tim teknis maupun antar lembaga tim teknis dengan kelompok pengolah perlu dilakukan secara intensif agar program kerja yang akan dijalankan
berkesinambungan.
7.4.3 Aturan Representasi
Aturan representasi dalam sistem kelembagaan terbagi menjadi 2 tingkat, yaitu tingkat pengambil kebijakan collective choice level dan level operasional
operational choice level. Level penentu kebijakan pengembangan klaster industri terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Pemerintah yang berperan dalam pengembangan klaster industri
pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran terdiri dari Pemerintah Kota Bandar Lampung, SKPD yang terdiri dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Bandar Lampung, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, BAPPEDA Kota
Bandar Lampung, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar
Lampung, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, BPPLH, dan BPMP. Kelompok pemerintah yang tergabung dalam tim
pengembangan klaster industri ikan teri di Pulau Pasaran diharapkan dapat menyusun aturan main pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan
teri yang berkelanjutan. Program kerja yang terintegrasi antar lembaga diharapkan dapat menyelaraskan tujuan pengembangan potensi Pulau
Pasaran. b.
Bank Indonesia Perwakilan Provinsi dan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa sebagai inisiator pendampingan mitra kelompok pengolah ikan
teri. c.
Perguruan Tinggi dan Asosiasi Masyarakat yang berperan dalam memberikan saran dalam merumusakan kebijakan klaster industri
pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran.
Level operasional yaitu tingkatan aktor yang berperan sebagai pelaksana kebijakan dari level penentu kebijakan. Kelompok yang terlibat dalam level ini
adalah sebagai berikut: a.
Kelompok lembaga pengelola klaster ikan teri yang terdiri dari nelayan bagan yang berperan sebagai penyedia bahan baku utama ikan teri,
kelompok pengolah ikan teri, dan LKM Mitra Usaha Bahari. b.
Kelompok penyedia akses permodalan dan atau pemasaran yaitu pedagang pengumpul, retail supermarket, dan perbankan.
7.4.4 Mekanisme Implementasi
Implementasi desain kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan antar aktor adalah melalui kegiatan rapat bulanan koperasi. Rapat koperasi membahas
tentang laporan keuangan simpan pinjam dan Waserda. Kegiatan ini dihadiri oleh kelompok pemerintah, Bank Indonesia, LSM Masyarakat Mandiri, nelayan, dan
kelompok masyarakat. Aktor-aktor ini cukup mewakili pemain utama pengembangan klaster ikan teri. Kegiatan rapat koperasi sebaiknya diisi juga
dengan musyawarah bersama yang membahas tentang arah pengelolaan klaster industri ikan teri. Pemberian materi pelatihan dan transfer teknologi juga dapat
dilakukan pada kegiatan ini, sehingga masyarakat mendapat insentif lebih untuk hadir dalam rapat koperasi.
Implementasi desain kelembagaan juga dapat dilakukan melalui kegiatan informal seperti pertemuan di tingkat lingkungan. Pertemuan informal ini dapat
dilakukan dengan menentukan days off para pengolah dalam satu bulan berproduksi. Tujuannya adalah sebagai langkah komitmen dalam mendukung
peningkatan modal sosial di masyarakat. Aktor yang terlibat adalah kelompok masyarakat pengolah. Peran tokoh masyarakat untuk membangun partisipasi dan
keswadayaan masyarakat sangat diperlukan, sehingga diperlukan tokoh yang berpengaruh dan memiliki visi memajukan Pulau Pasaran untuk menampung
aspirasi masyarakat. Kelompok pengolah menjalankan mekanisme pengembangan masyarakat secara bottom up dengan berlandaskan kepercayaan dan keterbukaan.
Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong kelompok pengolah untuk melakukan