Metode komunikasi Komunikasi Vertikal ke Bawah di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten

63 sehari-hari, dan dilaksanakan tanpa ada aturan-aturan yang membatasi komunikasi tersebut. Jadi, dari beberapa hasil temuan yang telah dianalisis oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam hal komunikasi vertikal ke bawah yang berlangsung di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten secara umum menggunakan jenis formal dan informal, sesuai dengan kepentingan hal yang dikomunikasikan dan kondisi pada saat melaksanakan komunikasi, hanya saja lebih sering menggunakan komunikasi informal untuk kegiatan komunikasi pekerjaan sehari- hari. Komunikasi informal dalam kegiatan sehari-hari dirasa lebih mudah digunakan untuk berkomunikasi, tanpa ada aturan yang mengikat secara formal, dan penggunaan bahasa yang tidak terlalu formal dirasa lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi tersebut. Komunikasi dengan jenis formal yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan media tertulis misalnya surat dan rapat organisasi, sedangkan informal dengan tatap muka secara langsung mengkomunikasikan apa yang akan dikomunikasikan tanpa memperhatikan alur struktur organisasi maupun dengan media elektronik seperti SMS, WA, BBM, maupun telepon.

c. Metode komunikasi

Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa sebagian besar pelaksanaan komunikasi vertikal ke bawah yang dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten secara umum lebih dominan dan dirasa lebih efektif menggunakan metode Persuasive, metode ini merupakan suatu metode komunikasi yang dilakukan agar orang lain bersedia menerima suatu paham, keyakinan, maupun bersedia 64 melakukan suatu kegiatan maupun yang lainnya. Dari informan yang diperoleh sejumlah delapan pegawai, yang diantaranya merupakan Kepala Sub Bagian, Kepala Bidang, dan Kepala Seksie, lima diantaranya menjawab bahwa metode yang digunakan yaitu Persuasive, dua tidak memberikan jawaban yang jelas, dan hanya satu orang yang memberikan jawaban menggunakan metode Instructive atau metode komunikasi yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain namun dilaksanakan dengan cara memaksamemberikan tekanan kepada komunikan. Seperti yang diungkapkan oleh SN dalam wawancara pada tanggal 29 Februari 2016, beliau selaku Kasubag Umum dan Kepegawaian, mengatakan bahwa metode yang digunakan: “Yaaa kita membina, mengarahkan, memberikan contoh, dan berdasarkan peraturan perundangan maupun peraturan pemerintah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Sy dalam wawancara yang dilaksanakan di ruang Bidang Pendidikan Dasar pada tanggal 15 Maret 2016, beliau selaku Kasie TK dan SD, beliau mengatakan bahwa dalam hal metode komunikasi: “Kita lebih demokratis ya, kita tidak ada yang modelnya instruksi, harus gini-gini, enggak, kita komunikasi ada tugas seperti ini, kan bisa koordinasi, saling komunikatif, tidak ada ya istilahnya harus gini, gini, tidak”. Dari kedua pendapat tersebut, dapat meyakinkan bahwa metode komunikasi vertikal ke bawah yang digunakan oleh atasan kepada bawahan yaitu menggunakan metode Peruasive. Tidak hanya dari hasil wawancara saja, untuk lebih meyakinkan hasil penelitian, peneliti juga melaksanakan observasi terkait hal tersebut, dan menunjukkan hasil yang sama, observasi tersebut dilaksanakan di ruang Bidang PMPTK pada tanggal 4 Maret 2016, terlihat bahwa SM selaku Kasie Tenaga 65 Kependidikan berkomunikasi dengan Staf menggunakan Persuasive, karena beberapa kali terlihat SM menjelaskan berbagai pekerjaannya kepada para Staf, dengan juga berlangsung kegiatan komunikasi secara tanya jawab diantara komunikator dan komunikan. Observasi dengan hal yang sama juga dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 22 Maret 2016 di ruang Bidang PMPTK, terlihat seorang Kasie Pendidik sedang melaksanakan komunikasi dengan Stafnya, metode komunikasi yang digunakan antara kasie dengan Staf tersebut yaitu Persuasive, karena beberapa kali terlihat Sl menjelaskan berbagai pekerjaannya kepada para Staf, dengan juga berlangsung kegiatan komunikasi secara tanya jawab diantara komunikator dan komunikan. Jadi, dari beberapa hasil temuan yang telah dianalisis oleh peneliti, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar pelaksanaan komunikasi vertikal ke bawah yang berlangsung di Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten secara umum menggunakan metode Persuasive untuk kegiatan komunikasi sehari-hari. Metode lain yang tidak selalu digunakan yaitu metode Informative dan Instructive, meskipun tidak menutup kemungkinan dalam suatu kondisi menggunakan metode Informative dan Instructive, misalnya pada saat memberikan arahan yang mendesak dan penting, tentunya atasan juga menggunakan metode Instructive untuk berkomunikasi dengan bawahan, dengan maksud pesan dapat tersampaikan dengan lebih efektif. Dengan menggunakan metode Persuasive komunikasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan penjelasan dan mempengaruhi orang lain agar orang lain bersedia menerima suatu paham, keyakinan, maupun bersedia melakukan suatu kegiatan maupun yang lainnya, dan metode ini dirasa lebih efektif 66 dalam menyampaikan pesan dari atasan kepada bawahan, karena dengan metode tersebut bawahan merasa diberikan penjelasan dan arahan terkait dengan pekerjaan yang harus dilakukan, jadi tidak hanya sebatas memberikan informasi maupun instruksi secara paksaan. Dengan metode Persuasive pun iklim dari organisasi tersebut menjadi lebih harmonis.

d. Media komunikasi