b. Reciprocal Peer Tutoring
Dalam jenis peer tutoring ini, rekan-rekan belajar satu sama lain akan mengubah statusnya dari tutor menjadi siswa. Rekan-rekan bergiliran
menjadi tutor sementara yang lain bertindak sebagai siswa atau pelajar. Strategi ini memberikan kesempatan yang sangat baik untuk setiap
siswa untuk bertindak sebagai tutor yang meningkatkan tingkat kepercayaannya.
c. Cross Age Peer Tutoring
Dalam jenis tutoring ini siswa yang umurnya lebih tua bertindak sebagai tutor dan mereka mengajar siswa yang lebih muda. Tutor
memiliki latar belakang akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa mereka atau peserta didik dalam lintas usia tutor teman sebaya.
Pendekatan ini berharga bagi siswa karena mereka mendapatkan instruksi individu yang efektif dan umpan balik dari tutor mereka. Di sisi lain guru
mendapat pengalaman pengajaran yang berharga. Manfaat dari penggunaan strategi pembelajaran Reciprocal Peer
Tutoring adalah
18
: a. Meningkatkan interaksi sosial para murid.
b. Menjadikan diskusi kelas lebih mendalam dan lebih substantif. c. Meningkatkan intensitas akademis para murid, tanpa menambahkan
durasi instruksional. d. Para murid akan memerlukan lebih banyak waktu pengerjaan sebuah
tugas ketika bekerja bersama seorang mitra atau tutor dibandingkan yang akan mereka perlukan ketika bekerja sendiri.
e. Para murid yang bekerja dalam peer tutoring menjadikan perolehan akademis terukur dan mengembangkan sikap yang lebih positif
terhadap materi pelajaran.
18
Harvey F Silver, dkk., Strategi-Strategi Pengajaran, Jakarta: PT. Indeks, 2012 Cet. 1, h
f. Menjadikan murid lebih produktif, lebih hangatramah dan ceria, yakni para murid lebih mandiri dan kurang bergantung pada guru.
g. Ketika diaplikasikan pada aktifitas membaca, strategi ini meningkatkan keterampilan decode, memperdalam pemahaman, serta
membanu para murid mempelajari cara membaca teks kaya informasi yang sukar.
Menurut Lalu Hamdian Affandi, dalam metode tutor sebaya berpasangan, siswa dikelompokkan secara berpasangan dan secara bergantian
bertukar peran sebagai tutor dan tutee. Sedangkan dalam metode tutor sebaya kelompok kecil, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil 3-6 orang
dan masing-masing siswa setiap minggu secara bergiliran menjadi tutor sementara yang lain menjadi tutee
19
. Dalam kelas eksperimen akan menggunakan strategi pembelajaran
Peer Tutoring dengan pemilihan tutornya akan menggunakan jenis Reciprocal Peer Tutoring, yaitu ditetapkannya tutor yang berbeda-beda pada setiap
pertemuan dalam pembelajaran hingga setiap siswa dalam kelompok belajar tersebut akan merasakan menjadi tutor. Hal ini dikarenakan jumlah siswa
yang tergolong banyak. Langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring dikembangkan dari 4 prinsip pembelajaran peer tutoring menjadi
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran
Reciprocal Peer Tutoring Prinsip 1 2
Respon aktif siswa kesempatan bagi siswa untuk memberikan respon
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang termasuk tutor.
2. Guru memperkenalkan materi yang akan dipelajari namun hanya ide-ide
19
Lalu Hamdian Affandi, op.cit.,h.249-250.
besar atau konsep-konsep kunci pelajaran 3. Setiap tutor mengambil LKS yang disediakan di meja guru.
4. Guru memberi kesempatan tutor untuk bertanya mengenai LKS tersebut. 5. Tutor memberikan LKS kepada tutee.
6. Tutor menjelaskan materi yang dipelajari. 7. Tutor membantu tutee yang kurang memahami materi serta memfasilitasi
para tutee untuk berdiskusi. 8. Tutee mengerjakan LKS. Jika tutee mengalami kesulitan saat
mengerjakannya maka dibolehkan untuk bertanya kepada tutor. Jika tutor mendapati kesulitan saat menjawab pertanyaan tutee maka dibolehkan
pula untuk bertanya kepada guru. 9. Guru menunjuk tutee secara acak untuk mempresentasikan hasil belajar
kelompok mereka. 10. Guru mempersilahkan kelompok lain untuk bertanya atau berkomentar
kepada kelompok tersebut.
Prinsip 3 Umpan Balik
11. Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi yang telah disampaikan.
12. Guru memberikan post tes kepada seluruh siswa.
Prinsip 4 Penguatan
13. Guru memberikan arahan atau tambahan penjelasan atas kekurangan- kekurangan pemahaman mereka tentang materi tersebut yang terlihat dari
presentasi kelompok tadi.
2. Strategi Pembelajaran Konvensional
Strategi pembelajaran konvensional adalah strategi yang mungkin biasanya digunakan guru dalam pembelajaran di kelas. Metode yang
digunakan biasanya adalah metode ceramah, Tanya-jawab, diskusi, cerita, demonstrasi, dan masih banyak lagi. Pada sekolah yang menjadi tempat
penelitian ini menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori adalah suatu metode penyampaian materi pelajaran yang didalamnya meliputi
gabungan dari metode ceramah, metode Tanya-jawab, dan metode tugas.
20
Menurut Djamarah dkk. proses pembelajaran metode elspositori dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut
21
: a. Pendahuluan guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan
disampaikan. b. Persiapan guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan
rapi c. Apersepsi guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian siswa kepada materi pelajaran d. Presentasi guru menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran terkait
dengan definisi, konsep, aturan, atau prinsip yang dikembangkan secara jelas.
e. Resitasi guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau siswa diminta menyatakan kembali materi yang telah dipelajari
dengan kata-kata sendiri. Dalam metode ekspositori, pembelajaran berpusat pada guru karena
dari unsur-unsur metode pendukungnya juga berpusat pada guru. sehingga pembelajaran cenderung berjalan pasif. Seperti halnya metode ceramah,
aktivitas siswa dalam pengajaran yang menggunakan metode ini hanya menyimak sambil sesekali mencatat. Hal tersebut juga akan terjadi pada
tahapan metode ekspositori yaitu tahap presentasi.
22
20
Wisnu Sunarto, dkk., Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Model Pembelajaran Metode Think Pair Share dan Metode Ekspositori, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 4, 2008, h. 245.
21
Ibid, h. 246.
22
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2009 cet. 3, h. 61.
Pada tahap resitasi ini sama seperti metode Tanya-jawab yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama
dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
23
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Septi, Hobri, dan Arika Indah K. yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Class Wide Peer Tutoring Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Operasi Hitung Aljabar Kelas VII D SMP Negeri 7 Jember Semester Ganjil
Tahun Ajaran 20132014. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
24
Penelitian yang dilakukan oleh Andy Nurul I. yang berjudul Penerapan Peer Tutoring Dengan Strategi Everyone Is A Teacher Here Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Jember Tahun Ajaran 20112012. Penelitian ini
memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut meningkatkan hasil belajar siswa.
25
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan salah satu ilmu yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi. Matematika juga merupakan ilmu
pengetahuan yang banyak melatarbelakangi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu tidaklah aneh jika kita dapat menemui ilmu ini dari Taman Kanak-
23
Ibid, h. 62.
24
Dwi Septi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Class Wide Peer Tutoring Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Operasi Hitung Aljabar
Kelas VII D SMP Negeri 7 Jember Semester Ganjil Tahun Ajaran 20132014, Kadikma Vol, 5 No. 2, 2014, h. 74.
25
Andy Nurul I, Penerapan Peer Tutoring Dengan Strategi Everyone Is A Teacher Here Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Pada Siswa Kelas VIII
Semester Ganjil SMPN 5 Jember Tahun Ajaran 20112012
kanak sampai perkuliahan. Salah satu hal yang diharapkan dari seseorang yang mempelajarinya yaitu, meningkatnya kemampuan komunikasi matematis.
Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin menyebutkan bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika
adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan dan mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan
maupun tulisan serta mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Dengan komunikasi, baik lisan maupun tulisan dapat membawa siswa pada pemahaman
yang mendalam tentang matematika dan dapat memecahkan masalah dengan baik.
26
Berdasarkan pendapat Huinker dan Laughin, maka guru perlu merancang pembelajaran yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis. Salah satu
hal yang dapat melatih kemampuan komunikasi matematis tersebut adalah menulis. Dalam pembelajaran matematika banyak hal yang dapat dilakukan
dengan menulis, seperti menulis informasi yang mereka dapati dari soal, menulis penyelesaian masalah, menulis apa yang telah mereka pahami atau yang telah
mereka pelajari dan sebagainya. Menurut Ali Mahmudi, cara lain yang dapat melatih atau mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis siswa adalah berdiskusi kelompok karena diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengekspresikan pemahaman,
memverbalkan proses berfikir dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka.
27
Oleh karena itu, guru membutuhkan strategi yang didalamnya memuat aktifitas menulis dan diskusi. Salah satu strategi
pembelajaran yang memuat kedua hal tersebut adalah peer tutoring. Strategi ini mengedepankan adanya proses komunikasi yang akan terjadi dalam sebuah
diskusi kelompok dengan adanya peran siswa sebagai tutor dan tutee. Diskusi ini diharapkan menjadi pelatihan bagi siswa dalam menyatakan solusi masalah
26
Nunun Elida, op. cit., h. 180.
27
Ali Mahmudi, op, cit,. h. 4.
dengan penyajian secara aljabar sehingga kemampuan mereka dalam hal ini akan meningkat. Selain itu. adanya penggunaan Lembar Kerja Siswa LKS dalam
strategi ini juga turut melatih kemampuan komunikasi matematis siswa, karena dalam pengerjaanya banyak aktivitas menulis.
Proses pembelajaran antara tutor dan tutee akan menjadikan mereka mampu membangun serta menggabungkan ide-ide serta pemahaman matematika
mereka masing-masing. Hal ini tentu menjadikan siswa mampu merefleksikan gambar ke dalam ide-ide matematika, menyatakan peristiwa sehari-hari kedalam
bahasa matematika, serta menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar Agar lebih memudahkan, dapat dilihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Berdiskusi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru serta penggunaan lembar kerja siswa
Masalah
S
trategi pembelajaran belum melatih kemampuan komunikasi
matematis siswa Kurangnya kemauan dalam
belajar matematika Kurangnya kemampuan
menyelesaikan soal dengan penyajian aljabar yang tepat.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa
Strategi pembelajaran Reciprocal Peer Tutoring Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Merefleksikan gambar ke dalam ide matematika
Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
Menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar.
Kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat Strategi pembelajaran Peer Tutoring