Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Gambar 4.8 Contoh Jawaban
Posttest Poin 3 dari Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.9 Contoh Jawaban
Posttest Poin 3 dari Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan jawaban posttest kelas eksperimen pada Gambar 4.8 dan kelas kontrol pada Gambar 4.9 memiliki hasil akhir yang sama dan
ide yang muncul juga sama. Dari gambar yang diketahui dalam soal, siswa kelas eksperimen mampu mendapatkan informasi-informasi tersebut
kemudian muncul ide matematika tentang apa yang harus ia lakukan atau apa yang ia butuhkan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Cara
penyampaiannya pun tersusun rapi dan terlihat sekali bahwa siswa mendapatkan pemahaman yang baik dari gambar trapesium yang ada dan
pemahaman konsep yang baik pula, ia mengetahui bagaimana cara mencari tinggi trapesium dengan menggunakan unsur-unsur yang
diketahui dalam soal hingga akhirnya ia dapat temukan luas trapesium yang tepat. Secara umum siswa kelas eksperimen mengetahui apa yang
diketahui dari soal, apa yang ditanya dari soal, dan apa yang harus mereka cari dan dengan cara apa mereka mencari jawaban. Hal ini disebabkan
siswa terbiasa dalam menulis pemecahan masalah dalam lembar kerja siswa yang tersusun rapi.
Dibandingakan dengan jawaban siswa kelas kontrol di atas terdapat sedikit
perbedaan. Siswa mampu mendapatkan ide penyelesaiannya hanya saja ia tidak menyebutkan dengan jelas rumusan
apa yang digunakannya untuk mencari tinggi dan mencari luas. Hal ini disebabkan siswa tidak terbiasa dalam menulis pemecahan masalah yang
tersusun rapi seperti halnya kelas eksperimen dalam lembar kerja siswa. Dapat disimpulkan dari jawaban kelas eksperimen dan kelas
kontrol di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi Reciprocal Peer Tutoring dapat melatih kemampuan komunikasi
matematis siswa dalam merefleksikan gambar ke dalam ide matematika. Adanya diskusi antara siswa dengan siswa dan juga siswa dengan peneliti,
adanya sikap keterbukaan siswa dalam bertanya, dan adanya banyak
latihan soal secara bersama-sama dalam pembelajaran juga mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa dalam indikator 1.
b. Indikator 2: menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika
. Pada posttest terdapat 1 soal yang menguji kemampuan komunikasi matematis dengan indikator menyatakan peristiwan sehari-
hari ke dalam bahasa matematika yaitu soal poin 5. Maksud dari indikator ini adalah siswa mampu mengubah informasi yang didapat dari persoalan
peristiwa sehari-hari tersebut ke dalam bahasa matematika baik berupa simbol matematika ataupun lainnya untuk memudahkan dalam
pembahasan dan penyelesaian soal tersebut. Soal posttest yang mengacu kepada indikator kedua ini adalah sebagai berikut:
Sebuah taman berbentuk jajargenjang dengan alas 12 m dan tingginya 6 m. taman tersebut akan ditanami dengan bunga namun
terdapat kolam ikan yang juga berbentuk jajargenjang dengan alas kurang 3 m dari taman dan tingginya kurang 2 m dari taman. Berapa luas
taman yang dapat ditanami bunga? Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Gambar 4.10 Contoh Jawaban
Posttest Poin 5 dari Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.11 Contoh Jawaban
Posttest Poin 5 dari Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan contoh jawaban posttest kelas eksperimen pada Gambar 4.10 dan kelas kontrol pada Gambar 4.11, sangat terlihat jelas
perbedaan diantara keduanya walaupun memiliki hasil akhir yang sama. Perbedaan keduanya terdapat pada penggunaan bahasa matematika. Pada
jawaban siswa kelas eksperimen, siswa tersebut mampu menyerap informasi dari soal kemudian ia nyatakan dengan menggunakan bahasa
matematika yang baik. Ia sebutkan bahwa taman berbentuk jajar genjang dengan alas 12 m dan seterusnya kemudian ia mencari luasnya dengan
menulis rumusan luasnya terlebih dahulu, begitupun untuk mencari luas kolam dan mencari luas taman yang ditanami bunga. Dibandingkan
dengan jawaban dari siswa kelas kontrol sangat berbeda, tanpa
menyebutkan unsur-unsur yang diketahui dengan bahasa matematika yang baik dan tanpa menyebutkan rumusan luas dan sebagainya, ia
langsung mengalikan angka 12 dengan 6 dan angka 9 dengan 4 kemudian ia kurangkan kedua hasilnya.
Secara umum siswa kelas kontrol belum bisa memahami soal yang diberikan dan kurang paham dalam menggunakan konsep yang terlibat
dalam soal tersebut sehingga siswa banyak yang masih menjawab soal dengan perkiraan jawaban dan juga belum bisa menyampaikan
penyelesaian dengan penggunaan bahasa matematika yang baik. Hal ini disebabkan pembelajaran dalam kelas kontrol tidak terbiasa menulis
penyelesaian masalah dengan rapi. Jika kita membaca jawaban keduanya maka akan lebih mudah kita
pahami untuk membaca jawaban kelas eksperimen tersebut bahkan tanpa membaca soal terlebih dahulu. Hal ini disebabkan siswa kelas eksperimen
sering berlatih dalam menyelesaikan masalah dalam lembar kerja siswa serta adanya diskusi antar siswa yang membuat mereka dapat saling
bertukar pendapat untuk menghasilkan jawaban yang paling tepat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi peer
tutoring melatih kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika.
c. Indikator 3: menyatakan solusi masalah dengan penyajian secara aljabar Pada posttest terdapat 2 soal yang menguji kemampuan
komunikasi matematis dengan indikator menggunakan bahasa matematika ke dalam ide matematika yaitu soal poin 1 dan 4. Maksud dari indikator
ini adalah siswa mampu menyelesaikan dan menyatakan solusi dari sebuuah permasalah dengan menggunakan perhitungan aljabar yang tepat.
Berikut ini soal posttest yang mengacu kepada indikator ketiga:
1 Diketahui besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 2 °, +
40° , dan 4
+ 35°. Tentukanlah besar ketiga sudut tersebut Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Gambar 4.12 Contoh Jawaban
Posttest Poin 1 dari Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.13 Contoh Jawaban
Posttest Poin 1 dari Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan contoh jawaban posttest dari kelas eksperimen pada Gambar 4.12 dan kelas kontrol pada Gambar 4.13, terdapat
perbedaan walaupun hanya sedikit dalam penyampaian ide matematika mereka. Contoh jawaban dari kelas eksperimen menggambarkan bahwa
siswa mampu menyatakan solusi dari masalah yang diberikan dengan menggunakan perhitungan aljabar yang tepat. Siswa memulainya dengan
menjabarkan sudut-sudut yang diketahui dalam soal dan menyampaikan pula konsep matematika yang akan siswa gunakan sebagai penyelesaian
dari soal tersebut, yaitu jumlah sudut segitiga sedangkan kelas kontrol menyampaikan solusi matematikanya langsung menyebutkan bahwa
“2 + + 4 + 40 + 35 = 180 dan penulisannya masih terdapat
kesalahan yaitu tidak menggunakan satuan sudut. Sebagian siswa kelas eksperimen mampu menyajikan solusi
dari permasalahan dengan perhitungan aljabar yang tepat. Hal ini disebabkan siswa terlatih dalam menulis pemecahan masalah dengan
adanya pemberian lembar kerja siswa. Lain halnya dengan siswa kelas kontrol, mereka tidak mengutarakan ide matematika terlebih dahulu
mereka cenderung langsung mengutarakan penjumlahan sudut tersebut dan penggunaan bahasa matematika mereka masih kurang tepat walaupun
pada akhirnya hasil jawaban dari keduanya sama. hal ini disebabkan siswa kurang terlatih dalam menulis pemecahan masalah yang tepat. Dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi reciprocal peer tutoring dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
menggunakan bahasa matematika untuk menyampaikan ide matematika secara tepat.
2 Panjang diagonal-diagonal pada suatu layang-layang berbanding 3:5. Jika luas layang-layang tersebut 270 cm
2
, tentukan panjang kedua diagonal tersebut.
Contoh jawaban posttest kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.14 Contoh Jawaban
Posttest Poin 4 dari Siswa Kelas Eksperimen
Gambar 4.15 Contoh Jawaban
Posttest Poin 4 dari Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan contoh jawaban kelas eksperimen pada Gambar 4.14 dan kelas kontrol pada Gambar 4.15, terlihat bahwa keduanya memiliki
hasil akhir yang sama namun penyajian aljabar diantara keduanya yang berbeda. Dari jawaban kelas eksperimen terlihat bahwa siswa
menggunakan perhitungan aljabar yang tepat dan rapi dalam penulisannya. Sedangkan kelas kontrol dalam perhitungannya tepat namun penulisannya
masih terbilang kurang. Sebagian besar siswa kelas eksperimen mampu menyatakan silusi
masalah dengan penyajian secara aljabar walaupun terdapat beberapa kesalahan. Hal ini disebabkan banyaknya interaksi antar siswa yang
membiasakan mereka untuk berdiskusi dalam pemilihan bahasa
matematika yang tepat untuk digunakan saat mereka menyelesaikan lembar kerja siswa dan tentunya dengan lembar kerja siswa tersebut
mereka terlatih dalam menulis pemecahan masalah dengan baik. Siswa kelas kontrol cenderung tidak menggunakannya dengan
tepat. Hal ini disebabkan siswa kelas kontrol hanya diberikan latihan yang cenderung sama dengan contoh soal. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan strategi Reciprocal Peer Tutoring dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika. Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa pembelajaran
dengan strategi Reciprocal Peer Tutoring dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada indikator merefleksikan
gambar ke dalam ide matematika, menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika dan menggunakan bahasa matematika untuk
menyatakan ide matematika secara tepat. Hal ini dapat dikatakan bahwa penerapan strategi Reciprocal Peer Tutoring selama proses pembelajaran
memberikan pengaruh positif pada kemampuan komunikasi matematis siswa.
Hal ini sejalan dengan teori Ali Mahmudi, “Cara lain yang dapat melatih atau mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa
adalah berdiskusi kelompok karena diskusi kelompok memungkinkan siswa untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan proses berfikir
dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka.
1
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andy Nurul I. yang
1
Ali Mahmudi, Op, Cit,. h. 4.
memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran tersebut meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2