akan dilakukan tindakan prediksi dan rekomendasi sebelum tindakan diambil, sedangkan deksripsi dan evaluasi digunakan setelah tindakan terjadi.
2.5 Analytic Hierarchy Process
Metode Analytic Hierarchy Process AHP adalah bentuk pengorganisasian informasi dan berbagai keputusan secara rasional agar dapat memilih alternatif
yang paling disukai. Metode AHP digunakan untuk membantu memecahkan masalah kualitatif yang kompleks dengan memakai perhitungan kuantitatif untuk
mendapatkan keputusan yang efektif. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan kompleks tidak terstruktur, serta bersifat strategik, dan dinamis
melalui upaya penataan rangkaian variabelnya dalam suatu hirarki. Data yang diperlukan hanya bersifat kualitatif yang berdasarkan persepsi, pengalaman, atau
intuisi. Penerapan metode AHP memerlukan pakar sebagai responden dalam
perumusan strategi kebijakan yang akan dipilih. Pakar merupakan orang-orang yang menguasai, mempengaruhi pengambil kebijakan, serta benar-benar
mengetahui informasi yang dibutuhkan. Menurut Saaty 1993 AHP dapat digunakan dalam menetapkan prioritas, menghasilkan seperangkat alternatif,
memilih alternatif kebijakan yang terbaik, menetapkan berbagai persyaratan, mengalokasikan sumberdaya, meramalkan hasil dan memprediksi resiko,
mengukur prestasi, merancang sistem, serta memecahkan permasalahan. Metode AHP digunakan untuk menguji konsistensi berbagai penilaian,
khususnya apabila terjadi penyimpangan penilaian yang terlalu jauh dari nilai konsistensi yang sempurna. Indikator tersebut disintesiskan melalui interpretasi
hubungan eigen vector dengan nilai eigen value terbesar sebagai prioritas yang mengindikasikan alternatif terpenting dalam menyelesaikan permasalahan.
Metode AHP juga dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua aktor yang terlibat dalam proses tersebut.
Keunggulan penggunaan metode AHP diantaranya: a.
Kesatuan; AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dipahami berbagai kasus permasalahan yang tidak terstruktur.
b. Kompleksitas; AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan
berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks. c.
Saling ketergantungan; AHP mencerminkan kecenderungan alami dari pemikiran untuk memilih elemen dalam suatu sistem dengan berbagai
tingkat yang berlainan dan pengelompokkna unsur serupa dalam setiap tingkatan.
d. Pengukuran; AHP menghasilkan satu skala untuk mengukur hal-hal dan
terwujudnya suatu metode untuk menetapkan prioritas. e.
Konsistensi; AHP melacak konsistensi logis dari berbagai pertimbangan yang dipakai untuk menetapkan berbagai prioritas.
f. Sintesis; AHP menuntun kepada taksiran menyeluruh tentang kebaikan
setiap alternatif. g.
Tawar menawar; AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi dapat memilih
alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan. h.
Pemilihan konsensus; AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang
berbeda. i.
Pengulangan proses; AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka atas satu persoalan dan memperbaiki berbagai
pertimbangan serta pengertian mereka melalui berbagai pengulangan.
2.6 Aransemen Kelembagaan
Kebijakan pengelolaan sektor perikanan dan kelautan masing belum terintegrasi dengan aransemen kelembagaan pembangunan. Hal tersebut
dijelaskan oleh Kusumastanto 2010 yang diacu dalam Rudiyanto 2011 bahwa penanganan suatu kasus pembangunan kelautan acapkali menimbulkan konflik
kepentingan daripada solusi integral. Upaya merumuskan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan harus didukung oleh suatu kelembagaann
yang melibatkan
pihak-pihak terkait
pada tingkat
lembaga politik,
diimplementasikan ke lembaga departemen dan non departemen yang mempunyai