Prasyarat Reforma Agraria Upaya pelaksanaan Reforma Agraria

91 f. Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan program pembaruan agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumber daya agraria yang terjadi. 2 TAP MPR RI Nomor VMPR2003 tentang Saran Kepada Presiden dan DPR Bagi Pelaksanaan Reformasi Agraria Antara lain: “menyelesaikan berbagai konflik dan permasalahan di bidang agraria secara proporsional dan adil, mulai dari persoalan hukum sampai implementasinya di lapangan dan bersama-sama DPR membahas Undang-Undang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang akan berfungsi sebagai UU Pokok dan membentuk lembaga atau institusi independen lain untuk menyusun kelembagaan dan mekanisme penyelesaian konflik agraria dan sumber daya alam guna menyelesaikan sengketa agraria dan sumber daya alam agar memenuhi rasa keadilan kelompok petani, nelayan, masyarakat adat, dan rakyat umumnya sehingga berbagai konflik dan kekerasan dapat dicegah dan ditanggulangi .” garis bawah oleh penulis

d. Prasyarat Reforma Agraria

85 a. Dilaksanakan tepat waktu tidak ditunda-tunda; b. Didukung oleh peraturan perundang-undangan yang tepat sasaran, sinkron secara vertikal maupun horisontal dan serasi antara substansi dan wadah pengaturannya; c. Didukung oleh dana dan sumberdaya manusia yang mempunyai komitmen dan integritas; d. Didukung oleh organisasi pemangku kepentingan petani, dan lain-lain yang kuat; e. Didukung oleh masyarakat melalui peran serta aktif pemangku kepentingan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasinya.

e. Upaya pelaksanaan Reforma Agraria

86 . Dalam rangka restrukturisasi pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, khususnya terkait program redistribusi tanah, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Identifikasi dan inventarisasi tanah-tanah yang potensial menjadi objek redistribusi tanah antara lain dapat dicapai jika asas-asas pemerintahan yang baik dalam pelayanan pemberian hak, termasuk perpanjangan dan pembatalannya sungguh-sungguh ditegakkan dalam praktik; 2 Untuk mendukung identifikasi dan inventarisasi itu diperlukan tersedianya data dan informasi pertanahan yang akurat; 3 Gagasan “baru” dalam redistribusi tanah, misalnya tentang redistribusi tanah pertanian untuk pekarangan dengan luasan tertentu serta kriteria penerima 85 Ibid. 86 Ibid. 92 redistribusi, seyogianya dilihat dalam konteks peraturan perundang-undangan yang ada. Pada saat pucuk pimpinan BPN RI dipegang oleh Joyo Winoto, BPN RI pada tahun 2005 – 2009 mengklaim telah melaksanakan Reforma Agraria dalam bentuk pensertipikatan tanah legalisasi aset, yang notabene pada masa yang lalu sudah ditetapkan sebagai tanah obyek landreform, tetapi belum dituntaskan pensertipikatannya. Kegiatan legalisasi aset ini sebenarnya bukan hal yang istimewa karena hal itu antara lain tugas pokok dan fungsi BPN RI. Reforma Agraria yang diklaim oleh BPN RI sebenarnya bukan distribusi atau redistribusi tanah tetap i “pensertipikatan tanah”. Hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai aset reform. Walaupuntetap dibanggakan sebagai Reforma Agraria, hal itu merupakan “pseudo” Reforma Agraria. Reaksi sejumlah aktivis agraria bahkan menyebut legalisasi aset oleh BPN RI tersebut sebagai “Reforma Agraria palsu” 87 . Terkait dengan penyusunan RUU Pertanahan, penjabaran Reforma Agraria dimaknai sebagai berikut 88 . 1 Penguatan hak rakyat atas tanah melalui distribusi dasn redistribusi tanah obyek Pembaruan Agraria disertai pemberian akses permodalan, pasar, dsb. 2 Penyelesaian konflik pertanahanagraria. 3 Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak masyarakat hukum adat secara nyata. Ketiga hal tersebut dapat dilakukan secara simultan dan dijabarkan dalam perumusan Rancangan Undang-Undang tentang Pertanahan. Terkait dengan hal ini, bandingkan dengan rangkaian aktivitas Reforma Agraria yang dimuat dalam kertas posisi usulan Konsorsium Pembaruan Agraria KPA kepada Presiden Republik Indonesia Tahun 2002 89

f. Obyek Reforma Agraria