata kelola yang akan dibahas merupakan model yang diadaptasi dari kerangka analisis tata kelola Pido et al 1997. Atribut tata kelola yang pertama adalah biofisik dan teknologi. Atribut biofisik adalah sumber daya ikan teri yang dibutuhkan oleh pengolah sebagai bahan baku. Kondisi ikan teri disekitar perairan Teluk Lampung masih cukup baik, karena setiap hari pengolah dapat dengan mudah membelinya ke nelayan bagan. Teknologi yang digunakan oleh pengolah masih tradisional, namun ada perbaikan pada teknik pengolahan ikan teri. Pengolah yang membeli ikan teri segar dari laut langsung melakukan perebusan di kapal. Cara ini dapat mempertahankan kualitas olahan ikan teri dengan mengurangi resiko ikan yang cepat rusak perishable. Ikan yang sudah direbus selanjutnya akan dijemur setelah kapal mendarat di Pulau Pasaran. Teknik pengolahan ini dapat mengefisienkan waktu penjemuran, sehingga pengiriman ikan ke gudang pengumpul di Jakarta dapat terlaksana tepat waktu. Atribut kedua adalah pasar, yang meliputi aspek penawaran dan permintaan. Pengolah ikan menjual hasil olahan kepada pasar lokal dan nasional. Target pasar lokal adalah pasar tradisional, retail oleh-oleh, dan supermarket di Kota Bandar Lampung, Bandar Jaya, Metro, dan Kota Bumi, sedangkan pasar nasional adalah